Jakarta (ANTARA News) – Al Jarreau, legenda jazz dunia dengan raihan banyak penghargaan dunia, di antaranya Grammy Award dengan gaya bernyanyi sulit disamai, meninggal dunia pada usia 76 tahun, di Los Angeles, Minggu waktu pantai barat Amerika Serikat.
Banyak sekali media massa arus utama dunia mengabarkan kepergian selamanya sang legenda jazz ini, pada Minggu malam WIB.
Dalam bernyanyi, dia memadukan sedemikian rupa gaya dan aliran banyak hal. Bisa dibilang dia berada di perbatasan antara jazz, soul, dan musik pop. Salah satu yang paling ternama dan khas Jarreau adalah Spain. nomor yang ditunggu-tunggu penggemarnya saban dia tampil di panggung.
Orang dekatnya, Joe Gordon, yang mengumumkan kepergian selamanya Jarreau setelah sebelumnya dirawat. Beberapa pekan lalu Jarreau memang menghentikan tour musiknya dan kini penyebab kematian dia belum diketahui.
Dengan gaya bernyanyi yang kemudian diakui penikmat dan kritikus musik sebagai akrobat scat, dia dikategorikan ke dalam penyanyi jazz. Namun gaya dan trah bermusiknya kemudian menjadi “sangat Al”, hasil berguru dalam klub-klub malam yang kelas pinggiran yang sepi pengunjung.
Hingga 1975, dia tidak menelurkan satupun album; barulah pada usia 35 tahun, dia langsung bertengger di puncak musik dunia dan mampu menyabet tujuh Penghargaan Grammy sekaligus dalam waktu dua tahun sesudah itu.
Dia tidak haram pada perkenalan dan penerapan gaya-gaya bermusik dari generasi-generasi sebelumnya. Simaklah cara dia menerapkan gaya bermusik jazz dengan ucapan lirik tanpa kata yang sangat cepat dari pemusik jazz bebob. Dia juga sukses dan menekankan pada pendekatan bermusik yang sarat perkusi dan suara peralatan elektronik musik rhythm-and-blues dan funk. Dia menghibur dengan teknik menirukan bunyi berbagai alat musik.
“Jarreau menirukan bunyi peralatan perkusi dan elektronik pada dasawarsa ’70-an,” kata kritikus musik, Robert Palmer, pada artikel di Rolling Stones terbitan 1979. “Namun, bukan sekedar begitu. Dia bertahan di sana dan mampu menjadikan semua itu alamiah, bernyanyi begitu lembut, dan tanpa terasa Anda telah berpikir dia tercipta begitu saja dengan semua kamus vokalnya yang luar biasa,” kata Palmer saat itu.
Setelah mendapatkan banyak penghargaan dan stempel sebagai penyanyi jazz, Jarreau melebarkan kiprahnya dengan album besutan 1981, Breakin’ Away, yang terjual lebih dari 1 juta keping’ begitupun dengan hit-nya, We’re in This Love Together yang masuk dalam Top 20. Sejak itulah multi talenta Jarreau makin meroket walau banyak musisi dan penyanyi muda mulai menguasai panggung-panggung konser dan dapur-dapur rekaman pun festival-festival musik dunia.
Indonesia juga negara yang sempat dia kunjungi, dan beberapa pentas dia kecap di sini, di antaranya Java Jazz.
Dia terlahir dengan nama lengkap Alwyn Lopez Jarreau pada 12 Maret 1940, di Milwaukee, Wisconsin. Ayahnya berasal dari New Orleans, bekas pengkhotbah Gereja Adven Hari Ketujuh, dan ibunya seorang pemain piano profesional. Tidak heran jika dia berkenalan dengan musik sejak sangat dini.
Bermula dari bernyanyi gospel di gerejanya dan juga di pojok-pojok jalan, di mana dia belajar dan berkenalan mula dengan berbagai aliran musik. Lalu dia mendengar karya-karya Nat King Cole, Billy Eckstine, Sarah Vaughan, dan Ella Fitzgerald. Semuanya adalah “peletak dasar” musik jazz pada generasinya.
Namun dia mengakui, yang paling memberi pengaruh pada dia adalah musisi jazz, Jon Hendricks, dan penyanyi balada, Johnny Mattis. “Banyak dari aku ini aku gambarkan berasal dari kualitas yang ada di dalam diri kedua orang ini. Penyanyi jazz dan balada, juga bagaimana mereka tampil,” kata Jarreau pada 2005. “Di suatu posisi, juga, adalah artis R&B yang hijrah ke Motown University,” kata dia.
Namun Jarreau juga dikenal sebagai atlet yang handal. Dia tergabung dalam tim basket Milwaukee Braves dan berlaga dalam tim Wisconsin’s Ripon College, almamaternya dari mana dia lulus pada 1962. Dia mendapat gelar pasca sarjananya pada 1964 dalam hal rehabilitasi kejuruan dari University of Iowa.
Setelah pindah ke San Fransisco, dia bekerja sebagai konselor bagi penyandang disabilitas dan bernyanyi di klub-klub jazz; pensiun dari pekerjaannya dan mempersembahkan hidupnya ke musik pada 1968.
Selamat jalan Al.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017