Berawal dari Iseng, Dikunjungi Ribuan Wisatawan
Supaldriman, 40, tak menduga keisengannya membuat pondok-pondok di atas pohon-pohon di sekeliling lahan perkebunannya akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Siapa sangka, rumah pohon negeri di atas awan yang digagasnya tersebut mampu menjadi ikon wisata baru di Pesisir Selatan (Pessel) dan mendatang kan ribuan wisatawan.
Dari kejauhan, ketika memasuki Kenagarian Pancuangtaba, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), tampak jejeran pondok-pondok kecil yang berada di atas bukit. Bentuknya unik serta lokasinya berada di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Sehingga membuat wisatawan menjadi penasaran untuk mendatanginya.
Rumah pohon di atas awan itu dibangun seorang petani bernama Supaldriman tahun 2015. Awalnya, Supaldriman hanya berniat membuka lahan perkebunan dekat lokasi rumah pohon tersebut. Saat temenung, tiba-tiba saja muncul idenya untuk membuat pondok yang di atas pohon-pohon yang ada di sekeliling lahan perkebunannya itu.
“Saya awalnya iseng-iseng saja, karena banyaknya pohon kayu yang tidak berguna di sekitar kebun saya. Lalu, terlintas saja untuk membuat pondok di atas pohon,” ucapnya.
Katanya, setelah beberapa hari, ternyata ada anak muda di nagarinya memotret rumah pohon tersebut. Anak muda tersebut kemudian mempostingnya di media sosial. Alhasil, banyak pengunjung yang datang untuk menikmati sensasi rumah pohon di atas awan tersebut.
Menurut Supaldriman, alasan dinamai rumah pohon negeri di atas awan dikarenakan posisinya di atas ketinggian. Pada pagi hari, sebelum matahari terbit, akan terlihat gumpalan awan di bawah rumah pohon tersebut.
“Sekarang, saya sudah mendirikan 4 rumah pohon dengan model berbeda-beda. Sebagian besar pengunjung ke sini pergi berfoto-foto sambil menikmati keindahan alam nagari kami,” jelasnya.
Di hari-hari libur, rumah pohon tersebut ramai di kunjungi wisatawan yang datang dari berbagai daerah. Hari biasa ada 50 pengunjung datang. Kalau hari libur ada ratusan pengunjung yang datang. Kalau satu bulan ada sekitar 3 ribu pengunjung atau wisatawan yang datang.
Dalam satu hari, pendapatan yang diterimanya jutaan rupiah dari jualan makanan seperti mie rebus, serta aneka makanan dan minuman ringan lainnya.
“Sejak 2 tahun didirikan, alhamdulillah mampu membantu perekonomian keluarga saya dan juga mampu membiayai kuliah anak saya yang kuliah di Padang. Ke depannya, saya berharap pemerintah membantu membangun sarana dan prasarana yang masih kurang di sini seperti toilet dan mushala,” ujarnya.
Supaldriman menuturkan, bagi pengunjung yang datang ke rumah pohon miliknya tak dikenakan biaya. Demikian juga dengan kendaraan yang parkir di depan rumah pohonnya juga tak dikenakan biaya parkir.
“Pedagang hanya bayar, kalau pesan makan dan minum saja. Itu pun harganya standar. Tidak ada ada istilah pakuk memakuk di sini,” ucapnya.
Salah seorang pengunjung rumah pohon Robi Septiawan menyebutkan, ia datang ke rumah pohon karena menyukai lokasinya. “Saya baru pertama kali ke sini. Rumah pohon ini, bisa menjadi alternatif liburan ketika berada di Pessel. Saya berharap ke depannya lokasi rumah pohon ini lebih dipercantik lagi agar pengunjung semakin tertarik mendatanginya,” ujar warga Padang ini. (*)
LOGIN untuk mengomentari.