in

Kedai Bakmi Mbah Noto

Kedai Bakmi Mbah Noto.

Di seberang jalan nampak sebuah kedai sederhana yang ramai pengunjung. Beberapa kendaraan bermotor, baik roda dua ataupun roda empat berjajar di depan kedai. Tidak ada yang istimewa jika melihat bentuk bangunannya, bertipikal sama seperti warung rakyat pinggir jalan lain, yang terkesan “ndeso” dan sedikit “amburadul”. Pemilik kedai tersebut memilih “numpang” di pelataran rumah berhalaman sedikit luas. Cukup untuk menampung tiga buah gerobak kayu, dipan untuk lesehan, beberapa meja kayu panjang serta pengunjung.

Semakin mendekat, saya bisa membaca beberapa menu yang menjadi andalan kedai yang buka setiap hari mulai jam 2 siang sampai jam 12 malam ini. Sebut saja bakmi godhog, bakmi goreng, magelangan, ayam bakar dan ayam goreng. Minumannya ada teh poci, es teh, es jeruk dan beberapa minuman standar sebuah warung makan. Sebetulnya Kedai Mbah Noto ini tidak hanya menyajikan Bakmi saja, apabila para pelancong menghendaki untuk makan pagi kedai ini pada pagi hari kira-kira jam 07.00 pagi juga meyediakan Soto yang tak kalah lezatnya sama bakmi.

Satu hal yang unik di tempat ini, bapak penjual masih menggunakan tungku kecil yang berbahan bakar arang untuk memasak setiap masakan pesanan pengunjung. Sekali masak hanya untuk satu sampai dua porsi saja jadi gak terkesan sembrono dengan memasak langsung semua pesanan yang sejenis.

Karena mie goreng menurut saya sudah umum, hampir di semua rumah makan menyediakan menu itu, maka pilihan saya jatuh ke mie godhog. Sepiring mie rebus berkuah kuning telur tersaji di hadapan disertai dengan uap panas yang masih mengepul ke udara. Aroma telur dan seledri menyebar ke segala penjuru kedai. Kuahnya sedikit kental terkena campuran telur yang diorak-arik ketika memasak. Mie yang gak terlalu lembek, rasa gurih dan kesegaran daun seledri terasa di lidah. Bener-bener makanan yang pas dinikmati ketika dingin sore dan malam menerpa. Di dalamnya saya melihat ada mie kuning yang dicampur dengan bihun, orak-arik telur, daun seledri, kubis, suwiran ayam dan taburan bawang goreng. Suwiran ayamnyapun empuk lho, gak keras seperti kebanyakan warung bakmi lainnya.

Teh poci menjadi teman menyantap seporsi bakmi godhog ketika itu.

Secangkir teh dengan gula batu di dalamnya bersanding dengan sebuah teko kecil yang terbuat dari seng berwarna ijo loreng-loreng, perkakas jaman dulu banget. Aroma teh begitu pekat menusuk hidung. Ternyata, di dalam teko, mereka menggunakan daun teh kering yang cemcem. Saya kurang begitu paham, yang penting aromanyam dan rasanya yang mak yuuuussssss.

Nah, walaupun di daerah Jogja banyak lesehan yang menyajikan mie godhog sebagai jualan utama, sebagian besar penjualnya berasal dari Kabupaten Gunungkidul sini. Jadi, Bakmi Mbah Noto ini wajib masuk ke dalam daftar wajib untuk di cicipi setiap jalan2 ke Gunungkidul. 

KEDAI BAKMI MBAH NOTO

Jl. Jogja-Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta

Jam operasional 14.00 – 24.00 WIB

What do you think?

Written by virgo

Bakso Telkom Jl. Kenari Yogyakarta

Jokowi Berharap Tak Ada Demo Lagi