in

Kuswiyoto: Inovasi Program dengan Sasar Kaum Muda

Dalam menghadapi persaingan ekonomi di era digital dan memasuki industri 4.0, PT Pegadaian (Persero) telah menyiapkan strategi khusus. Perusahaan pelat merah ini melakukan berbagai transformasi melalui peluncuran produk baru dan pelayanan optimal.

Bagaimana perkembangan Pegadaian saat ini?

Kalau diibaratkan orang, Pega­daian hari ini manusia yang matang setelah 118 tahun berdiri. Kalau ibarat laki-laki, Pegadaian sudah ganteng, kaya, mapan. Kalau pe­rempuan, gadis yang sangat cantik. Kami memang sangat menarik.

Kalau nggak punya waktu datang ke Pegadaian, sekarang kami punya program yang ada di Jakarta yaitu kerja sama dengan ojek online. Ini salah satu inovasi produk. Jadi ini luar biasa, terutama untuk teman-teman yang tidak punya waktu. Se­karang di Pegadaian sudah keren, sudah ada kafenya.

Apa target kinerja Pegadaian 2019?

Target sampai Desember 2019, dapat 12 juta nasabah; jumlah out­standing loan 46,5 triliun rupiah, total aset 63 triliun rupiah; laba bersih tiga triliun rupiah. Mudah-mudahan bisa mencapai target ini. Jumlah nasabah sudah melewati sampai target Desember 2019. Laba tiga triliun rupiah pasti bisa terca­pai. Kalau dua itu jalan maka dua lainnya bisa tercapai.

Detailnya seperti apa?

Tadi saya bilang Pegadaian itu ibarat cowok ganteng dan cewek cantik. Nasabah kami hari ini sudah 19,1 juta orang per Juni 2019. Jum­lahnya gede banget. Kami punya outlet sekitar 4.200. Jadi di pelosok-pelosok kami punya. Ini merupa­kan jaringan yang luar biasa.

Aset kami per Juni 2019 sebesar 56,1 triliun rupiah, karyawan hampir 27 ribu. Capaian penyaluran kredit pinjaman kepada masyarakat atau outstanding loan (OSL) mencapai 43,6 triliun rupiah dan laba bersih 1,5 triliun rupiah dari target 3 triliun rupiah. Dengan kondisi seperti ini, kami bisa menjadi penyumbang cu­kup besar untuk negara.

Bagaimana dari sisi keuangan?

Pegadaian itu sangat likuid. Seadainya terjadi apa-apa, dalam waktu singkat, semua orang ingin narik (uang) itu semuanya ada. Kemampuan kami dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pen­dek 1,8 kali. Jadi jangan khawatir kalau menyimpan emas di Pegadai­an, tabungan emas, dan lain-lain, mau ditarik kapan saja kami siap.

Di industri keuangan, boleh melakukan peminjaman sampai 10 kali dari modal yang kami miliki. Modal Pegadaian itu sekarang 20 triliun rupiah, sekarang utang kami cuma sekitar 30 triliun rupiah. Padahal, Pengadaian bisa berutang sampai 200 triliun rupiah. Kalau orang se-Indonesia perlu uang dari Pegadaian sampai 200 triliun ru­piah, kami sanggup.

Kondisi lainnya bagaimana?

Return on Assets (ROA), industri keuangan dapat 3 persen itu sudah happy, ROA Pegadaian 5,26 persen. Jauh dari rata-rata industri keuang­an. Return on Equity (ROE) 13,8 persen. Kalau kita mendepositokan uang sekarang di bank kita cuman dapet paling 6 persen.

Kalau punya duit nanti, misalnya kami sudah Initial Public Offering (IPO), beli saham Pegadaian maka setiap tahun akan mendapat 13,8 persen. Makanya, Pegadaian itu ditunggu banget sama investor. Kami dua kali lebih dari rata-rata pengembalian dana deposito.

Beban Operasional terhadap Pen­dapatan Operasional (BOPO) kami 68,3 persen. BOPO rata-rata industri keuangan itu 70-75 persen. Jadi kami sangat efisien. BOPO itu keefesienan kerja kami. Pegadaian itu tergolong perusahaan yang efisien.

Rating Obligasi-nya AAA. Tingkat kesehatannya sehat, Non Perfoming Loan (NPL) kami 1,57 persen, idustri keuangan lain itu rata-rata 3 persen. Kami jauh di ba­wah itu. Jadi yang jelek-jeleknya itu kami tidak banyak. Terus assesmen good corporate governance (GCG) kami hampir mentok 98,21. Jadi Pe­gadaian itu dikelola dengan sangat memperhatikan GCG.

