Berharap Pasokan Debit Air Batang Tabik dan Embung
Masyarakat petani Nagari Andaleh, Kecamatan Luak, kembali merisaukan kekeringan untuk pengairan sawah. Pasalnya sekitar 1.700 hektare sawah dan kolam budidaya perikanan mengandalkan sumber mata air Batang Tabik, Nagari Sungaikamuyang yang terbatas.
Sebentar saja tidak turun hujan, nagari yang mengandalkan pasokan air dari Nagari Sungaikamuyang ini, riskan sekali kekeringan. Sebab, pasokan air dari Batang Tabik tidak mencukupi kebutuhan pengairan petani setempat.
”Selama ini, memang kita mengandalkan sumber air dari mata air Batang Tabik. Sayangnya debit air yang kecil belum mencukupi kebutuhan petani dan pembudidayaan perikanan. Untuk itu, kita berharap tambahan pasokan air untuk irigasi sawah dari Nagari Sungaikamuyang,” ungkap Penjabat (Pj) Wali Nagari Andaleh, Dedio Hatta kepada Padang Ekspres, Kamis (19/10) sore.
Nagari yang memiliki lahan pertanian seluas 2.700 hektare ini, sebagian besar merupakan lahan sawah dan kolam pembudidayaan perikanan. Dengan jumlah itu, membutuhkan pasokan air lebih besar. Sayangnya, kebutuhan pengairan selalu tidak mencukupi dan mengancam kelancaran pertanian.
Masyarakat di Nagari Andaleh sangat berharap sumber mata air Batang Tabik berkenan memberikan tambahan pasokan air untuk sekadar kebutuhan irigasi pertanian. ”Sejak sumber air Batang Tabik memasok air untuk PDAM Kota Payakumbuh, kami di Nagari Andaleh dan Nagari Mungo terganjal kekurangan pasokan air untuk pertanian,” ucap salah seorang perantau Nagari Andaleh, Gusti Yodi.
Selain tambahan pasokan air dari sumber mata air Batang Tabik, masyarakat melalui Pj Walnag Andaleh juga mengaharapkan sumber air baru yang bisa dimanfaatkan. Sehingga, mampu mengairi pertanian dan kebutuhan lainnya.
”Sebenarnya masyarakat juga sangat mengharapkan dibangunnya embung dan menemukan sumber air baru untuk pengairan sawah. Sebab berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan sejumlah ahli geologi, Andaleh memiliki sumber air bawah tanah,” ucap Walnag.
Sumber air tersebut, kata Dedi, sudah terlihat pada titik koordinat yang mampu digali. Sebab, keberadaannya tidak terlalu jauh dari permukaan tanah.
Menanggapi harapan yang disampaikan Nagari Andaleh terhadap kebutuhan air itu, Wali Nagari Sungaikamuyang Irmaizar Datuak Rajo Mangkuto memahami apa yang menjadi harapan masyarakat nagari tetangganya itu. Hanya saja, perlu dilakukan musyawarah dengan masyarakat terlebih dahulu.
”Kita paham dengan kebutuhan masyarakat tetangga kita, terkait keterbatasan sumber air untuk pengairan sawah. Kita juga berharap agar Pemerintah Nagari Andaleh mengirimkan surat, sehingga nantinya akan kita jadikan dasar untuk memusyawarahkan dengan masyarakat di Sungaikamuyang,” ungkap Walnag Irmaizar.
Terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kecamatan Luak, Risman menyebutkan, untuk pengairan dari sumber mata air Batang Tabik untuk Nagari Andaleh sebenarnya masih bisa disiasati dengan cara pengaturan pengguna.
”Sebenarnya dengan upaya pengaturan yang lebih baik pada sumber air yang ada sekarang, mampu menjadi alternatif sementara untuk krisis pengairan di Andaleh. Tentunya, masyarakat harus sama-sama melakukan pengaturan. Artinya, sama-sama mendapatkan air secara bergiliran,” ucap Risman.
Untuk rencana dibangunnya embung sebagai persediaan kebutuhan irigasi, Kepala UPT PUPR Kecamatan Luak ini mengaku, mungkin ada sumber air yang bisa dimanfaatkan di bagian sebelah atas nagari. ”Hanya saja masyarakat harus siap menghibahkan lahan untuk pembangunan,” tambah Risman.
Jika persyaratan tersebut sudah ada, ke depan tidak akan susah untuk mengusulkannya melalui proposal. ”Sebab pemerintah dalam program pengairannya, tidak ada ganti rugi untuk tanah,” ujarnya.
30 Titik Embung Rampung
Sepanjang tahun 2017, Limapuluh Kota sudah merampungkan sebanyak 30 embung tersebar di sejumlah kecamatan. Ini diungkapkan Bupati Limapuluh Kota, Irfendi Arbi saat meresmikan embung di Nagari Bukiklimbuku, Kecamatan Harau, Kamis (19/10).
Embung yang dibangun di Jorong Kotomalintang, Nagari Bukik Limabuku ini, nantinya akan menjadi sumber dan pasokan air untuk irigasi pertanian seluas 70 hektare. Kondisi kekeringan saat musim kemarau diharapkan bisa mengandalkan embung yang telah terbangun.
”Selama musim kemarau, kebutuhan air menjadi hal yang sangat krusial. Jika kekeringan petani jadi dirugikan, sehingga kebutuhan embung sangat dibutuhkan,” jelas alumni Fakultas Pertanian Unand itu. Selain itu, embung juga berfungsi sebagai sektor kerja di bidang lainnya, seperti memberikan keuntungan di sektor pariwisata, perikanan dan konservasi.
Wali Nagari Bukik Limbuku, Dodi mengatakan, pembangunan embung mengunakan dana desa tahun 2017 dengan anggaran sebesar Rp 98.414.671. (*)
LOGIN untuk mengomentari.