PBVSI telah membuat peraturan bahwa setiap klub peserta Proliga diizinkan memiliki pemain asing. Dalam sebuah tim, minimal terdapat satu dan maksimal dua. Panitia telah membatasi jumlah pemain yang didaftarkan paling banyak 15 saja. Namun, untuk setiap seri, hanya 12 pemain saja yang boleh didaftarkan.
Meski semua klub telah mendaftarkan pemain asing untuk musim ini, nyatanya tidak semua klub memasukkan pemain asing pada Seri I Malang. Dari 13 klub yang berlaga di Proliga 2017, setidaknya ada lima klub yang melakukannya.
Mereka adalah Jakarta BNI Taplus (putra-putri), Batam Sindo BVN (putra-putri), dan tim juara bertahan putra Surabaya Bhayangkara Samator. Alasannya pun beragam. Namun, kebanyakan karena faktor pengurusan administrasi seperti Kitas (Kartu Ijin Tinggal Sementara) dan ITC (International Transfer Certificate) yang bermasalah.
Seperti yang terjadi pada BNI Taplus. Tim putri memang terlambat terbentuk. Mereka sempat melakukan seleksi pada akhir tahun lalu. Namun, pelatih Sukirno mengaku pemain mereka memang bukanlah pevoli terbaik. “Kita juga terlambat cari pemain asing. Makanya tersendat di urusan ITC,” ungkap Sukirno.
Hal yang sama pun terjadi pada tim putra. Sebenarnya, BNI Taplus masing-masing telah memiliki dua pemain asing. Mereka adalah Igor Luri Nascimento, Sormaz Nenad (putra), Jaimie Thibault, dan Sonja Milanovic (putri).
Dengan absennya para pemain asing, BNI Taplus meraih hasil yang mengecewakan. Dalam semua pertandingan Seri I, baik putra maupun putri tidak sekalipun mencetak kemenangan.
Sedikit berbeda, Batam Sindo BVN juga mengalami masalah dengan pemain asingnya. Polina Liutikova (putri/Ukraina) dan Rodrigo Suarez (putra/Brasil) tidak bisa berlaga di seri perdana karena belum memiliki Kitas. Liutikova pun merasa kecewa belum bisa membela timnya.
“Saya tidak tahu apakah jika saya bermain maka tim saya bisa menang. Namun, keadaan mungkin bisa sedikit berbeda,” ujar pemain 27 tahun tersebut.
Tanpa kehadiran Liutikova, Batam Sindo BVN kesulitan menghadapi perlawanan Jakarta PGN Popsivo Polwan. Tim anyar di Proliga tersebut menelan kekalahan dengan skor 0-3 (25-12, 25-19, 25-8). Terbaru, mereka dibabat habis pada laga kedua oleh Bandung Bank BJB 0-3 (25-12, 25-19, 25-8).
Tim putra mengalami hal yang sama. Tanpa Suarez, mereka juga menelan pil pahit dua kali dengan skor 2-3 dan 0-3 masing-masing oleh Jakarta Elektrik PLN dan Palembang Bank Sumsel Babel.
Jika hasil minor diraih oleh keempat klub tersebut di atas, lain halnya dengan Surabaya Bhayangkara Samator. Dengan hanya melakoni satu laga di seri perdana, mereka sukses menunjukkan kepada publik voli Indonesia bahwa mereka memiliki mental juara. Mereka sukses membantai Jakarta Pertamina Energi melalui pertandingan yang seru dengan skor 3-1 (25-19, 25-19, 12-25, 25-19).
Tim asuhan Ibarsjah Djanu Tjahjono tersebut tampil menggila tanpa Valentyn Burkovskyi dan Wilfrido Hernandez. Padahal mereka tidak memiliki masalah administrasi pengurusan dua legiun asingnya tersebut. Lantas mengapa mengapa duo impor tersebut tidak diturunkan?
“Ini bagian dari strategi saja. Saya juga ingin melihat kemampuan pemain lokal kami. Apalagi, mereka adalah pemain binaan sendiri, bukan transfer dari klub lain,” terang pria yang akrab disapa Barsjah tersebut. (*)
LOGIN untuk mengomentari.