Tuntutan kerja jadi pegawai, beda dengan kerja di pabrik. Namun, kerja jadi pegawai atau pekerja pabrik, sama-sama butuh inovasi untuk bisa bertahan. Intrapreneur dan Entrepreneur sama-sama penting. Era dunia kerja itu cepat berubah.
“Dan yang pasti, 65 persen anak sekolah SD sekarang ini, lapangan kerjanya puluhan tahun nanti, belum ada saat ini, dan bakal muncul bidang lapangan kerja baru sesuai perputaran zaman. Makanya kita harus bisa meng-up grade kualitas diri dengan berinovasi, karena konsep cara mendapatkan benefit pun pasti akan berubah,” ucap Indra Charismiadji, praktisi pendidikan dari Vox Populi Institute Indonesia, di Hotel Ibis Padang, Senin (31/10/2022).
Indra Charismiadji tampil dalam acara Ngobrol Pintar Komunitas Asus (Ngopi Kasus), bersama Kadis Nakertrans Sumbar Nizam Ul Muluk, pengusaha dan trainner motivasi M Zuhrizul, Ketua UPT Kewirausahaan Unand Oknovia Susanti, serta dari Asus Indonesia, Adrian Pradipta dan M Fadil Mawaridi.
Bagi Indra Charismiadji yang spesialisasinya di Pembelajaran Abad 21 atau Edukasi 4.0. teknologi pendidikan memaparkan calon tenaga kerja butuh inovasi karena dunia kerja cepat berubah. Dan ia yakin, ketatnya persaingan dunia kerja tersebut, telah menarik minat anak muda/milenial untuk berbondong-bondong mengasah dan menambah skill mereka.
Sementara itu, Kadis Nizam Ul Muluk mengupas topik Dunia Kerja Masa Depan. Dalam pemantik diskusi tersebut, ia mengingatkan anak muda jangan mudah puas dengan kemampuan akademisi saja, tapi harus punya soft skill yang mumpuni.
“Setelah kita menimba ilmu akademisi ketika akan memasuki dunia kerja hendaknya ditambah lagi skill dengan pelatihan dan workshop. Di zaman digitalisasi semuanya jadi lebih mudah dijangkau. Jadi tidak ada alasan anak muda bilang tidak bisa tapi harus serba bisa,” ujar Nizam Ul Muluk.
M Zuhrizul, peraih MWS International Lisence Trainer menegaskan bahwa IPK hanya pintu untuk masuk kerja tapi IPK tidak bisa menentukan Anda sukses. Masih banyak kampus hanya memproduksi sarjana tanpa persiapan dunia kerja, baik kerja di perusahaan maupun mandiri.
“Jadi untuk sukses itu ditentukan oleh target kita sendiri di satu titik. Dan itu tidak hanya didukung oleh nilai saja tapi butuh attitude, skill dan pengalaman dan anak muda harus bisa menvisualiasikan dirinya bakal menjadi apa. Ada sekitar 85 juta pekerjaan yang akan hilang 5 tahun ke depan, ngeri gak tuh?” ujar Zuhrizul.
Ia juga menambahkan banyak orang-orang sukses ternyata orang yang menyibukkan diri di masa kuliah, baik dalam hobby maupun aktif dalam organisasi, membangun jejaring hubungan dalam pergaulan positif dan produktif. Memang, katanya, di era digitalisasi banyak pekerjaan yang akan hilang, tapi bisnis pariwisata masih membutuhkan banyak SDM dan lapangan kerja serta peluang bisnis terbuka luas.
Dari sisi entrepreneur, Oknovia Susanti mewanti-wanti mahasiswa dan anak SMK, bahwa apapun jurusan kita, kita harus bisa menjadi Entrepreneur atau berwirausaha. “Ketika tamat, mahasiswa jangan jadi pengangguran terdidik yang cuma modal nilai akademis saja tanpa soft skill. Ya, pendidikan akademis sangat penting untuk membentuk mindset kita, tapi ekonomi suatu daerah bisa kuat minimal oleh 4 persen sarjana atau tamatan sekolah yang bisa menjadi entrepreneur,” tukas Oknovia. (*)