Tindakan mengebom mungkin dianggap orang sebagai tindakan yang dapat mengakibatkan dampak paling hebat. Namun, sesungguhnya, memaafkan berdampak jauh lebih hebat dibanding bom. Lagi pula, bom berdampak amat buruk. Sebaliknya, memaafkan berbuah sangat baik.
Pengebom menyengsarakan. Memaafkan itu menggembirakan. Sebab di dalam memaafkan ada cinta. Love is more powerful than anynuclear weapons. Kasih jauh lebih kuat dari setiap senjata nuklir sekalipun.
Tidak ada yang baik dari tindakan pengeboman. Semua berdampak kerusakan, menyengsarakan, dan meluluhlantakkan. Mengebom membuat korban menderita, kalau tidak meninggal. Pengeboman menciptakan kesengsaraan, kedukaan, kesedihan mendalam, dan kegelapan.
Namun berbeda jalan yang ditempuh keluarga korban ledakan gereja Oikumene Samarinda. Mereka menempuh jalan adiluhung dengan memaafkan pelaku yang telah begitu kejam mengebom anak-anak tak berdosa.
Bocah bernama Trinity Hutahaean (4) menjadi salah satu korban. Namun keluarganya memaafkan pelaku. “Keluarga tidak mengutuk pelaku teror tersebut. Kami menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Sebab Tuhan mengajarkan untuk memaafkan, bukan membalas kejahatan,” kata kakak ibu korban bernama Roina Simanjuntak. Ya ini benar sekali. Bahkan Tuhan mengajarkan untuk mencintai musuh. “Cintailah musuhmu,” begitu perintah Tuhan.
Andai saja manusia menjalankan perintah Tuhan untuk mencintai musuh, dunia ini surga, tidak ada permusuhan. Yang ada kedamaian, kebahagiaan dan suka-cita. Itulah surga. Sebaliknya, permusuhan hanya menciptakan neraka dunia, tidak ada kedamaian, tidak ada kebagiaan, tidak ada suka-cita. Permusuhan hanya menciptakan kedukaan dan kegelapan.
Kejadian pengeboman gereja Oikumene meninggalkan kesesakan bagi keluarga korban terutama ayah ibu dan kerabat mendiang putri cantik Intan Olivia. Intan telah menjadi martir kebinekaan. Dia kini berada di surga. Intan telah mencapai kebahagiaan sejati. Intan pasti memaafkan pelaku dan mendoakan semoga dia bertobat.
Mari kita mendoakan agar bocah-bocah yang mengalami luka bakar akibat bom dapat segera sembuh dan beraktivitas kembali. Panjatkan doa bagi kesembuhan anak-anak tak berdosa:
Trinity Hutahaen, Alvaro Aurelius, dan Anita Kristobel yang kini tengah berjuang melawan luka bakar di tubuhnya. Tuhan sembuhkanlah anak-anak-Mu itu. Mari doakan juga pelaku agar bertobat.
Semoga kematian Olivia meneguhkan kebinekaan yang kini tengah dicoba untuk dikoyak. Betapa sulit menjahit kebinekaan bila telah terkoyak.
Maka dari itu, mari menjaga dan mengeratkan kebinekaan sehingga bisa tetap utuh. Jangan biarkan orang-orang tidak bertanggung jawab mengoyak kebinekaan yang sejatinya merupakan kekayaan bangsa.
Jalan Bangsa
Jauh sebelum pengeboman gereja Oikumene Samarinda ini, memaafkan pelaku kejahatan bahkan pembunuh juga telah dilakukan keluarga Suroto dan Diana.
Suami istri itu kehilangan putri tunggalnya, Ade Sara Angelina. Anak semata wayang tersebut dibunuh dengan keji sepasang kekasih Asifa dan Hafiz. Ade Sara dibunuh karena kecemburuan Asifa. Memang Hafiz pernah dekat dengan Ade Sara.
Di sini bukan mau membuka kasus pembunuhan tersebut. Namun ingin mengenang kembali bahwa keluarga Suroto dan Elisabeth yang tinggal di Klender, Jakarta Timur tersebut juga memberi contoh memaafkan kedua pelaku.
Tentu itu sikap hati yang luar biasa besar karena suami istri tersebut kehilangan anak satu-satunya. Itu berarti akan memutus keturunan. Namun Tuhan tentu akan memberi keturunan sebanyak bintang di langit sebagaimana pernah dijanjikan kepada Abraham sebagai ganti kehilangan Ade Sara.
Sikap memaafkan hendaknya menjadi jalan yang semestinya diambil bangsa ini. Memaafkan akan menghidupkan dan melepaskan segala beban. Berbeda bila tetap membenci pelaku kejahatan, maka sikap membenci itu akan menggerogoti kejiwaan. Dengan memaafkan berarti melepaskan beban duka dan kebencian, juga luka batin, sehingga jiwa menjadi bebas lepas.
Betapa indahnya andai bangsa ini saling memaafkan terhadap para pelaku kejahatan. Hal itu bisa dimulai dari masalah-masalah sepele. Sebab sering sekali masalah-masalah sederhana bisa menjadikan pembunuhan.
Maka andai bangsa ini menjalankan sikap memaafkan kepada sesama yang berlaku salah kepada kita, tentu semua akan damai dan sangat indah. Betapa indahnya hidup saling memaafkan karena itu berarti tidak ada kebencian pada bangsa ini.
Kedamaian akan menciptakan ketenteraman dan ini sangat mendukung bagi terciptanya kondisi kondusif yang sangat dibutuhkan untuk mengundang pemodal asing masuk ke dalam negeri. Saat ini bangsa asing yang ingin menginvestasikan uang ke Indonesia barangkali tengah mengkhawatirkan keadaan.
Hal itu terbukti dari temuan-temuan Kapolri Jenderal Tito Karnavian adanya rapat-rapat untuk makar. Di sini diajak untuk mengembangkan sikap memaafkan agar terjadi kedamaian.
Negara yang tengah gencar membangun infrastruktur dan memulihkan kondisi ekonomi sangat memerlukan kondisi damai agar tidak gaduh terus. Sebab kegaduhan hanya akan menyita energi bangsa untuk tujuan yang tidak produktif. Penulis aktivis sosial kemasyarakatan.