Kalau dibilang KKN, korupsi, tidak tersistem, itu tidak mungkin, semuanya hampir sempurna ka­rena nilainya 98,21. Ini yang meng­hitung bukan kami. Yang menghi­tung pihak independen. Asesmen Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) 554,25, ini bentar lagi naik, dengan ini kami bisa naik kelas.

Kapan Pegadaian IPO?

Keinginan IPO sudah lama, ter­tunda terus. Saya belum memiliki izin tertulis dari pemegang saham Pegadaian. Kami lihat ekonomi relatif bagus, sosial politik bagus maka ini mungkin saatnya IPO. Memang banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Mudah-muda­han tahun 2020 (IPO) kalau semua sudah dijalankan.

Kenapa Pegadaian harus IPO?

IPO membuat perusahaan men­jadi lebih terbuka. Pengeluaran le­bih transparan, bisa bergerak ke pa­sar global. Banyak sekali manfaaat, baik untuk internal maupun ke­seluruhan usaha makro. IPO tidak hanya untuk sekadar mencari uang, banyak hal lain yang dipertimbang­kan, salah satunya tata kelola dan bagaimana kami bisa melek karena akan masuk ke pasar global.

Bagaimana Anda melihat ling­kungan eksternal terus berubah?

Lingkungan terus berubah. Di situ ada gadai-gadai swasta. Banyak yang tanya ke saya, ‘Pak itu gadai-gadai swasta ngganggu nggak?’ Kalau dibilang ganggu ya meng­ganggu, tapi ya sekarang cuma geli-geli dikit. Tidak sampai menyakiti. Kami sangat kuat, apalagi gadai swasta banyak yang beroperasi di lokal. Kami unggul dari sisi pela­yanan, fasilitas.

Bagaimana Anda melihat kehadiran produk subtitusi per­bankan dan finansial technology (Fintech)?

Pemerintah mengeluarkan Kitab Undang-Undang Hukum (KUH) Gadai itu harus diperhatikan. Kami sih seneng-seneng saja. Yang pen­ting masyarakat lebih sejahtera. Kalau masyarakat sejahtera, pasar kami bukan pasar gadainya. Kami punya produk tabungan emas.

Kalau masyarakat sejahtera kami ikutan senang. Produk-produk kami bisa menunjang kebutuhan mereka. Ada tabungan emas, ada arrum haji, nanti kami bikin arrum umroh. Ini merupakan tantangan kami dan ruang untuk mengem­bangkan bisnis.

Bagaimana dengan kehadiran Peer to Peer Lending (P2P)?

Banyak yang tanya ‘Pak seka­rang orang lagi ramai ikut peer to peer lending?’ Kami sudah siapkan, apakah kami mau ikut berperan sebagai fintech sebagai peer to peer lending atau mau kolaborasi. Ini lagi kami pertimbangkan. Ini tan­tangan sekaligus peluang.

Ini kondisi berubah. Seka­rang semua memakai handphone (HP) dan gadget, semua orang sudah sangat melek teknologi. Ini peluang kami mengembangkan produk-produk bisnis digital. Dunia berubah, kalau kami bisa meng­ikuti peluang itu lebih bagus. Kami punya 200 orang magang yang setiap hari berinovasi menangkap peluang.

Apakah Pegadaian siap untuk mendigitalisasi nasabahnya?

Kami sangat siap mendigitalisasi seluruh nasabah. Tapi nasabah kami itu 60-70 persen masih ibu-ibu di kampung-kampung. Jadi ka­lau bertanya, kenapa tidak digital­isasi semua. Ya seperti tadi, ibu-ibu kalau dikasih HP tidak bisa saat mau transfer, mau jual nanti repot. Intinya, kami siap mendigitalisasi semua produk, semua nasabah.

Bukan Pegadaian masih kuno, ini memang kebutuhan. Kebutuh­an nasabah kami, bukan karena kami tidak mampu. Kalau mampu kami lebih happy. Itu membuat kami lebih simple, praktis, cepat, dan murah karena bisa mengurangi tenaga manusia, outlet-outlet, dan lain-lain.

Bagaimana Pegadaian me­nyikapi perubahan eksternal?

