in

Kelangkaan Pupuk jadi Masalah Petani di Sumbar

Dikhawatirkan lahan telantar, musim tanam terganggu pupuk bersubsidi bagi petani di Sumbar menjadi barang utama. Pasalnya, keberadaan pupuk kimia ini dapat meningkatkan hasil pertanian. Jika terjadi kelangkaan di pasaran, tidak memberikan rasa kenyamanan bagi petani.

Meski di sejumlah daerah ketersediaan pupuk bersubsidi aman dan lancar, namun masih ada di sejumlah daerah lainnya pupuk ini sulit didapatkan petani. Contohnya di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel). Kekhawatiran kelangkaan pupuk bersubsidi di Pesisir Selatan diprediksi dari awal tahun 2017. Kelangkaan itu bisa terjadi, sebab kuota permintaan, hanya terpenuhi sebesar 60 persen dari kebutuhan.
 
“Dengan telah berlangsungnya masa musim tanam ke tiga di tahun 2017 ini, maka semua masyarakat petani sangat membutuhkan pupuk. Termasuk juga 40 anggota keltan yang bergabung di kelompok saya ini,” kata Ketua Kelompok Tani Saiyo, Kampung Kilangan Nagari Lakitan Timur, Kecamatan Lengayang, Lepai mengatakan kepada Padang Ekspres Jumat (17/11).

Dia berharap selain pengawasan, ada kebijakan pemerintah melalui pihak terkait melakukan penambahan kuota. “Ini agar tidak berdampak terhadap keterlantaran lahan pada akhirnya membuat lahan tidur menjadi luas menjelang memasuki akhir tahun. Bila itu terjadi, yang akan merasakan dampakya bukan saja petani, tapi masyarakat Pessel secara umum,” ujarnya.

Harapan yang sama juga disampaikan Markis, anggota Kelompok Tani Rawang Sepakat di Nagari Kambang, Kecamatan Lengayang.  “Berdasar kuota pengajuan melalui Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) tahun 2017, semua kebutuhan jenis pupuk telah diajukan. Namun semakin tingginya kebutuhan petani, terutama pada jenis SP-36 dan MPK, membuat dua jenis itu sulit didapatkan,” katanya.

Sapta Kardeni, pemilik kios pengecer di Nagari Lakitan Kecamatan Lengayang mengatakan pengajuan pupuk bersubsidi berdasar kuota per tahun, dilakukan setiap awal musim tanam. “Bila masih ada warga membutuhkan pupuk, tidak lagi bisa terpenuhi, kecuali pupuk nonsubsidi,” ungkapnya.

Dijelaskannya, petani di nagari itu lebih membutuhkan pupuk jenis SP-36 dan MPK. ”Tingginya kebutuhan pada dua jenis itu, sehingga kebutuhan pupuk hanya terpenuhi hingga pertengahan bulan Oktober 2017,” ucapnya.

Kondisi serupa terjadi di Pasaman Barat. Salah satu petani di Pasbar Burhan, 56, warga Kecamatan Kinali mengatakan, persoalan harga pupuk bersubsidi di tingkat petani masih bermasalah tiap tahunnya, termasuk saat pendistribusian pupuk. Apalagi harganya sampai ke tangan petani tidak pernah sesuai harga pemerintah. Misalnya, dalam satu karung pupuk urea itu harganya bisa mencapai Rp 130 ribu.

Saat pupuk hendak dibagikan ke petani belum waktunya untuk memupuk tanaman. Akibatnya, sebagian kelompok tani menjualnya ke orang lain. Saat petani datang masa memupuk tanaman, kondisi pupuk sudah mulai langka, terpaksa si petani membelinya walaupun harga tinggi. “Ya, kami kadang tidak ada uang untuk membeli pupuk saat ada pembagian pupuk dari kelompok tani,” kata Burhan.

Salah satu distributor pupuk di Pasbar, CV Singgalang Jaya Group, Erianto menyampaikan pupuk bersubsidi di Pasbar hingga saat ini tidak ada permasalahan yang fatal. Mulai dari pupuk urea, ZA, Phoska masih ada disalurkan ke tingkat pengecer hingga ke petani. Kuota pupuk yang dijatah oleh pemerintah sebenarnya masih kurang ke petani. “Sebenarnya di Pasbar jatah pupuk itu masih kurang dari yang diusulkan petani. Namun, Kabupaten Pasbar sudah ada kuotanya diberikan oleh pemerintah tiap tahunnya,” kata Eri.

