in

Menikah Itu Bukan Hanya Menyatukan Dua Hati, Tetapi Juga Dua Keluarga

Memang benar, yang namanya menikah itu bukan hanya menyatukan dua hati tetapi juga dua keluarga besar. Sekalipun kita sudah sama-sama sepakat untuk melangkah ke pernikahan, tetapi jika salah satu keluarga terutama orangtua kita belum memberi restu, sebaiknya kita tunda saja dulu pernikahannya, karena jika kita memaksakan diri di kuatirkan akan menimbulkan banyak persoalan di kelak kemudian hari. Kita tidak mau’kan melangsungkan pernikahan tanpa restu orangtua kita? Karena apapun alasannya, doa restu orangtua itu yang nantinya akan membawa kita kedalam kebahagian sejati,

Menikah itu mudah, itu benar. Jika kedua pihak sudah  sama-sama merestui, juga antara kita berdua sama-sama tidak saling memberatkan, jadi pernikahan bisa dilangsungkan dengan tidak ada kendala atau halangan apapun juga, itulah yang dinamakan mudah.

Tetapi jika masih ada ganjalan dari salah satu pihak karena alasan tertentu sebaiknya pernikahan di tunda dulu, sampai ditemukannya kata sepakat. Takutnya, jika masih ada ganjalan dari salah satu pihak keluarga, jika kita tetap memaksakan untuk segera menikah, akan menimbulkan permasalahan di kelak kemudian hari.

Saat sudah menikahpun, kita bukan hanya sekedar hidup berdua, lalu melupakan begitu saja keluarga besar kita. Jika kita melakukan itu maka dengan sendirinya kita akan terasing dari keluarga besar kita sendiri. Dalam adat orang jawa, ada yang namanya kumpulan Trah dari ayah dan dari pihak ibu ( keluarga besar dari ibu, ya adek sampai kakaknya, juga sepupu-sepupunya ) berkumpul setiap seminggu sekali, dan kita juga harus mengikutinya karena itu acara keluarga. Itulah yang dinamakan kita menyatu dengan keluarga dari pihak suami kita, demikian sebaliknya dengan suami kita.

Saat salah satu anggota keluarga besar kita terkena musibah, dan membutuhkan banyak biaya, maka dengan sendirinya kita juga ikut membantu memikulnya untuk meringankan beban mereka, dan itu sudah menjadi tanggungjawab kita sebagai bagian dari keluarga besar. Akan tiba saatnya nanti kita juga akan membutuhkan pertolongan mereka. Jadi bisa diartikan kalau menikah itu bukan persoalan sederhana tentang dua hati yang menyatu, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar.

Bagaimana jika kedua keluarga besar itu mempunyai status sosial yang berbeda? Kita dari keluarga yang biasa- biasa saja, sementara keluarga besar suami termasuk orang berada dan terpandang. Selama kedua belah pihak tidak mempersoalkannya, dan justru bisa saling menghargai dengan saling melengkapi. Itu tidak menjadi soal, bahkan kita bisa merasakan hidup yang Indah dengan berbedaan yang menyatu menjadi satu keluarga besar.

Yang menjadi persoalan itu jika perbedaan status  sosial itu menimbulkan kesenjangan sosial. Misalkan saat keluarga suami yang terpandang dan terhormat itu mengadakan suatu hajatan. Keluarga kita ( ayah ibu juga saudara kita ) tidak mendapatkan undangan karena takut keluarga besar kita membikin malu saat datang ke pesta hajatan keluarga besar suami. Dan itu jelas akan menimbulkan rasa tidak nyaman buat keluarga besar kita, bisa-bisa jika mereka tidak terima akan melahirkan rasa sakit hati.

Agar kejadian itu tidak terjadi, tidak ada salahnya jika kita mempertimbangkan status sosial juga status  ekonomi keluraga saat mau melangsungkan pernikahan. Meskipun kita sama-sama tidak mempersoalkan status sosial ekonomi pasangan kita, karena kita berusaha untuk bisa menerima apa –adanya, tetapi tidak ada salahnya jika kita tetap mempertimbangkan perbedaan tersebut buat kebahagian kita ke depannya.

 Kita juga tidak mau’kan seandainya orangtua kita di perlakukan tidak mengenakan oleh keluarga besar suami kita hanya karena orangtua kita berasal  dari keluarga yang miskin! Untuk itu sebaiknya saat menjalin hubungan dengan seseorang dan hendak membawa hubungan itu kepernikahan, tidak ada salahnya jika hubungan keluarga besar kita di satukan dahulu dalam satu tujuan. Jangan sampai kesenjangan sosial menjadi alasan pertengkaran rumah tangga kita nanti kedepannya.

Ingat, menikah itu bukan hanya sekedar menyatukan dua hati yang berbeda, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar kita. Agar saat menikah nanti keluarga besar kita bisa menjadi rukun saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Dan bahagiapun bisa kita rasakan.

 

Theresia Hardy

What do you think?

Written by virgo

Persiapan Pemondokan di Mekah Capai 98,95 Persen

Pilkada Usai, Pilprogram Mulai