Kemandirian Pangan Terkendala Pengetahuan dan Sumber Daya
Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Payakumbuh, Rabu (4/10), menggelar seminar nasional bertajuk ”Inovasi Teknologi Dalam Mewujudkan Kemandirian Pangan Nasional Berkelanjutan”. Apa yang menarik dari seminar tersebut?
Ratusan akademisi dan praktisi pertanian, berkumpul di auditorium Politani Payakumbuh di kawasan Tanjungpati, Kototuo, Harau, Limapuluh Kota, Rabu lalu (4/10). Mereka mengikuti seminar nasional yang digelar Politani Payakumbuh.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana Fidela Violalita, seminar nasional itu untuk memberikan pencerahan mengenai masalah pertanian yang sering dihadapi masyarakat. ”Diharapkan, peserta tergugah pikirannya, sehingga memberikan sumbangsih pemikiran untuk mengatasi masalah pertanian,” kata Fidela kepada Padang Ekspres.
Seminar yang dibuka Direktur Politani Payakumbuh, Gusmalini ini, diawali dengan penyampaian materi oleh tiga pembicara utama. Yakni, Profesor Dr Yus Aniza Yusof CEng MICemE dari Malaysia. Kemudian, Profesor Dr Sedarnawati Yasni MAg yang merupakan guru besar IPB dan Syafrudin Wibowo yang menjabat sebagai kepala Human Resourch Management PT Eagle High Plantation Tbk.
Profesor Dr Yus Aniza Yusof, lebih banyak berbicara tentang teknologi pertanian yang dikembangkan di Malaysia. Terutama sekali teknologi pengolahan herbal dan buah melalui proses pengeringan. Pembicaraan ini terbilang penting. Sebab, banyak buah-buahan yang diproduksi petani kita di Indonesia, ketika sudah tidak laku di pasaran, dibiarkan membusuk begitu saja.
Padahal, buah-buah tersebut bisa diolah jadi bubuk dengan memanfaatkan teknologi pengeringan. Proses pengeringan ini, menurut Yus Aniza, dapat dilakukan secara termal dan nontermal. Kedua metode ini, mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pada akhirnya, Profesor Yus Aniza Yusof dalam diskusi yang dipandu mantan Direktur Politani Deni Sorel, menyimpulkan, teknologi pengolahan herbal dan buah melalui proses pengeringan, erat kaitannya dengan kemandirian pangan. “Proses ini dapat membuat produk yang dihasilkan lebih tahan lama tanpa mengurangi nilai nutrisi produk yang diolah,” ujarnya.
Berbeda dengan Profesor Yus Aniza Yusof, pemateri utama lain, yakni Profesor Dr Sedarnawati Yasni MAg, lebih banyak mengupas tentang pemanfaatan dan pengolahan potensi lokal, guna mewujudkan kemandirian pangan, dalam rangka ketahanan nasional. Dalam konteks ini pula, Sedanarwati menuturkan panjang-lebar, kondisi pertanian di Indonesia.
Pakar rempah yang pernah bergelut di panggung pemerintahan ini mengakui, Indonesia masih terkendela dalam mewujudkan kemandirian pangan. “Kendala Indonesia menuju kemandirian pangan disebabkan kurangnya pengetahuan sektoral dan sumber daya. Untuk memperbaiki ini diperlukan peran aktif dari pemerintah, institusi terkait dan seluruh masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Syafruddin Wibowo yang tampil sebagai pembicara utama ketiga dalam seminar nasional tersebut, menyampaikan materi berbeda dengan tema yang ada. Syafrudin menitikberatkan pembahasan mengenai “Strategi Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Organisasi Perkebunan Kelapa Sawit, dalam Mendukung Kemandirian Pangan Berkelanjutan”.
Meski materi yang disampaikan berbeda dari tema seminar, tapi pemaparan Syafrudin Wibowo cukup menarik peserta seminar. Apalagi, Syafrudin banyak menjelaskan soal karakter dan manusia dan cara mengaturnya. Ini tentu juga penting dikupas, dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan nasional.
Meski belum memuaskan seluruh peserta, namun seminar nasional yang digelar Politani Payakumbuh, cukup mencerahkan para akademisi dan praktisi pertanian. Setidaknya, dengan seminar ini, mereka terobsesi untuk menciptakan teknologi-teknologi baru di bidang pertaian.
”Bagaimanapun, inovasi teknologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Inovasi teknologi pertanian, membuat produk yang dihasilkan lebih berkualitas. Kita berharap, setelah seminar ini, muncul inovasi-inovasi teknologi pertanian yang tidak melangar nilai agama maupun persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Direktur Politani Payakumbuh Gusmalini. (*)
LOGIN untuk mengomentari.