in

Pemberitaan Korona Meningkat, Media mesti Beri Edukasi dan Optimisme

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis mengatakan fakta baru telah terjadi seiring dengan merebaknya wabah virus korona (Covid-19) di seluruh penjuru dunia.

Berdasarkan data We Are Social di semester pertama 2020, terjadi  peningkatan akses pengguna internet yang mencapai 6 jam 43 menit per hari.

“Orang yang beraktivitas dan berinternet menjadi salah satu cara menyalurkan waktu yang kosong. Alhasil, berita online juga menjadi pilihan masyarakat yang melakukan browsing di internet,” tutur Yuliandre.

Presiden OIC Broadcasting Regulatory Authorities Forum (IBRAF) 2017-2018 ini mengungkapkan, lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etikan dan norma yang ada.

“Pada era digital seperti sekarang, masyarakat mengkonsumsi informasi dari banyak sumber media. Umumnya ketika ditanya tentang media, maka akan mengarah pada media cetak maupun penyiaran,” kata Yuliandre saat mengisi diskusi berbasis daring yang diselenggarakan Universitas Sahid dengan tema “Tantangan Cyber Journalism di Masa Pandemi” di Jakarta, Sabtu (25/7).

Pada tahun 2017, lanjut pria yang baru berulangtahun ke-40 dan akrab disapa, Andre ini, pembaca berita media online semakin meningkat.

Selain lebih praktis, update berita online dinilai lebih cepat. Diyakini sejak tahun 2017 sampai 2020, setiap tahun ada peningkatan pembaca berita online.

Acara dibuka Rektor Universitas Sahid, Prof. Dr. Ir. Kholil. Dia mendorong dalam suasana terbatas ini untuk senantiasa bertukar pikiran akan perkembangan komunikasi pada saat pandemi.

Dalam praktiknya, komunikasi saat pada masa pandemi ini, ada sisi baik dan ada sisi buruknya. Pandemi sekarang mengubah perilaku dan mental manusia mengarahkan kita untuk akrab kepada dunia digital.

“Dunia jurnalisme harus ikut perkembangan zaman, bagaimana kemasan dalam dunia digital dengan perubahan kebiasaan masyarakat. Saya harap webinar ini sebagai arena untuk bahan diskusi kajian jurnalisme yang mengarah digital society,” kata Kholil.

Chief Executive Officer (CEO) Detik Netwok, Abdul Aziz mengungkapkan Covid-19 ini membuat semua elemen masyarakat di belahan dunia meraba-raba dan lebih cenderung kebingungan dalam menghadapi bahkan menanggulanginya.

Dunia media, kata Abdul Aziz mulai disibukkan pemberitaan yang baru. Terjadinya lonjakan pemberitaan mengenai Covid-19.

“Khusus detik.com pun yang platformnya digital memang mengalami lonjakan pembaca, salah satu hikmah dari Covid-19. Namun sisi bisnis lain mengalami penurunan yang sangat drastis” kata Abdul Aziz.

Dalam sisi industri media, saat ini menawarkan inovasi dan kreativitas untuk menarik brand agar mau beriklan di media cyber.

“Beragam kreativitas dan memiliki jiwa entrepreneur yang tidak biasa agar brand dapat beriklan dengan ikut mangajak audience tetap berkreativitas di rumah demi mencegah Covid-19,” kata Abdul Aziz.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Pemimpin Redaksi SINDONews, Puguh Hariyanto mengatakan media konvensional memang masih teruji kapasitasnya dalam menyajikan berita yang dapat dipertanggungjawabkan.

“Saat ini terjadi fenomena inflasi informasi yang bagaimana informasi yang disampaikan harus jelas dari mana asalnya,” kata Puguh.

Selain itu, Puguh menambahkan di tengah pandemi Covid-19, media berperan menyajikan informasi yang tidak hanya akurat, tapi juga mentransmisikan pesan yang mengedukasi dan mampu menambah optimisme publik.

Sehingga informasi yang disajikan media dapat berperan sebagai suplemen atau vitamin dalam memperkuat imunitas mental dan fisik masyarakat.

“Media membentuk stigma yang positif dan mengedukasi pembaca lewat pemberitaan yang terkontrol. Di sisi lain, lanjutnya, pembaca juga mesti cermat dalam menerima sebuah informasi,” katanya.

Chief Digital Officer KG Media, Dahlan Dahi mengungkapkan Covid-19 menjadi realitas penyakit yang mengubah struktur sosial masyarakat.

Perilaku pun perlahan mulai berubah, dan dengan hadirnya media sosial di tengah masyarakat dianggap membawa dampak positif.

Dahlan mengungkapkan tidak jarang masyarakat memanfaatkan media sosial sebagai tempat mencurahkan isi hatinya, memberi tahu keadaan kehidupan aslinya, berbisnis, menyebarkan informasi dan berkomunikasi hingga mancanegara.

“Masyarakat jangan menelan mentah-mentah informasi. Maka itu, masyarakat membutuhkan literasi yang baik agar terhindar dari hoaks,” ingatnya.(rel)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Jaga Kesehatan Andani, Doni: Semua yang Mendekat Harus Bebas Covid-19

Bantu Atasi Pandemi, Kementerian Diminta Beriklan di Media Lokal