Om Swastiastu,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati, hormati juga Yang Mulia Duta Besar Denmark untuk Republik Indonesia;
Yang saya hormati, para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI, Kapolri, Gubernur Bali beserta Wakil Gubernur dan seluruh jajaran Forkopimda, para Bupati dan Wali Kota se-Bali;
Bapak-Ibu, hadirin undangan yang berbahagia.
Dampak pandemi COVID-19 ini larinya ke mana-mana. Yang sebelumnya tidak kita hitung, yang sebelumnya tidak kita perkirakan muncul satu demi satu. Karena pandemi, beberapa negara terjadi langka energi. Karena pandemi, beberapa negara juga terjadi kelangkaan pangan. Karena pandemi juga, beberapa negara inflasinya mengalami kenaikan yang tinggi. Karena pandemi juga, kelangkaan kontainer baik untuk dalam negeri maupun untuk ekspor, semua negara mengalaminya, yang sebelumnya juga tidak terprediksi dan tidak diperkirakan.
Karena pandemi juga, inflasi naik di banyak negara. Ini hati-hati juga, kita harus hati-hati. Dan juga karena pandemi, beberapa minggu terakhir ini, terjadi yang namanya kenaikan harga produsen. Kalau nanti harga produsen naik, hati hati, itu juga akan masuk ke yang namanya harga konsumennya juga ikut, hati-hati ini.
Sehingga, yang namanya fiskal semua negara sekarang ini defisit semuanya. Moneter di beberapa negara juga terjadi keguncangan-keguncangan. Malah kemarin pada saat pertemuan di Roma, banyak menteri keuangan yang mulai ketakutan apabila dari defisit yang tinggi kemudian masuk ke defisit yang normal, artinya terjadi syok lagi karena uang menjadi ngerem semuanya. Dampaknya ke mana, juga sulit diprediksi dan diperkirakan.
Artinya apa? Ketidakpastian global tinggi, keragu-raguan seluruh pemimpin untuk memutuskan itu menjadi juga tinggi. Dan kompleksitas masalah juga menjadi muncul bertubi-tubi. Inilah yang semuanya kita harus bersiap-siap mengantisipasi, kalau bisa mengalkulasi dan menghitungnya, sehingga persiapan perencanaan itu selalu ada. Dan kita tahu semuanya, sejak kemarin kita sudah memegang yang namanya presidensi G20, keketuaan G20. Ini sebuah kehormatan dan kepercayaan yang diberikan dunia kepada kita. Hati-hati di G20 ini negara-negara besar ada semua. Ini adalah negara-negara dengan gross domestic product yang paling gede-gede, PDB (Produk Domestik Bruto)-nya yang paling gede-gede.
Dan di dalam presidensi G20 nanti, kita juga akan masuk ke tiga hal saja, enggak akan ke mana-mana konsentrasinya. Yang pertama, itu di arsitektur kesehatan global yang memang harus berubah dengan kejadian pandemi ini. Kemudian transformasi digital, semua negara mengejar ke arah itu, ini juga akan kita bicarakan. Kemudian yang ketiga, mengenai green economy dan transisi energi yang juga penting untuk kita bicarakan.
Oleh sebab itu, berulang-ulang saya katakan, bahwa pandemi ini harus dijadikan momentum untuk melakukan transformasi fundamental. Semua harus memiliki keinginan itu, sehingga ketangguhan ekonomi kita itu ada, karena pandemi ini juga memberikan peluang kita untuk melompat naik. Tapi kita bisa memanfaatkan momentum ini tidak, untuk meningkatkan diri dan melakukan transformasi ekonomi secara besar-besaran? Sehingga kita harapkan pasca COVID-19 selesai, kita sudah berada pada posisi di tangga yang lebih baik.
