in

Pencitraan dan Pencederaan

Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XIV Kota Padang, resmi dibuka Sekretaris Kemenpora, Yuni Poerwanti di Stadion Agus Salim, tadi malam. Tak saja diwarnai beraneka kesenian daerah, namun juga ada pertunjukan spektakuler dari grup musik super terkenal asal ibu kota negara, J-Rock.

Belum lagi fasilitas, mulai dari peralatan pendukung, panggung besar dan mewah hingga alat musik terbaik yang menghiasi stadion kebanggaan urang awak. Tak ketinggalan pesta kembang api yang dilepas secara bergantian sebagai pertanda dibukanya iven dua tahunan tersebut.

Nyaris semua penonton yang hadir di grand opening itu, merasa kagum dan takjub dengan service yang diberikan panitia penyelenggara. Betapa tidak, itu adalah kesempatan kedua bagi Kota Bingkuang untuk melaksanakan iven tertinggi di Ranah Minang.

Soalnya, Kota Padang sebagai etalase Provinsi Sumbar, pernah menggelar iven serupa pada tahun 1986, atau tepatnya pada pelaksanaan Pekan Olahraga Daerah (Porda) I, yang kini berganti nama dengan Porprov. Artinya, ini adalah penantian selama 30 tahun bagi Kota Padang.

Suatu upaya yang fantastis dilakukan panitia penyelenggara. Mengingat banyaknya tamu yang harus diservis. Mulai dari kalangan masyarakat biasa, sampai yang luar biasa seperti pejabat tinggi. Tujuannya jelas, demi mendapatkan pengakuan.

Tapi dibalik kemegahan itu, ada hal menarik yang patut menjadi catatan. Ini karena hingga kemarin, masih ada sejumlah cabang yang masih mengeluh. Sebab angin surga yang dijanjikan panitia penyelenggara, kini berubah menjadi retorika belaka.

Cabang sepakbola misalnya. Untuk Lapangan Cangkeh yang sebelumnya sempat dijanjikan jaring gawang oleh pantia penyelenggara, hingga kemarin, tak kunjung datang. Padahal untuk cabang sepakbola, pelaksanaannya sudah dimulai sejak Kamis (17/11).

Bahkan pengurus lapangan, juga sudah berulang kali menyampaikan persoalan itu ke penanggung jawab kegiatan. Tapi allhamdulillah, hingga kemarin siang belum ada tanda-tanda perlengkapan itu akan sampai ke lapangan tersebut.

Sebagai pangurus, tentunya pengelola lapangan juga berkeinginan untuk menyukseskan iven tertinggi di Ranah Minang kali ini. Buktinya, pengelola welcome terhadap panitia penyelenggara jika ingin memanfaatkan lapangan tersebut sebagai salah satu tempat pelaksanaan cabang sepakbola selain Lapangan FIK UNP Lubukbuaya, PSTS Tabiang dan Batuangtaba musim ini.

Namun tentunya, segala kekurangan dan kebutuhan sarana dan prasana pendukungan selama pertandingan nantinya, harus dipenuhi panitia penyelenggara.

Karena, semua kebutuhan itu, tak lain manfaatnya juga untuk kepentingan panitia penyelenggara yang mengadang-gadangkan slogan sukses prestasi, sukses pelaksanaan.

Pencederaan juga terasa di cabang menembak. Di mana, hingga kemarin, belum ada kepastian terkait soal sewa lapangan beserta perlengkapan pendukung lainnya yang dulu pernah dijanjikan panitia penyelenggara.

Padahal, sesuai rencana awal, Perbakin Sumbar bakal memperlombakan cabang menembak dengan menurunkan sebanyak 26 nomor pertandingan untuk putra dan putri hari ini. Tapi jangan salah, dengan total jumlah nomor tersebut, ada sebanyak 60 keping emas, 60 perak dan 60 perunggu yang akan diperebutkan. 

