Jangan Lengah, Kalau tak Ingin Tersandung
Berbicara soal baik buruknya kualitas pendidikan, jelas tak bisa dipisahkan dengan keberadaan seorang guru. Gurulah aktor utama dalam pembelajaran terhadap anak didiknya. Namun sadar atau tidak, kewibawaan dan marwah profesi guru ini belakangan mulai dipertaruhkan.
Keterlibatan sejumlah oknum guru dalam kasus perilaku menyimpang dan di luar tataran etika, menjadi penyebab mendasar. Mulai keterlibatan oknum guru dalam perbuatan cabul dan kekerasan terhadap anak didik, terlibat korupsi, dan lainnya, menjadi buktinya.
Berdasarkan catatan Padang Ekspres, terdapat sejumlah kasus asusila melibatkan oknum guru. Di antaranya, kasus dugaan pencabulan di Kecamatan Tanjungbaru, Tanahdatar awal tahun ini. Seorang guru olahraga diduga mencabuli tujuh muridnya. Parahnya, sebelum melancarkan aksinya, oknum guru tersebut terlebih dahulu mempertontonkan film tidak senonoh dari ponsel miliknya kepada korban yang baru duduk di bangku kelas II sampai IV SD.
Masih di daerah sama tepatnya di Lintau Buo Utara Tanahdatar, lagi-lagi seorang guru SD diduga berbuat cabul terhadap gadis keterlakangan mental. Pelaku akhirnya berhasil ditangkap aparat kepolisian.
Di samping kasus asusila, terdapat pula kasus kekerasan oknum guru terhadap anak didiknya. Salah satunya, kasus penamparan seorang guru di Kota Solok terhadap puluhan anak didiknya, Juli 2017 lalu. Emosi sang guru terpancing, karena merasa diejek oleh anak didiknya.
Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Burhasman Bur mengakui terdapat sejumlah kasus melibatkan oknum guru di Sumbar setahun terakhir. “Berdasarkan evaluasi kami terhadap guru-guru maupun kepala sekolah SMA/SMK dalam satu tahun terakhir, memang ada dua orang yang bermasalah dengan hukum. Yang satu oknum kepala sekolah menyelewengkan Dana Alokasi Khusus dan satunya lagi oknum guru yang terbukti menggunakan narkotika,” ujar Burhasman ketika ditemui di ruangannya, Jumat (24/11) lalu.
“Yang oknum kepala sekolah sedang menjalani proses persidangan. Sedangkan oknum guru yang terlibat narkoba sedang menjalani rehabilitasi,” lanjutnya. Selain sanksi hukum, tambah Burhasman, pihaknya juga memberikan sanksi berupa pencabutan tunjangan yang dimiliki.
Biar begitu, Burhasman menegaskan bahwa sejauh ini marwah seorang guru masih terjaga. Untuk antisipasi, pihaknya rutin melakukan pembinaan berupa bimbingan teknis (bimtek) kepada masing-masing guru di setiap mata pelajaran. Bahkan dalam berbagai kesempatan, pihaknya selalu menekankan profesionalitas seorang guru.
“Dalam bimtek tersebut, tidak hanya dibahas masalah teknis soal pengajaran semata. Namun, juga berkaitan dengan hal-hal pengembangan perilaku dan pendidikan karakter,” jelasnya.
Masalah mendasar guru di Sumbar sekarang ini, menurut Burhasman, terkait kekurangan dan pendistribusian guru. “Kami kekurangan guru SMA/SMK dan SLB mencapai 2.881 orang. Belum lagi gelombang pensiun yang mencapai ratusan orang hingga akhir tahun ini, “ jelas pria berkacamata itu.
Untuk menutupi kekurangan guru ini, pihaknya memberdayakan tenaga kependidikan yang honornya bersumber dari APBD. ”Gajinya berdasarkan jam. Tahun ini Rp 25 ribu/jam. Tahun depan, dinaikkan menjadi Rp 35 ribu/jam. Kemudian, tenaga kependidikan itu juga mendapatkan tambahan insentif dari komite dan dana BOS. Tapi, semua itu tergantung kebijakan sekolah atau kabupaten/kota masing-masing,” katanya.
Sekaitan momentum Hari Guru, Burhasman mengingatkan seluruh guru kembali mawas diri dan benar-benar menyadari bahwa seorang guru harus menjadi teladan bagi peserta didiknya, dan juga masyarakat. “Jangan sampai mencederai profesinya dengan perilaku tak semestinya,” ingatnya.
Pengamat Pendidikan, Z Mawardi Effendi juga mengingatkan seluruh guru maupun pihak terkait tidak lengah. Pasalnya, tantangan ke depan semakin rumit dan kompleks. Kalau tidak hati-hati bisa tersandung.
Seiring peningkatan kesejahteraan guru, dia mengingatkan guru agar menjadikan semua itu sebagai motivasi, atau pelecut semangat dalam bertugas. “Semestinya dipergunakan untuk peningkatan kualitas dan kapasitasnya. Yang output-nya berdampak kepada kualitas peserta didik,” tukas mantan rektor UNP itu. (*)
LOGIN untuk mengomentari.