Durian merupakan salah satu buah tropis yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selama ini, kulit durian hanya dibuang dan menjadi limbah. Padahal kulit durian memiliki manfaat yang sangat penting untuk mengatasi pencemaran minyak di perairan.
Kandungan zat pectin dan selulosa yang tinggi pada kulit buah durian membuat kulit durian atau kuldur menjadi bahan material absorbent (lapisan penyerap) alami. Absorbent alami ini efektif untuk menangani masalah tumpahan minyak di perairan. Penggunaan kuldur ini dinilai jauh lebih ekonomis dari penggunaan absorbent lain yang digunakan saat ini.
Masalah tumpahan minyak (oil spill) di perairan, terutama laut, merupakan persoalan yang banyak dihadapi, utamanya pada area Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM). Tumpahan minyak biasanya berada pada titik-titik seperti di bangsal minyak, tangki minyak, bangsal minyak utama, dan area bengkel.
Penanggulangan tumpahan minyak selama ini menyedot biaya yang cukup tinggi. TBBM Manggis di Karangasem, Bali, merupakan salah satu TBBM yang dirasa masih belum efisien dalam penanganan tumpahan minyak. Melalui sebuah tim riset khusus, direktorat pemasaran berinisiatif melakukan inovasi dalam rangka mencari bahan untuk substitusi peralatan LLP. Salah satunya dengan menggunakan kulit durian.
Durian merupakan salah satu buah tropis yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selama ini, kulit durian umumnya hanya dibuang dan menjadi limbah. Pemanfaatan kulit durian masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat.
Riset yang dilakukan tim dari Marine Regional V-Shipping saat ini tengah mengembangkan material absorbent alami dengan bahan baku berasal dari kulit durian. Kulit durian ini efektif untuk menyerap minyak jenis MPO dan MDO. Temuan ini sendiri menerima penghargaan The Best Funtional Team Improvment.
Kandungan zat pectin dalam kulit durian mencapai 2, 56 persen. Zat pectin sebenarnya tidak hanya ada dalam kulit buah durian. Sejumlah buah lainnya juga mengandung zat pectin seperti kulit buah pisang dan juga kulit buah mangga. “Tapi kandungan zat pectin dalam kulit durian itu yang paling tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lainnya,” kata Irwan. Sebagai catatan, kandungan pectin pada kulit buah pisang sebanyak 1,09 persen, buah mangga 1,7 persen, dan jeruk 0,8 persen.
Secara alami pectin merupakan zat yang mampu berfungsi untuk mengikat dan menggumpalkan minyak bersama selulosa. Kedua zat ini sangat berpengaruh terhadap daya ikat dan daya serap yang sangat kuat pada satu material. “Kadar selulosa dalam kulit durian juga ternyata sangat tinggi. Sehingga kulit durian memiliki potensi yang tinggi sebagai penyerap alami,” kata Irwan.
Kadar selulosa kulit durian mencapai 60 persen.
Kulit durian yang digunakan merupakan kulit durian bagian luar. Dimana kulit durian harus dibersihkan terlebih dahulu kemudian dipisahkan dari lapisan dalam yang berwarna putih. “Kami harus pisahkan karena bagian putih dari kulit durian banyak mengandung lilin,” tambah Irwan.
Prosesnya sangat sederhana. Yakni dengan teknik pemurnian dan pengeringan, dimana setelah kulit durian dipisahkan dari bagian putihnya, kemudian dikeringkan dan dihaluskan dengan menggunakan blender. Kulit durian yang sudah dihaluskan ini kemudian diayak dan dibentuk paparan. Paparan inilah yang kemudian digunakan.
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di TBMM Karang Asem Bali, penggunaan kulit durian ini ternyata jauh lebih efektif dari bahan lainnya. “Kuota penyerapan dan responsiveness-nya sangat baik,” tambah Irwan.
Kulit durian juga ternyata mampu menekan biaya penanggulangan tumpahan minyak hingga 71 persen. Waktu penanganan tumpahan minyak menjadi lebih singkat karena daya serap yang sangat baik. – nik/E-6