Sementara, di Kabupaten Solok setiap akhir tahun selalu ada kecenderungan berkurangnya persediaan pupuk baik subsidi maupun nonsubsidi. Terutama di kawasan diandalkan sebagai pemasok beras solok yakni Kecamatan Gunungtalang, Bukitsundi dan Kubung.

Ernawati, 37, salah serorang petani ditemui Padang Ekspres ketika menyebar pupuk di persawahannya di Jorong Galagah Nagari Muarapanas, Kecamatan Bukitsundi, Kamis (16/11) menyebut tidak ada kesulitan saat mencari pupuk, terutama SP-36 (subsidi), ponska (Subsidi) dan SS (nonsubsidi). Hasan Faisal, 55, seorang petani di Nagari Kinari, Kecamatan Bukitsundi juga mengatakan hal serupa. “Untuk saat ini memang tidak terlalu sulit mendapatkan pupuk, hanya saja dia memprediksi di bulan Desember nanti akan lebih sulit mencari pupuk,” ucapnya.

Firmansyah, 52, seorang petani di Nagari Talang sempat kesulitan mencari pupuk diawal bulan November ini, dan harus menunda untuk memupuk sawahnya. “Harusnya pada tanggal 7 dan 8 November lalu saya sudah memupuk sawah untuk kedua kalinya. Namun pupuk saat itu sulit didapatkan, dan baru tiga hari yang lalu saya mendapatkan pupuk. Katanya sudah stabil, maka baru hari ini saya bisa melakukan pemupukan sawah. Walaupun kondisinya tidak separah pertengahan tahun ini atau setelah bulan puasa kemarin, saat itu pupuk bersubsidi juga langka,” kata Bujang Zaman, sapaan akrabnya.

Nasrulloh, 48, petani di Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang mengatakan para pengecer kadang sering terlambat dalam menambah persediaan yang sudah habis. Apalagi mendekati akhir tahun seperti ini. Penyakit tersebut selalu ada, dan ini bencana bagi para petani yang baru bisa menanam sawah pada akhir tahun.

“Kemampuan petani untuk menggarap lahan tidak sama, kalau orang yang mampu mereka bisa menanam padi kembali sesaat setelah panen. Kami yang kurang mampu, kadang membutuhkan waktu untuk kembali bercocok tanam, kadang bisa menanam padi pas di akhir tahun tapi pupuk malah macet seperti itu, walaupun tidak terlalu parah, contonhnya sekarang kosong, dua hari setelahnya normal lagi, terlambat seperti itulah penyakit diakhir tahun,” jelasnya.

Ilham Junanda, 28, penjaga kios pengecer pupuk bersubsidi di Talang, mengatakan diakhir tahun cukup sulit mendapatkan pupuk. Kadang kalau persediaan sudah habis, seminggu berikutnya baru datang pasokan pupuk baru. “Dikatakan langka, pupuk itu ada, dibilang ada, kadang susah juga mendapatkannya. Serba salah kalau diakhir tahun ini, walaupun tidak separah pada pertengahan tahun kemarin di mana saat itu memang di distributornya yang kosong. Apalagi untuk kawasan Talang, Guguk, dan Cupak, para petani tidak serentak dalam menanam padi, karena itu permintaan terhadap pupuk selalu stabil, tidak ada lonjakan tidak ada juga yang menurun drastis,” ujarnya.

Pengecer pupuk bersubsidi di Muarapanas, Fakhrurozi, 32, mengatakan jika keadaan seperti terjadi kelangkaan pupuk, memang cukup jarang terjadi. Paling sering dialami adalah tersendat-sendat dalam memesan pupuk, tapi untungnya untuk Kecamatan Bukitsundi sendiri, permintaan pupuk diakhir tahun tidak terlalu banyak. Beda hal dengan diawal tahun dan pertengahan tahun.

“Ada kebiasaan orang di sini panen sebelum bulan Ramadhan dan menanam sawah setelah Lebaran. Maka dari itu permintaan pupuk agak meningkat pada awal tahun, agar bisa panen sebelum Ramadhan, dan juga musim tanam setelah Lebaran yang biasanya pada pertengahan tahun, namun secara umum, kelangkaan tersebut tidak kita alami, hanya saja, keterbasan jumlah pupuk yang sering jadi kendala,” jelasnya.

Sementara petani di Kabupaten Dharmasraya, Ketua Keltan Harmonis di Jorong Muaroberingin, Nagari Padanglaweh, Kecamatan Padanglaweh, Kristianto menjelaskan sejauh ini tidak ada kendala dalam realisasi terhadap kebutuhan akan pupuk.