Ada lima strategi yang kami buat yang namanya G-5tar Strategy. Ada lima strategi yang kami bentuk. Pertama, grow core. Artinya core kami tinggi, dalam 5-10 tahun ke depan masih mempertahankan produk-produk gadai. Tentunya kami harus memodifikasi, dalam pelayanannya, dan lain-lain. Itu selalu dikembangkan. Kami tidak akan meninggalkan produk gadai.

Pegadaian tidak akan mening­galkan core business-nya yaitu gadai. Gadai masih diperlukan masyarakat dalam beberapa tahun ke depan. Makanya kami tetap akan memaksimalkan pertumbuh­an produk-produk inti. Meskipun nantinya komposisinya akan beda, karena produk-produk gadai akan kami kembangkan, tetapi secara absolut kami akan tetap mengem­bangkan bisnis core kami yaitu gadai.

Strategi lainnya apa?

Selanjutnya, grab new, mengem­bangkan bisnis baru yang potensial dengan dukungan big data analysis dan penguatan risk management. Jadi kami menciptakan banyak pro­duk non-gadai untuk mengimbangi dinamika eksternal. Kalau tidak begitu, kami akan turun.

Ketiga, groom talent yaitu men­jaring karyawan potensial serta meningkatkan kompetensi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pegadaian itu menjadi salah satu perusaahn yang diminati untuk tempat bekerja. Selanjutnya, Gen Z Technology, kami menggunakan sistem teknologi ter-update guna menunjang proses bisnis dan data analysis.

Yang terakhir great culture, mengubah mindset dan budaya kerja karyawan yang lebih men­dorong pada peningkatan kinerja perusahaan. Kalau selama ini, mungkin Pegadaian agak pasif. Mu­lai tahun ini, semua karyawan siap melayani dan membantu nasabah secara aktif.

Apa saja produk-produk Pegadaian?

Ada tabungan emas, gadai, gadai efek (saham dan obligasi), G-Cash, Arrum Haji, G-Cash, dan lain-lain. Saya selalu sampaikan ke banyak orang. Tukang bubur naik haji itu di TV hanya sinetron, kalau di Pegadaian itu kenyataan. Dengan maksimum angsuran tiga mangkok bubur, kalau kita simpan tiga gram emas di Pegadaian terus kita mengangsur seharinya dengan tiga mangkok bakso, bubur, setara 22 ribu, kita bisa naik haji.

Apa saja program non-gadai?

Kami memang harus profit, na­mun juga menjadi agent of develop­ment. Kami punya bank sampah, dengan bersih-bersih lingkungan. Bagaiamana kami mengajari ma­syarakat memilah sampah serta bank sampahnya yang didukung Pegadaian. Hasilnya dibayar de­ngan tabungan emas. Kami sangat peduli dengan progam Indonesia bersih.

Program lain, bersih-bersih administrasi. Kami melakukan pendampingan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan me­reka. Kami bersih-bersih hati, ini penyaluran bantuan dan pening­katan infrastruktur rumah ibadah dan hal-hal terkait kemanusiaan. Bentuknya, renovasi rumah ibadah dan bantuan kemanusiaan.

Bagaimana layanan Pegadaian di The Gade Coffee & Gold?

Ini salah satu bentuk untuk menangkap peluang di anak-anak muda, mengubah citra kami, me­ningkatkan image dengan adanya layanan The Gade Coffee & Gold. Ada layanan prioritas, outlet Pega­daian hingga malam hari termasuk hari Minggu tetap buka. Saat ini, sudah ada 32The Gade Coffee & Gold.

Bagaimana Pegadaian berkon­tribusi kepada negara?

Kontribusi kami naik terus. Coba bayangin ribuan karyawan kami menghidupi berapa orang, ratusan ribu orang lebih bahkan jutaan orang bergantung hidupnya pada Pegadaian. Kami menjadi 10 BUMN pemberi dividen terbesar. Pega­daian menduduki urutan ketujuh dengan deviden 1,39 triliun rupiah pada tahun buku 2018.

Apakah masih perlu kantor cabang?

Perlu. Nggak bisa semuanya dibuat digital. Tahun kemarin kantor cabang ada 4.300 lebih. Dengan adanya digitalisasi, kami banyak menutup outlet-outlet. Menutup bukan karena rugi, untuk efisiensi. N-3

What do you think?

Written by Julliana Elora

Songket dan tenun Indonesia dipromosikan di Ukraina

Emas Warga Abdya yang Dirampas ‘Tamu Tak Diundang’ 20 Mayam