Setiap orang sangat menyadari pentingnya pendidikan. Melalui pendidikanlah upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang cerdas, unggul dan berakhlak mulia. Guru merupakan faktor kunci yang menentukan bagaimana pendidikan itu dilaksanakan.
Guru mengemban tugas yang strategis sekaligus memikul tanggung jawab yang berat.
Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik.
Untuk itu guru berupaya dengan segala jurus dan strategi agar anak didiknya dapat menerima pelajaran secara optimal. Guru juga memanfaatkan berbagai tekhnologi dan media pembelajaran agar materi yang disampaikannya dapat menarik perhatian peserta didik, tidak membosankan dan dapat dipahami dengan baik.
Untuk menunjang hal itu guru senantiasa berupaya meningkatkan kompetensi dirinya. Disamping mengajar, guru juga meluangkan waktunya untuk mengikuti berbagai seminar dan pelatihan, baik daring atau luring, baik yang rutin maupu insidentil.
Semua itu dilakukan guru agar anak didiknya berhasil dalam pembelajaran. Bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk bekal masa depan. Selain berhasil dan sukses di dunia, guru juga ingin anak didiknya selamat dan bahagia di akhirat.
Guru ingin anak didiknya masuk ke dalam sorga dan terhindar dari siksa neraka. Makanya guru selalu mengingatkan anak didiknya untuk rajin beribadah, mengerjakan shalat, menutup aurat dan melarang anak didiknya berbuat maksiat seperti berjudi atau minuman keras.
Begitulah perhatian seorang guru terhadap anak didiknya. Tidak hanya untuk urusan dunia, namun juga urusan di akhirat nanti. Guru dunia akhirat hadir untuk menuntun anak didik ke jalan kebenaran, mencerabut akar kebodohan. Seorang guru dunia akhirat bagai lilin yang menyinari sudut kegelapan.
Guru dunia akhirat tidak menjadikan dunia sebagai motivasi utama. Tidak mengukur setiap perjuangan dan pengorbanan yang dilakukannya dengan nominal yang diperoleh. Guru dunia akhirat menyadari profesi guru bukan sebatas profesi dunia tapi juga merupakan investasi di hari akhir nanti.
Bagi guru dunia akhirat tidak ada motivasi yang lebih tinggi menjadi seorang guru melebihi janji ilahi lewat sabda baginda yang mulia: “ Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakan”. (H.R Muslim).
Motivasi inilah yang akan menguatkan guru dalam menjalan peran dan fungsinya dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Dalam melaksanaan pembelajaran di kelas misalnya, guru harus menghadapi dan mengatasi berbagai situasi yang terjadi.
Ada peserta didik yang kurang merespons dan tidak memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Ada peserta didik yang sibuk dengan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari, ada yang berbicara dan bercanda dengan teman, ada yang mengganggu temannya yang sedang memperhatikan penjelasan guru, ada yang sering keluar masuk ruangan dan tidak membuat tugas.
Begitulah kondisi yang dihadapi guru setiap hari. Guru yang berorientasi dunia akhirat akan mampu bersikap bijak menghadapi anak didik generasi milenial ini. Kecerdasan intelektual tanpa dibarengi kecerdasan emosional dan spritual hanya menyebabkan guru berada pada posisi stress dan emosi tinggi.
Sikap killer seorang guru tidak melulu efektif, namun guru harus berpandai-pandai menyikapi beragam karakter anak didik. Guru bukanlah makhluk yang sempurna. Sebagai manusia guru tentu punya kelemahan dan kekurangan.
Namun guru dunia akhirat bukanlah politikus yang mengejar jabatan. Guru dunia akhirat bukanlah artis yang berharap pujian dan gemuruh tepuk tangan. Guru dunia akhirat bukan pedagang yang mengejar keuntungan.
Guru dunia akhirat adalah inspirasi masa depan. Sebuah penyadaran bahwa menjadi guru bukan semata tempat mencari penghidupan, namun jalan pengabdian untuk kebaikan kehidupan. Baik kebaikan hidup di dunia yang fana ini, maupun kebaikan hidup di akherat nanti yang kekal abadi.
Tanggal 25 November selalu diperingati sebagai hari guru nasional. Momen ini dapat dijadikan guru untuk merefleksi lagi peran dan fungsi yang sudah diemban selama ini. Satu hal yang patut direnungkan adalah “Sudahkah saya menjadi guru dunia akhirat?”. Selamat Hari Guru.(*)