in

Panglima Baru Harus Solidkan TNI

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo resmi menyerahkan tongkat komandonya kepada Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, sehari setelah Hadi dilantik oleh Presiden.
Upacara berlangsung khidmat dengan penyerahan bendera TNI secara simbolis diiringi oleh manuver fly pass lima jet tempur F-16 dari skuadron 3 TNI AU Lanud Iswahyudi Madiun dan 5 jet tempur Sukhoi dari Skuadron 11 Lanud Hasanuddin Makassar.

Dalam pidatonya, Hadi mengungkapkan ia akan membawa TNI tetap pada kebijakan umum yakni pemenuhan kekuatan pokok minimum atau MEF (Minumum Essential Forces) yang telah dirintis oleh para pendahulunya sejak tahun 2010.

Pria asal Malang, Jawa Timur ini tak lupa memuji dedikasi dan kepemimpinan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang disebutnya mampu membawa institusi TNI menjadi salah satu yang paling dipercaya oleh publik. “Di manapun, beliau (Gatot, red) selalu menekankan kemanunggalan. Bersama rakyat, TNI kuat,” katanya.

Hadi juga kembali menyinggung soal ancaman dalam dan luar negeri dalam berbentuk konflik yang semakin tidak bisa diprediksi. Adalah tugas TNI untuk menerjemahkan dan merespons berbagai ancama tersebut.

Dalam jangka pendek, Hadi menyatakan TNI harus siap memberikan bantuan pengamanan pada Pemerintah Daerah (Pemda) dan Polri dalam menjaga stabilitas pada tahun-tahun politik 2018 dan 2019.

Gatot sendiri mengungkapkan kelegaannya setelah lepas dari tugas sebagai Panglima TNI. Ia menyebut, memimpin 400 ribu prajurit di seluruh indonesia adalah amanat yang tidak ringan. “Merdeka!” serunya saat ditanya soal perasaannya setelah lepas jabatan.

Sehari setelah purna tugas, pria asal Tegal, Jawa Tengah tersebut berencana akan berziarah ke makam kedua orang tua dan mertuanya. Kemudian dilanjutkan berangkat melaksanakan ibadah umrah besok harinya (11/12).

Gatot juga berencana untuk berkeliling ke negara-negara ASEAN untuk menemui para koleganya sesama Panglima Militer. Pergantian Panglima yang begitu cepat memang membuatnya tidak sempat berpamitan. “Saya mau minta maaf karena tidak sempat pamit. Tapi bukan sebagai Panglima TNI, sebagai Jenderal Gatot saja,” katanya.

Pergantian yang begitu cepat menurut Gatot adalah proses yang wajar. Ia menjelaskan, saat Marsekal Hadi dilantik di Istana Jumat (8/12) lalu, secara de facto dan de jure Hadi sudah menjadi Panglima dan dirinya resmi mantan Panglima. Maka dari itu upacara sertijab segera digelar. “Makanya saya ke sini tidak pakai (emblem, red) merah,” katanya.  Gatot juga menegaskan, tidak ada motif politik dalam pergantian tersebut, ia semata menginginkan agar organisasi TNI bisa segera berjalan tanpa ada dualisme ataupun kegamangan. Apalagi, gaps enirotas antara keduanya cukup lebar, 4 tahun. “Ancaman dan tantangan itu nggak bilang dulu kalau mau datang, kalau kita dalam keadaan gamang bahaya,” katanya.

Gatot juga masih belum mau berkomentar soal rencana kiprah di bidang politik. Menurutnya boleh-boleh saja lembaga merilis survei kelayakannya untuk masuk di bursa Pilpres 2019. Ia mengaku sudah punya kebun sendiri untuk nyangkul dan bertani. “Tapi sampai saat ini saya masih prajurit TNI,” katanya.
Tampak di antara kerumunan yang memberi selamat pada Hadi juga Menteri Pertahanan Jenderal (purn) Ryamizard Ryacudu. Ia mengaku yakin akan kemampuan Hadi memimpin TNI. “Gatot sama Hadi sama-sama junior saya, Hadi waktu sama saya Pangdam Jaya bagus, saya tahu kemampuannya,” ungkapnya.

Meski demikian, Menhan berharap panglima baru harus bisa menyolidkan TNI  dalam satu koridor kebijakan tanpa terpecah-pecah. “Loyalitas juga harus tegak lurus ke presiden, nggak boleh belok-belok,” katanya tanpa menyebut maksud dari “berbelok-belok” tersebut.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon menuturkan dalam seratus hari pertama Marsekal Hadi Tjahjono perlu segera me-review semua kekuatan yang ada di dalam tubuh TNI. Yakni memastikan perwira yang terbaik menempati posisi yang layak atau sesuai. Bukan karena pertemanan, nepotisme, atau faktor angkatan.

“Saya kira kelihatannya sederhana, tapi sulit untuk dilakukan. Tapi kalau kita punya orang-orang yang terbaik di bidangnya masing-masing di TNI, di semua matra. Saya yakin TNI kita akan kuat,” ujar Fadli usai diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, kemarin (9/12).

Bukan tidak mungkin, menurut Fadli, Marsekal Hadi bisa me-review kembali pergeseran atau mutasi 85 perwira tinggi (pati) awal Desember lalu sebelum Jenderal Gatot Nurmantyo lengser. Pergantian di masa-masa transisi yang pendek tentu bisa saja perlu di-review oleh Panglima TNI yang baru.

“Apakah memang ini kebutuhan yang dilihat sesuai dengan harapan panglima yang baru atau perlu di-review ulang. Karena itu memang di masa-masa yang pendek gitu ya,” ujar dia.

Pergantian 85 pati berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/982/XII/2017 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI. Perinciannya ada 46 Pati jajaran TNI Angkatan Darat, 28 Pati jajaran TNI Angkatan Laut dan 11 Pati jajaran TNI Angkatan Udara.

Fadli menuturkan sah-sah saja me-review kembali pergantian Pati tersebut. Bisa jadi ada orang yang tepat menurut keputusan penglima TNI yang baru sehingga perlu dibuat Wanjakti ulang. “Bahkan, di dalam setiap keputusan ada di ujungnya itu kalau ada kesalahan nanti bisa ditinjau ulang,” imbuh dia.

Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie menuturkan Marsekal Hadi juga bertugas untuk membuat road map pertahanan sesuai poros maritim dunia. Dia berharap Hadi bisa membangun integritas di antara angkatan.

“Juga pada politik global dampak Amerika pada Rusia. Efeknya pada ada F-16 itu dampaknya tidak terputus itu. Jadi kalau kita membeli sukoi akan beradmpak pada F-16. Kecuali kalau embargo kita dicabut,” kata dia.  (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Soal Jerusalem, Jokowi Telepon Abbas

Saatnya Membumikan Asuransi