in

Musim Kemarau, Waspada Kebakaran

CEGAH ASAP: Petugas BPBD Sijunjung bersama Tim Damkar berupaya
menangani kasus kebakaran lahan (kebun kelapa sawit) di Banda Dato, Jorong Koran, Nagari Pematangpanjang, Kecamatan Sijunjung,
beberapa waktu lalu.(DOK. BPBD SIJUNJUNG)

Masyarakat di Kabupaten Sijunjung diwanti-wanti untuk terus mewaspadai ancaman kebakaran seiring musim kemarau yang terus melanda daerah itu. Terutama kebakaran rumah, hutan dan lahan (karhutla) yang dipicu faktor kelalaian.

Hal ini ditegaskan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sijunjung, Henri Chaniago, Selasa (17/10). Sejak dua bulan terakhir katanya, Sijunjung dihadapkan dengan musim kemarau yang membuat potensi kebakaran menjadi tinggi.

Menurutnya, musibah kebakaran bisa terjadi kapan saja, tidak memandang waktu, tempat dan obyek. Hingga pada akhirnya menimbulkan kerugian materil, bahkan korban jiwa. Maka itu, sebelum terjadi, perlu untuk selalu waspada.

Seperti insiden kebakaran rumah di Kamangbaru Minggu malam lalu yang menelan korban jiwa tiga orang dan kerugian materil ditaksir mencapai Rp1,5 miliar. Atau katanya, kebakaran yang menimpa sebuah rumah di Jorong Koto, Nagari Buluhkasok. Pemicunya disinyalir akibat korsleting listrik arus pendek.

Dalam musibah ini nyaris tidak ada harta benda yang dapat diselamatkan, kerugian materi ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. “Mari saling meningkatkan kewaspadaan diri, hindari segala hal berbau api yang dapat memicu kebakaran,” imbau Henri.

Ia mengingatkan kepada warga saat meninggalkan rumah untuk dapat memperhatikan kondisi aliran listrik, kompor dan peralatan mudah terbakar lainnya. Antisipasi dini, perhatikan dan periksa betul-betul hal-hal yang bisa memicu kebakaran supaya diamankan dulu sebelum beraktivitas lain.

“Untuk lebih aman, pakailah peralatan listrik berstandar SNI, meski harganya relatif agak mahal. Dibanding barang murah namun rawan bermasalah,” ingatnya pula.

Selanjutnya terkait kebakaran lahan dan hutan, hindari kegiatan membakar material sisa rambahan di ladang atau kebun. Di saat nyala api tidak lagi bisa terkontrol, bermuara pada musibah kebakaran lahan dan hutan.

“Maka itu jangan membakar material bekas rambahan belukar di kebun. Namun untuk terjamin aman, biarkan semak sisa rambahan mengering, melapuk sendiri. Memadamkan kebakaran lahan dan hutan cenderung sulit dilakukan, terlebih di tengah datangnya musim kemarau,” pungkas Henri. (atn)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Pertemuan Bilateral dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Great Hall of the People, Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), 17 Oktober 2023

Andre Rosiade Dukung Pratama Arhan Tetap Main di Luar Negeri