Tinggalkan Masa Lalu, Rindu Sekolah
Maraknya aksi tawuran pelajar dan banyaknya anak jalanan (anjal) di Kota Padang harus diantisipasi secepatnya. Pemko Padang bekerja sama dengan Batalyon Infanteri/133 Yudha Sakti untuk membentuk karakter anak. Seperti apa?
Senin (14/8) sekitar pukul 11.00 di Markas Komando Batalyon Infanteri/133 Yudha Sakti terlihat 19 remaja tanggung sedang melakukan latihan baris-berbaris. Memakai pakaian training, mereka tampak kompak dan bersemangat menjalani setiap aba-aba yang diberikan oleh tim pelatih.
Seusai latihan, Padang Ekspres berkesempatan berbincang dengan beberapa anjal. Salah satunya DM, ia menyebut setelah lima hari menjalani program pembinaan, dirinya menjadi lebih disiplin dan mempunyai rasa tanggung jawab. “Saya merasa senang selama di sini, karena diajarkan ilmu agama dan ilmu kehidupan lainnya,” kata remaja 14 tahun itu.
DM yang tertangkap oleh petugas ketentraman dan ketertiban (Trantib) Padang pekan lalu saat menjadi “Pak Ogah” di U turn ATIP Padang mengaku masih bersekolah di SMP. Hidup di jalan menjadi Pak Ogah, katanya, karena diajak teman. Setelah menjalani pelatihan, ia bertekad akan rajin sekolah dan tak mau hidup di jalanan lagi.
AB, anjal lainnya mengaku banyak belajar selama menjalani pembinaan di Mako Batalyon Infanteri/133 Yudha Sakti. “Selama di sini belajar hidup disiplin, kalau di jalanan dulu bangun dan tidur tidak menentu,” sebut remaja 18 tahun ini.
AB yang hanya mencicipi bangku sekolah hingga kelas 3 SD ini mengaku rindu bersekolah lagi. Meski umur sudah 18 tahun, dia mau sekolah dan mendapatkan ijazah. Usai pembinaan ini kalau tak ada biaya untuk sekolah, ia akan mencari kerja dan tidak kembali ke jalanan.
Sementara itu, pelatih pembinaan mental bagi anjal dari Batalyon Infanteri/133 Yudha Sakti Sersan Satu (Sertu) Agus Bastian di sela-sela kegiatan menyebut program pembinaan mental bagi anjal dan remaja yang tertangkap melakukan tawuran adalah program cerdas untuk menyelamatkan generasi muda.
“Mereka adalah aset bangsa, di usia yang masih remaja ini, seharusnya mereka sekolah dan merangkai masa depan, bukan hidup di jalanan,” sebutnya.
Dalam pembinaan selama 10 hari ini, menurut Agus, anjal diberikan beragam materi mulai dari ilmu agama, wawasan kebangsaan, hingga kegiatan baris berbaris. “Mereka masuk ke sini 9 Agustus lalu, dan akan dibina hingga 18 Agustus mendatang. Setelah itu dikembalikan ke Pemko dan Pemko akan menyerahkan ke orang tua mereka masing-masing,” katanya.
Kegiatan dimulai pukul 05.00 hingga 18.00 dengan kegiatan Shalat Subuh berjamaah, senam pagi dan sarapan. Setelah itu para anjal akan mendapatkan pembinaan dalam ruangan. “Kita harap, dengan gemblengan seperti ini, keluar dari pembinaan mereka akan hidup disiplin dan mempunyai rasa tanggung jawab,” harapnya.
Untuk geng motor yang baru tertangkap Minggu (13/8) dini hari belum bisa ditemui. Sebab sedang menjalani program tertutup. “Tiga hari ke depan, masih menjalani program tertutup,” ungkapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Padang Amasrul mengaku, program pembinaan mental bagi anjal dan remaja yang tertangkap tawuran merupakan program awal untuk menyelamatkan generasi muda.
“Setelah menjalani program pembinaan mental selama 10 hari, mereka akan dikembalikan kepada orangtuanya. Bagi yang putus sekolah akan kami sekolahkan dan bagi yang tidak mau sekolah akan diikutkan program paket A, B, dan C,” akunya.
Setelah mendapatkan Ijazah, sambung Amasrul, pihaknya akan memberikan pelatihan keterampilan kepada para anjal yang sedang dibina tersebut.
“Pelatihan keterampilan itu akan dilakukan di Balai Latihan Kerja (BLK) agar mereka mempunyai keterampilan dan bisa hidup layak ke depannya. Selain itu, ini juga sebagai bentuk hadirnya pemerintah dalam menyelamatkan generasi penerus bangsa,” ulasnya.
Sebanyak 20 orang yang tertangkap akan melakukan tawuran, Minggu (13/8) dinihari, Amasrul menyebut, mereka sedang menjalani program pembinaan khusus dan tak bisa diganggu selama tiga hari ke depan.
“Dari 20 orang itu, setelah menjalani tes urine, 3 remaja positif memakai narkoba, dan 17 lainnya positif menggunakan lem. Sehingga mereka butuh pembinaan khusus. Apalagi mereka tertangkap membawa beberapa bilah benda tajam,” paparnya.
Apabila setelah dibina dan diserahkan ke orangtuanya, bila mereka mengulangi perbuatannya, ditegaskan Amasrul pihaknya akan menempuh jalur hukum. “Ya, kalau memang masih mengulangi perbuatan seperti tawuran dan menjadi anjal kembali setelah dibina, berarti mereka melawan hukum dan memang tak bisa dibina,” tukasnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.