Dan saya paham betul, dalam dua tahun ini masyarakat Bali betul-betul terpukul. Tadi Pak Gubernur menyampaikan, pertumbuhan ekonomi di 2020 berada di posisi minus 9,43 (persen). Padahal sebelumnya, pada kondisi normal itu Bali biasa di angka 5,3 persen, plus. Yang tadi minus 9,43 (persen). Sehingga ekonomi Bali mengalami kontraksi yang paling dalam dibandingkan provinsi-provinsi yang lain, karena memang sektor pariwisata yang diandalkan Bali ini adalah sektor yang paling awal terimbas, dan sektor yang memang paling belakang untuk pulih. Oleh karena itu, kita harus melakukan refleksi besar-besaran, sekaligus mentransformasi diri secara fundamental, tadi sudah disampaikan oleh Pak Menteri Bappenas.
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Terdapat beberapa hal yang harus kita jadikan perhatian. Pertama, kita harus meningkatkan terus diversifikasi ekonomi. Dan ekonomi tidak bisa sekarang ini, utamanya Bali, hanya tergantung pada satu sektor saja. Di tengah sektor pariwisata yang mengalami pukulan yang sangat hebat, sektor pertanian justru mampu bertahan, bahkan tumbuh positif dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain. Detail seperti ini, semua harus tahu dan apa yang harus kita lakukan, kita semua harus mengerti.
Yang kedua, paradigma dan tata kelola pariwisata harus memprioritaskan…ini ke depan, semua negara yang berkaitan dengan pariwisata pasti akan ke sini, memprioritaskan kesehatan dan keamanan. Perjalanan pariwisata di masa pandemi, dan nantinya pascapandemi pasti akan berubah total, dan wisatawan pasti akan menghindari kerumunan dan kontak erat yang terlalu sering. Karena apapun, para wisatawan harus bisa diyakinkan bahwa kesenangan dalam berwisata mereka itu tetap terjamin, kesehatannya terjamin, dan tidak tertular oleh virus.
Yang ketiga, pariwisata Bali perlu bertransformasi dari mass tourism menjadi green tourism, menjadi quality tourism. Harus mulai kita pikirkan ke arah itu. Pariwisata yang berbasis sosial, pariwisata yang berbasis budaya, pariwisata yang berbasis lingkungan sejalan dengan nilai-nilai dan filosofi kearifan lokal Bali yang membangun harmoni dan memuliakan alam. Semangat untuk memuliakan alam, manusia, dan budaya harus terus kita teruskan untuk menyongsong masa depan.
Dan kita memiliki komitmen yang kuat untuk menerapkan green economy, ekonomi hijau. Ini kekuatan Bali, kekuatan Indonesia itu ada di sini, dan akan kita garap mulai bulan ini. Akan kita mulai nanti pertengahan bulan ini, kita akan membangun Green Industrial Park di Kalimantan Utara yang akan menjadi terbesar di dunia, kita mulai dan kita mulai, harus mulai, yang disuplai dari renewable energy, dari hydropower di Sungai Kayan untuk masuk ke situ. Sehingga kita bisa berkontribusi bagi persoalan dunia dan ikut mengatasi dampak perubahan iklim, dan melaksanakan agenda tujuan pembangunan berkelanjutan/SDGs.
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Bagaimanapun hebatnya rencana dan peta jalan yang dibuat, tidak akan bermakna apa-apa kalau kita tidak bisa mengeksekusinya. Ini sering kita terlambat, sering kita tidak segera mulai itu karena eksekusinya terlalu banyak sekali hitung-hitungannya, sehingga malah ragu-ragu, maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur, dan enggak maju. Malah mundur terus. Orang lain sudah maju sampai ke mana-mana.
Keberanian mengeksekusi ini menjadi sangat penting, karena kita menghadapi kecepatan dalam menghadapi kompetisi dan tantangan. Perkembangan teknologi yang begitu sangat cepatnya.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, dan dengan mengucap bismillahirahmanirrahim. hari ini saya luncurkan Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.