Salah seorang petani di Kecamatan Pulaupunjung Yurni menyebutkan kebutuhan akan pupuk bersubsidi tidak ada kendala, pupuk tersebut mudah didapat pada tingkat agen dengan harga berkisar Rp 115 ribu per karung dengan isi 50 kilogram. “Rasanya harga itu wajar saja, dari pada membeli harga pupuk nonsubsidi yang mencapai Rp 350 ribu bahkan lebih,” katanya.

Sementara itu Direktur PT Doni Tani, Hendra Kurniawan salah satu distributor pupuk yang membawahi empat kecamatan untuk relokasi pupuk masing-masing Kecamatan Kotobesar, Kotosalak, Asamjujuhan dan Kecamatan Sitiung menegaskan, selama in belum terjadi kelangkaan pupuk. “Cuma kandala kita terkadang kios sudah mengorder pupuk, terkadang orderan itu tidak ditebus, tentu saja hal itu membuat kita kelimpungan, karena uang kita tidak jadi berputar alias mandeg,” ucapnya.

Hal senada diungkapkan Manajer CV Sawita Raya, Benny Putra dengan wilayah kerja tiga Kecamatan masing-masing Kecamatan Tiumang, Kecamatan Kotobaru dan Kecamatan Sei Rumbai, selama dirinya menjadi distributor pupuk untuk tiga kecamatan tersebut, belum ada terjadi kelangkaan pupuk.
 
Ketersediaan Pupuk tak Langka
Terpisah, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian,  Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sumbar, Syafrizal menjelaskan, meningkatnya kebutuhan pupuk, karena luas tanam bertambah. “Saat ini sudah banyak tanaman jagung dan kedelai. Dahulu luas tanam sekitar 500 hektare sampai 600 hektare, sekarang sudah mencapai 617 hektare. Jika luas tanam meningkat, tentu kebutuhan pupuk juga meningkat,” katanya.

Ia menjelaskan bagaimana sistematis pengalokasian pupuk bersubsidi, berawal dari laporan RDKK pupuk bersubsidi. Semuanya akan tergambar melalui perencanaan laporan tersebut. “Syarat dari petani yang mendapatkan pupuk bersubsidi hanya yang terlingkup dalam kelompok tani (poktan) saja. Jika tidak ikut anggota kelompok tani, tidak diperbolehkan menerima pupuk tersebut,” ungkapnya.

Terkait penyelewengan pupuk bersubsidi oleh oknum terkait, jika kedapatan akan langsung ditindaklanjuti. Yang jelas prinsipnya pengawasan selain bersama dinas terkait juga diawasi oleh komisi pupuk dan pestisida (KP3), termasuk harga distribusi dan keasliannya. “Oknum yang menyeleweng langsung diberhentikan atau diberi tindak administrasi maupun pidana,” tegasnya.

Untuk saat ini memang belum ada kekurangan pupuk bersubsidi. Karena pihaknya selalu memantau dan mengantisipasi kekurangan tersebut. “Kami memfasilitasi ketersediaan pupuk. Sistemnya dengan penambahan alokasi jika ada realisasi pupuk yang hampir melebihi alokasi pada waktu tertentu berarti kebutuhan petani akan pupuk banyak. Kami langsung ajukan penambahan alokasi ke pusat. Jika beberapa hari saja telat atau pupuk langka, para petani pasti akan demo,” ujarnya.

Terkait penggunaan pupuk nonorganik dengan organik. Para petani lebih cenderung memakai pupuk nonorganik. Sebab lebih instan. Sedangkan organik hanya tambahan saja, jika nonorganik tak mencukupi. “Kalau mengedukasi petani untuk pindah ke organik, itu sangat sulit. Karena di lapangan kebutuhan organik tidak banyak. Namun jika masyarakat ingin pindah ke pupuk organik kami bisa fasilitasi,” jelasnya.

Koordinator Perwakilan Sumbar PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Rachmat Riza menjelaskan terkait persediaan pupuk bersubsidi, bahwa pihaknya sudah melakukan pengiriman dari seminggu yang lalu. Ia pastikan ketersediaan pupuk tidak akan langka. “Barang sudah dikirim seminggu yang lalu dan lancar,” ucapnya ketika ditemui Kamis (16/11).

Terkait adakah temuan distributor nakal selama pengoperasian dan pengelolaan pupuk bersubsidi, untuk pupuk produknya belum ada temuan distributor nakal ataupun penyelewengan. Namun jika kedapatan akan diberi sanksi sesuai kesalahannya, apakah administrasi atau pidana. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Inafis-Labfor Selidiki Pemicu Kebakaran, Kerugian Sementara Diperkirakan Rp 85 M

TKP Kecelakaan jadi Arena Swafoto