in

PDAM Tirtanadi Dan  Wartawan Tanam Pohon Di Sibolangit

Direktur Administrasi dan Keuangan PDAM Tirtanadi Provsu Arief Haryadian, Direktur Air Limbah  PDAM Tirtanadi Provsu Heri Batangari Nasution, Camat Sibolangit Amos F Karo-karo, Kepala Sekretaris PDAM Tirtanadi Jumirin, Ketua Pokja Wartawan PDAM Tirtanadi Zulmaidi dan wartawan menanam pohon di Desa Rumah Sumbul Rabu (25/4). Berita Sore/ist

SIBOLANGIT (Berita): Dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia 22 April 2018 dan Hari Air Sedunia 22 Maret 2018, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara bersama Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan PDAM Tirtanadi melaksanakan tanam pohon di kawasan hutan Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit Kemarin.

Bertajuk, Tirtanadi “Peduli dan Lebih Baik”, penanaman pohon diawali oleh Direktur Administrasi dan Keuangan PDAM Tirtanadi Arief Haryadian, disusul Direktur Air Limbah  PDAM Tirtanadi Heri Batangari Nasution, Camat Sibolangit Amos F Karo-karo, Kepala Sekretaris PDAM Tirtanadi Jumirin dan Ketua Pokja Wartawan PDAM Tirtanadi Zulmadi.

Sebanyak 500 pohon buah-buahan seperti mahoni, durian dan ketapang ditanam di hutan tersebut yang menghasilkan Mata Air Sumbul, salah satu sumber air PDAM Tirtanadi yang ada di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sibolangit.

Penanaman pohon juga melibatkan organisasi pencinta alam Himalaya UISU dan The Jaka Friend Adventure yang dipimpin Edi Suwito dan Nur Fadli. Edi Suwito, salah seorang pegawai PDAM Tirtanadi.

“Menanam pohon berarti ikut berpartisipasi melestarikan lingkungan dan sumber air,” kata Arief kepada wartawan. Dengan menanam pohon, berarti kita ikut  menjaga lingkungan dan hutan yang merupakan salah satu sumber resapan air.

Arief menyebut pihaknya akan mendiskusikan soal bibit pohon yang akan ditanam, supaya bisa juga dimanfaatkan masyarakat sekitar seperti pohon karet seperti yang diminta Camat Sibolangit. “Terimakasih kepada Camat Sibolangit dan Kades yang bahu membahu dan mensupport Tirtanadi,” kata  Arief.

Juga kepada Pokja Wartawan  sebagai mitra strategis Tirtanadi mensupport kinerja perusahaan ini. “Mitra itu bahunya sama, sejajar dan pemberi info bagi perusahaan,” ungkap.

Pokja Wartawan telah melaksanakan beberapa kegiatan yang tidak terlepas dari kinerja perusahaan.  Menurut Arief, ada tiga hal penting di dunia yakni Food (makanan), energi dan water (air). Sebanyak 32 juta penduduk Indonesia yang belum mendapatkan air minum layak. Kita harus mencapai 100: 0: 100 (100 persen akses air minum layak, 0 untuk rumah kumuh, 100 untuk sanitasi layak.

“Kondisi kita lebih baik dari India yang masih 76 juta,” ungkap Arief.  Ia menambahkan pentingnya menjaga lingkungan hutan agar air senantiasa terjaga dengan baik. Sebab berdasarkan survei sebuah lembaga, Indonesia terburuk ke 6 dunia dalam hal pelayanan air bersih kepada warganya.  Untuk itu Arief minta menjaga lingkungan dan hutan. Air dari Sibolangit mensuplai  8,5 pensen dari total produksi.

Direktur Heri Batangari Nasution menambahkan lingkungan yg baik akan mewariskan hal yg baik ke depan. “Sibolangit salah satu penyangga air di Kota Medan,” kata Heri.

Tahun 1994, kata Heri, ketika ia baru pertama kali masuk PDAM Tirtanadi, produksi air 600 liter/detik, namun tahun berikutnya turun jadi 520 liter/detik. Terjadi penurunan kapasitas produksi hari demi hari, tahun demi tahun. “Sebagai masyarakat yang baik, kita ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan. Tentu ini tanggung jawab kita semua,” kata Heri. Ia menyebut apa yang kita tanam tadi di Desa Rumah Sumbul, dampaknya 10 tahun. ke depan.

Camat Sibolangit Amos F Karo-karo didampingi Kades Desa Rumah Sumbul mengatakan ia selalu minta kepada masyarakat agar bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar seperti di Desa Rumah Sumbul, yang merupakan salah satu sumber mata air PDAM Tirtanadi, petani mau mencangkul, harus hati-hati karena ada pipa di sana.”Saya mau ada sama-sama melakukan penghijauan dan baru ini dilakukan. Kalau bisa penanaman ini rutin dilakukan tiap tahun,” katanya.

Namun untuk bibit, ia minta sebaiknya bibit aren karena tanaman itu menjaga air.  Miniaturnya PDAM ada di Desa Bandar Baru, mereka mengelola air, pipa dan mengutip uang dari masyarakat dengan biaya Rp5.000 per rumah tangga. “Akhirnya air dari Bandar Baru di bawa ke Medan untuk dijual lagi,” katanya. (wie)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Beasiswa Pemerintah Jepang Program Research Students 2019

Kek Dolah Ditemukan Mengapung