Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut kedua calon Presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump, simbol kelemahan moral bangsa AS. Pernyataan ini diungkapkan Khamenei dalam pidatonya di hadapan mahasiswa menjelang hari peringatan krisis penyanderaan Iran.
Dalam pidatonya, Khamenei berujar bahwa penampilan serta kecaman yang saling diutarakan kedua capres selama tiga debat beberapa waktu lalu “cukup untuk memusnahkan reputasi AS.” Pidatonya itu memperingati hari ketika kaum revolusioner Iran mengepung Kedutaan Besar AS di Iran pada 1979 silam.
Khamenei kemudian kembali menegaskan penilaianya itu melalui akun Twitter resmi milikinya, sebagai pembenaran atas sikap Iran kepada AS selama ini. “Dalam debat capres AS, dua calon itu mengungkapkan fakta dan bencana buruk dari sisi AS yang pernah kami katakan sebelumnya, namun tidak dipercayai sejumlah orang,” kicau Khamenei, dikutip dari CNN, Rabu (2/11).
Pemimpin di negara yang disebut AS sebagai salah satu negara sponsor teroris ini juga mengatakan bahwa “sistem AS sangat jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.” ‘Kematian bagi AS’, tutur Khamenei, diartikan sebagai kematian terhadap sebuah sistem yang sama sekali tidak berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Melalu akun twitternya, Khamenei juga menyebut sikap Clinton dan Trump selama kampanye cukup memperjelas bahwa bangsa AS tengah mengalami runtuhnya nilai kemanusiaan. Ia juga menggambarkan AS sebagai negara yang rasis. Tak luput, Khamenei juga menyinggung soal 1 persen populasi AS memegang 90 persen kekayaan negara.
Menurut laporan kantor berita Iran, Khamenei juga menolak negosiasi dengan AS dan menyebut perundingan antar keduanya “tidak akan menyelesaikan masalah dalam hubungan kedua negara”. Kepada warga Iran, Khamenei berkata, Iran harus dapat menyelesaikan masalah dengan bergantung pada kemampuan negara dan pemuda bangsa sendiri.
Kritikan Khamenei terhadap negosiasi Iran-AS ini dilontarkan meski Iran sudah menandatangani kesepakatan nuklir dengan enam negara besar, yakni AS, Inggris, Perancis, China, Rusia dan Jerman. Dalam kesepakatan itu, Iran setuju membatasi pengembangan nuklirnya dan menghentikan program senjata nuklir.
Terkait kesepakatan ini, Clinton menunjukkan dukungannya, sementara Trump menilai kesepakatan itu adalah salah satu perjanjian terburuk yang pernah terjadi di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama.
Krisis penyanderaan Iran terjadi sekitar 37 tahun lalu ketika kaum revolusioner Iran mengambil alih Kedutaan Besar AS di Iran dan menyandera 52 warga AS selama 444 hari.
LOGIN untuk mengomentari.