Meski di tengah wabah pandemi virus korona (Covid-19), model pendidikan mesti tetap memenuhi tiga kompetensi. Tiga kompetensi ini yakni pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap (attitude).
Untuk itu, guru harus terus belajar menguasai teknologi agar proses belajar mengajar bisa tetap memenuhi tiga kompetensi tersebut dan para siswa tetap aman dari Covid-19.
Hal tersebut disampaikan oleh sejumlah narasumber pada seminar online “Guru di Era Pandemi, Inovatif Sebuah Kebutuhan” yang diselenggarakan STKIP Adzkia, Senin (13/7/2020).
“Ketiga kompetensi ini tetap harus diberikan oleh guru atau diperoleh siswa secara utuh. Hal ini bisa diwujudkan melalui inovasi dan kreativitas seorang guru,” ungkap Prof Musliar Kasim yang menjadi salah satu narasumber dalam seminar online diikuti 1.300 peserta itu.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia periode 2011-2014 ini menjelaskan, agar bisa kreatif dan inovatif, guru mesti menjalankan program merdeka belajar yang telah dirancang oleh Kemendikbud.
“Selanjutnya, proses belajar mengajar mesti berjalan dengan menyesuaikan dari sisi budaya dan kearifan lokal, serta sosial ekonomi. Menurut saya guru tidak akan mungkin digantikan oleh teknologi. Teknologi hanyalah alat bantu untuk meningkatkan kompetensi para guru,” katanya.
Musliar menyatakan, esensi merdeka belajar adalah sosok guru akan tampil sebagai penggerak. Merdeka belajar tidak akan mungkin berhasil hanya dengan teknologi saja.
“Jadi, keragaman pendidikan akan menghasilkan berbagai macam teknik dan inovasi di setiap daerah dan sekolah, serta siswa. Sehingga memperkokoh tiga komponen yakni guru, siswa, dan orangtua,” sebutnya.
Sementara itu, narasumber lain yakni Dekan FMIPA Unand Prof Syukri Arief menyampaikan, di masa pandemi Covid-19, pola pembelajaran mulai bertransformasi dari tatap muka menuju pembelajaran jarak jauh atau online.
“Dengan demikian, para guru penting untuk mengadopsi teknologi untuk pembelajaran. Mau tidak mau, sebagai guru harus belajar untuk menguasai teknologi tersebut,” paparnya.
Menurutnya, melakukan hal baru harus dengan cara baru, bukan sebaliknya melakukan hal-hal lama dengan cara baru. Apalagi melakukan hal-hal lama dengan cara lama.
“Untuk itu kita harus belajar. Guru harus memperkuat skill dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran,” imbuhnya dalam seminar online yang diikuti mahasiswa calon guru, guru, serta akademisi tersebut.
Di sisi lain, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang juga turut serta sebagai salah satu narasumber mengungkapkan, kebijakan apapun termasuk pada sektor pendidikan mesti mengikuti protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.
“Dengan mengikuti protokol kesehatan, kita tetap produktif dan aman dari Covid-19,” ujarnya.
Dia mengatakan, pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran baru 2020/2021 yang dimulai tanggal 13 Juli hanya bisa dibuka pada daerah dengan status zona hijau. Daerah zona hijau ini, jelasnya, tidak ada kasus positif dalam waktu satu bulan, tidak ada kematian, dan tingkat kesembuhan 100 persen.
Pembina Yayasan STKIP Adzkia ini merinci, daerah di Sumbar berstatus zona hijau seperti Kabupaten Pessel, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Pariaman, dan Kota Sawahlunto itu statusnya masih zona hijau.
“Tetapi ketika ada ditemukan kasus positif, pembelajaran tatap muka harus ditutup kembali dan diganti dengan pembelajaran jarak jauh atau online. Kebijakan membuka dan menutup proses pembelajaran antara tatap muka dengan jarak jauh ini tujuannya untuk mengamankan situasi dan kondisi, agar tidak ada para siswa yang terpapar Covid-19,” tukas Irwan. (idr)