PADEK.JAWAPOS.COM-Ratusan santriwati mengikuti acara peringatan satu abad Perguruan Diniyyah Puteri, di Kota Padangpanjang, Sumatera Barat, Kamis siang (2/11/2023).
Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri, Fauziah Fauzan saat membuka acara percaya bahwa para santri optimistis Indonesia akan lebih baik. “Kita adalah orang-orang yang percaya, bahwa Indonesia ke depan akan lebih baik, Insya Allah!” ujarnya.
Sementara itu, Anies mengungkapkan kedekatan dengan pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri sebagai cucu sosok tokoh perjuangan bangsa.
“Saya teringat peristiwa 10 tahun yang lalu, upacara 17 Agustus tahun 2013. Kami duduk bersebelahan (dengan Fauziah). Kami mewakili anak cucu. Bu Zizi (Fauziah) mewakili neneknya, saya mewakili kakek saya. Kami diundang sebagai putra-putri keturunan keluarga pejuang kemerdekaan,” ungkap Anies.
Lebih jauh Anies mengatakan bahwa mudahnya upacara saat ini disebabkan perjuangan besar dari segenap rakyat Indonesia selama puluhan tahun.
“Hari ini, kita cukup empat menit untuk (Bendera Merah Putih) sampai di puncak. Di masa orang tua kita berjuang, diperlukan puluhan tahun untuk mengibar tinggikan bendera untuk sampai di puncak,” tambah tokoh yang pernah menjadi Mendikbud dan Gubernur DKI Jakarta, itu.
Anies melanjutkan, kita sebagai generasi penerus dari para pejuang. “Kita punya tanggung jawab moral untuk menuntaskan apa yang dimulai dari orang tua kita,” katanya.
Dalam pidato kebangsaannya, Anies menyampaikan kekagumannya kepada sosok pendiri Perguruan Diniyyah Puteri, Rahmah El Yunusiyah.
“Bayangkan, tahun 23 (1923), seorang perempuan berusia 23 tahun mendirikan sebuah madrasah ilyah, di saat dunia belum memberikan kesempatan kepada perempuan,” ujar Anies.
Dia membandingkan perjuangan perempuan di belahan dunia yang baru terjadi akhir-akhir ini.
“Amerika serikat baru memberikan hak pilih akhir-akhir ini. Swiss tidak memberikan hak perempuan sampai tahun 76. Dan beliau di sini sudah mengajarkan kepada kita semua kesetaraan perempuan. Spirit itu sudah menyebar ke seluruh Indonesia,” pungkasnya disambut tepuk tangan antusias hadirin.
Anies juga pun bercerita, bahwa nama Rahmah adalah nama yang telah diberikan kepada anak kelimanya, yang kini sudah tiada. “Anak yang kelima itu lahir, tapi Allah takdirkan tak berumur panjang. Kami berikan nama bayi itu Rahmah,” ungkap Anies.
Dalam pidatonya, Anies menyebutkan pentingnya kesetaraan dan keadilan dalam pendidikan, khususnya pendidikan bagi perempuan. Anies berharap bahwa Perguruan Diniyyah tidak hanya menjadi perguruan tertua saja, namun juga terlama.
“Tertua dan terlama itu berbeda, bapak ibu. Tertua dan hilang tetap tertua. Tetapi kalau terlama, ia masih eksis sampai sekarang. Diniyyah Puteri bukan hanya diperingati 100 tahun yang lalu, tetapi 100 tahun sekarang, Insya Allah 100 tahun ke depan, 200 tahun ke depan, 300 tahun ke depan,” harapnya.
Banyak lulusan Diniyyah Puteri yang berkiprah di kancah nasional dan internasional. Menurut Anies, hal tersebut juga bisa dan harus menjadi cita-cita bagi para santriwati yang ada.
Kelak jadi Presiden, Anies berjanji akan memberi gelar pahlawan nasional bagi Rahmah El Yunusiyah.
“Saya mengajak untuk kita mengambil hikmah 100 tahun ini. Ke depan, kita bikin sejarah. Kita merasa negeri ini belum cukup membalas budi kepada ibu Rahmah El Yunusiyah. Bila Allah takdirkan, maka orang pertama yang harus mendapat gelar pahlawan nasional, adalah Rahmah El Yunusiyah,” tegasnya.
Anies berharap nama Rahmah El Yunusiyah akan menjadi rujukan penting bagi perjuangan perempuan di Indonesia.(rel)