Itu terdiri dari berbagai kategori yakni air rifle macth putra/putri untuk youth, junior dan senior, air pistol putra/putri untuk youth, junior dan senior, bidang tembak berburu jarak 50 meter dan 100 meter dengan tiga posisi. Untuk youth, usia maksimal 17 tahun, junior usia maksimal 21 tahun serta bidang berburu usia maksimal 65 tahun. 

Berdasarkan hasil technicall meeting, cabang yang diketuai Kapolda Sumbar, Brigjen Pol Basyaruddin itu, bakal diikuti sekitar 500 atlet dari 18 kabupaten/kota. Ini sungguh suatu jumlah yang sangat fantastis.

Itu juga yang memaksa Perbakin Sumbar berlapang dada untuk tetap melaksanakan pertandingan, meski dalam keterbatasan sarana dan prasana yang telah dijanjikan panitia pelaksana.

Menariknya, dengan anggaran sebesar Rp 49,5 miliar dari APBD Kota Padang plus Rp 3,5 miliar dari APBD Sumbar, atau total sebesar Rp 53 miliar, panitia masih mengaku kekurangan anggaran. Akibatnya, sekitar 8.000 atlet, pelatih dan ofisial yang menanggung risikonya.

Ini dengan menjadikan sebanyak 28 sekolah sebagai tempat penginapan kontingen. Tak tanggung-tanggung, selain harus diliburkan atau belajar di rumah, para murid juga diminta untuk berpartisipasi membawa kasur dan bantal. Meski panitia berkilah tidak ada unsur paksaan.

Beranjak dari pengalaman tuan rumah pelaksana Porprov di berbagai kabupaten/kota di Sumbar sebelumnya, memang banyak memanfaatkan sekolah sebagai tempat penginapan kontingen. Namun perlu dicatat, itu lantaran memang kondisi daerah mereka yang memaksa Pemkab/Pemko untuk menjalani upaya itu. Ini karena mereka tidak memiliki hotel, wisma atau sejenisnya sebagai tempat penginapan kontingen.

Keadaannya, justru berbanding terbalik dengan ibu kota Sumbar, yang serba memiliki aneka wadah akomodasi yang layak untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap pahlawan olahraga kita. Padahal untuk bisa memberikan pelayanan terbaik, panitia bisa melibatkan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar sebagai wadah pendukung kegiatan tersebut. Tapi sayang itu tidak dilakukan.

Andai saja, panitia melibatkan wadah tersebut, minimal tuan rumah Kota Padang bisa mendapatkan diskon dari pemilik tempat penginapan kontingen. Hitung-hitung ikut menyukseskan Porprov lah.

Belum lagi pembatalan yang dilakukan oleh kontingen Padangpanjang, yang tersangkut persoalan KONI Padangpanjang. Sehingga Kota Serambi Makkah gagal menurunkan atletnya di iven bergengsi di Tuah Sakato itu.

Setidaknya, itu sedikit mengurangi kerja dan anggaran yang sudah direncanakan sebelumnya. Hanya saja kita belum tahu persis seperti apa bentuk penyesuaian anggaran yang dilakukan, apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat atau belum.

Namun yang pasti, seluruh lapisan masyarakat Sumbar, diyakini tidak menginginkan ada berita hangat yang tersisa setelah pelaksanaan Porprov kali ini. Karena, berkaca dari pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di Riau empat tahun silam, ada oknum yang harus berurusan dengan hukum, setelah pesta olahraga tertinggi di Tanah Air itu usai. Ini tentu mencederai harapan masyarakat. Dan kita tentu juga tidak ingin, peristiwa memalukan itu juga terjadi di tempat kita.

Tulisan ini sengaja saya turunkan, bukan maksud untuk menakut-nakuti oknum-oknum tertentu. Melainkan lebih kepada saran dan masukan. Sehingga sukses prestasi, sukses pelaksanaan dan sukses administrasi yang kita harapan bersama, bisa tercapai. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Ranking K/L Jeblok, Predikat BPK Turun

2017, Subsidi 900 VA Dicabut