Tak ada Dokter Umum, Minim Alat Kesehatan
Puskesmas di Desa Malakopa, Kecamatan Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai dikenal dengan keasrian lingkungannya. Pasalnya, pekarangan Puskesmas Malakopa ditanami dengan berbagai tanaman yang digunakan dalam pengobatan Sikerei. Sayangnya, puskesmas ini masih minim sarana.
Tidak sulit menjumpai Puskesmas Malakopa. Dari muara Malakopa, kita hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit menggunakan sepeda motor. Puskesmas ini dibangun pada tahun 2015. Sebelumnya, Puskesmas untuk wilayah Pagai Selatan berada di Desa Bulasat. Lebih kurang 20 kilometer dari Malakopak.
Setelah Bulasat menjadi desa pemekaran, Puskesmas di Malakopa sebagai pusat ibukota kecamatan juga dibangun. Puskesmas yang dikepalai Alam Sukar ini, memiliki luas tanah 100 meter x 50 meter persegi dengan lima bangunan utama. Di sekeliling pekarangan Puskesmas ditanami berbagai tanaman pengobatan Sikerei.
“Kami ingin memberikan contoh kepada masyarakat. Bahwa, pekarangan tidak hanya dapat ditanam dengan tanaman dapat dikonsumsi, tetapi juga tanaman obat,” ungkap Kepala Puskesmas Malakopa, Pagai Selatan, Alam Sukar.
Di samping tanaman hiasan, ada 14 jenis tanaman digunakan sikerei dalam pengobatan di pekarangan puskesmas. Salah satunya, tanaman Aileppet berkhasiat mendinginkan hawa atau aura panas. Termasuk gangguan atau kejahatan dari luar.
“Kondisi pekarangan ini, memang sudah menjadi kecintaan kami seluruh karyawan Puskesmas. Jadi, untuk menjaga pekarangan, tidak ada istilah disuruh. Tetapi, saling menjaga. Penggeraknya yakni bagian K-3 dan gizi,” ujar , warga asli Desa Sotboyak, Kecamatan Siberut Tengah ini.
Walaupun begitu, kata Alam, keterbatasan sarana seperti ruang rawat inap menjadikan puskesmas tersebut, belum mampu memberikan pelayanan optimal. Pasien yang butuh rawat inap, kadang terpaksa rawat jalan.
“Kalau pun ada pasien yang harus rawat inap, kami terpaksa memberdayakan ruangan kosong. Kadang juga, terpaksa memanfaatkan ruangan BP (bidang pengobatan, red),” kata Alam yang sudah memimpin Puskemas tersebut sejak dua tahun lalu.
Menurut Alam, Puskesmas Malakopa saat ini juga belum memiliki dokter umum. Sementara, wilayah pelayanan ditangani ada dua desa. Yakni, Desa Makalok dan Malakopak.
Untuk dokter gigi di Puskesmas Malakopak, juga sudah ada. Hanya, saja belum didukung dengan sarana atau peralatan pemeriksaan gigi itu sendiri. Sementara, fasilitas lainnya seperti ketersediaan listrik dan akses internet, hampir sudah cukup optimal.
Kata Alam, dengan keterbatasan anggaran, pihaknya juga membangun tempat tidur petugas dan ruangan apotek secara swadaya. Pihaknya berharap tahun depan, fasilitas rawat inap di Puskesmas Malakopak, sudah dapat dibangun.
Dari segi penyakit, kata Alam, warga masyarakat desa di sini dikenal dengan kebersihannya namun masih rentan dengan penyakit tubercolosis (TB) dan infeksi saluran pernafasan akut (Ispa). Namun, dari tahun ke tahun, penyakit menular tersebut, terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2016, penderita TB di wilayah Puskesmas Malakopak mencapai 13 orang. Pada tahun ini ditemukan hanya satu orang. Dari 13 orang tersebut, dua meninggal dunia, karena tidak mau berobat.
“Sekarang ini masih ada satu orang dalam tahap pengobatan. Ini sudah ada penurunan, karena kami terus turun ke lapangan dengan melakukan penyuluhan dan pengobatan,” pungkas Alam. (*)
LOGIN untuk mengomentari.