in

Keriuhan Absurd ala Telolet dan Terompet

Riuh, hura-hura, bersenang-senang. Itulah yang menjadi ruh dari fenomena dalam sepekan ini, yakni Om Telolet Om. Keriuhan dan hura-hura juga yang akan terjadi pada beberapa hari ke depan jelang pergantian tahun. Biasanya, keriuhan itu akan ditandai dengan tiupan terompet, konvoi, pesta kembang api hingga miras. Tak ada kata lain selain hura-hura dan menghambur-hamburkan uang.

Bagi yang merasa “lelah” dengan rutinitas, kegembiraan dengan Om Telolet Om mungkin akan menjadi pelepas lelah. Beberapa pekan belakangan, media massa dan media sosial memang dihebohkan dengan beberapa kasus yang mengernyitkan dahi. Ada kasus penistaan agama, kasus penangkapan dan penembakan terduga pembawa bom, kasus makar, juga beberapa hal yang mengiringinya. Kasus-kasus itu tentu saja menyita perhatian publik dan cukup melelahkan.

Fenomena Om Telolet Om (OTO) dinilai muncul sebagai “penyegar” di sela ketegangan itu. OTO adalah permintaan dari beberapa anak muda di pinggir jalan kepada pengemudi bus atau truk untuk membunyikan klakson. Permintaan itu dilakukan dengan membentangkan tulisan “Om Telolet Om” di selembar kertas. Jika pengemudi truk membunyikan klakson yang nadanya bervariasi itu, anak-anak muda itu akan bergembira, berjingkrak, dan melakukan selebrasi cara mereka. Biasanya aksi itu dilengkapi dengan rekaman video, lalu diunggah ke media sosial dan YouTube.

Hal ini menjadi fenomenal karena dengan cepat menjadi viral dan menyeberang ke berbagai negara. Banyak disk jockey (DJ) dunia yang turut memopulerkannya di Facebook atau Twitter mereka sebagai fenomena unik. Tak sedikit juga yang berkomentar aneh di negeri ini soal fenomena OTO. Misalnya, ada yang meminta OTO dipatenkan agar tak diakui sebagai punya negeri tetangga, hingga ada yang meminta tanggal 20 Desember—hari yang diklaim awal viral OTO— sebagai hari libur nasional.

Sebenarnya, fenomena klakson bus bukan sesuatu yang baru. Sejak sepuluh tahun lalu, salah satu bus trayek Cilacap-Yogya, Purwokerto-Yogya, dan Purbalingga-Yogya, PO Efisiensi sudah menggunakan klakson unik. Tak hanya satu corong, mereka menggunakan tiga, empat, hingga enam corong dengan suara menggelegar. Dengan nada yang berbeda, tentu saja bunyinya bisa diubah suai dengan lagu tertentu. Dahulu, klakson itu dibunyikan sebagai balasan atas jasa para fotografer khusus bus yang dinilai turut memopulerkan bus mereka.

Ketika itu, tak semua orang bisa nyaman dengan bunyi klakson unik tersebut. Bahkan di kawasan tertentu, para sopir bus dilarang membunyikan klakson mereka karena dianggap mengganggu. Klakson “telolet” kembali booming sekitar tiga tahun lalu, dan seakan reborn, lalu menjadi viral pada 20 Desember lalu.
Fenomena ini memang menjadi keriuhan baru yang mungkin absurd. Ia hanya akan menjadi tren sesaat, lalu pelan-pelan akan tenggelam bersama waktu. Ia akan menyedot keingintahuan, euforia, dan semangat hura-hura sesaat, lalu kita akan kembali ke dunia nyata. Sama seperti terompet malam tahun baru, yang ditiupkan anak-anak hingga remaja dan orang dewasa tanpa mereka tahu maknanya. Yang penting hura-hura dan bergembira bersama. (*) 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Rahmi Kintani Putri Media, Tahun Baru Manggung di Kerinci

Tidak Lakukan Kegiatan Khusus, Presiden Jokowi: SELAMAT TAHUN BARU