Dari Ujian Terbuka Program Doktor Dr dr Yevri Zulfiqar SpB SpU
Mengidap kelainan pada alat kelamin terutama bagi kaum pria, jelas mengkhawatirkan. Lebih-lebih ketika orangtua mengetahui anaknya mengalalami kelainan pada organ vitalnya tersebut. Salah satunya hipospadia, kelainan kongenital yang berakibat saluran buang air kecil tidak pada bagian ujung alat kelamin. Namun, terletak pada bagian batang ataupun pangkal alat kelamin pasien. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Hal inilah yang dikaji Dr dr Yevri Zulfiqar SpB SpU dalam disertasi berjudul ”Hubungan Polimorfisme Promotor dan Ekspresi Gen Activating Transcription Factor 3 dan Androgen Receptor dengan Kejadian Hipospadia” yang kemarin (12/7), berhasil dipertahankannya di hadapan tim penguji dalam ujian terbuka promosi doktor Program Pascasarjana S-3 Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) di aula Fakultas Kedokteran Unand. Atas keberhasilan ini, alumni angkatan 1989 SMAN 2 Padang itu berhak memperoleh gelar doktor.
”Kita tentu masih mendengar seseorang disunat jin, setelah alat kelaminnya tiba-tiba saja seperti sudah disunat. Padahal, hal itu hanyalah sebuah mitos. Sebetulnya secara medis termasuk kelainan yang dinamakan hipospadia, salah satu kelainan kongenital pada laki-laki yang sering dijumpai,” terang pria kelahiran Pariaman, 6 September 1970 itu.
Secara sederhana, tambah Yevri, penyakit hipospadia merupakan kelainan pada alat kelamin laki-laki di mana saluran keluarnya bukan pada ujungnya, namun berada di bagian batang atau pangkal alat kelamin. Kelainan ini disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Khusus faktor genetik, erat kaitannya dengan mutasi dan polimorfisme gen dengan kejadian hipospadia.
”Sedangkan faktor lingkungan, dipicu pajangan faktor lingkungan semasa janin dan pengaruh hormon, obat dan beberapa zat kimia. Namun, sampai sekarang belum diketahui etiologi pasti dari hipospadia. Para peneliti masih menduga peranan faktor genetik, endokrin dan lingkungan sebagai penyebabnya,” terang Yevri.
Lantas bagaimana perkembangan penyakit ini di Sumbar? Data pasti total pengidap penyakit ini di Sumbar, boleh dibilang belum ada. Namun, menurut Yevri, kecenderungannya mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini merujuk pada rekam medis SMF Urologi RSUP Dr M Djamil Padang dalam lima tahun terakhir (2010-2014) menunjukkan telah dilakukan 95 kali operasi. Di mana, rata-rata per tahunnya 19 orang.
”Sementara di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tahun 2002-2008, ditemukan sebanyak 139 kasus. Lalu, hasil penelitian terhitung mulai Januari 2011-September 2012 di RS Sardjito Yogyakarta, didapatkan 60 pasien hipospadia. Intinya, terjadi peningkatan. Hal ini bisa saja akibat mulai tingginya tingkat kesadaran terhadap penyakit kelainan ini yang rata-ratanya diidap masyarakat berpendapatan menegah ke bawah,” terang alumni SDN 5 Pariaman itu.
Yevri menyebutkan, sebetulnya penyakit ini bisa diobati. Penanganannya bisa dilakukan lewat operasi yang menyesuaikan dengan letak hipospadia. Bila terletak tak jauh dari ujung alat kelamin, bisa dilakukan sekali operasi selama 2-3 jam. Namun, bila hipospadianya berada di bagian pangkalnya, bisa dilakukan dalam beberapa kali operasi.
”Namun, sebaiknya operasi dilakukan pada usia 1,5-2 tahun atau sebelum sunat. Sebetulnya tetap bisa setelah sunat, cuma saja harus diambil jaringan lain guna menambal lubang tersebut. Berdasarkan pengamatan maupun penelitian yang dilakukan, ternyata setelah dewasa alat kelamin pasien hipospadia ini bisa normal kembali,” terang Yevri.
Soal biaya, menurut Yevri, masyarakat tidak perlu khawatir. Pasalnya, operasi pasien hipospadia ini ditanggung full BPJS, berapapun operasi dilakukan. Lewat kemudahan ini, Yevri mengimbau masyarakat lebih awas terhadap penyakit ini. Soalnya, bila tak ditangani lewat operasi, pasien hipospadia sulit memiliki keturunan.
Dalam ujian terbuka ini, tampil sebagai tim penguji akademis, Prof dr Kamardi Thalut SpB (Unand), Prof dr Djoko Rahardjo SpB SPU(K) (Universitas Indonesia), Prof dr Rainy Umbas SpU(K) PhD (UI), Prof Dr dr Suwandi Sugandi SpB SpU(K) (UI), Dr dr Tarmono SpU(K) (UI). Juga dihadiri, Prof Dr Tafdil Husni SE MBA (rektor Unand), Dr dr Wirsma Arif SpB(K) Onk (dekan FK Unand).
Lalu, Dekan Fakultas Teknik Ir Insannul Kamil MEng, PhD IPM, Dekan Fakultas Ekonomi Dr Harif Amali Rivai SE MSi. Lalu, Dirut RSUP M Djamil Padang Dr dr Yusirwan Yusuf SpB SpBA (K) MARS, Ketua Prodi S-3 Biomedik Prof Dr dr Nur Indrawati Lipoeto MSc PhD SpGK dan lainnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.