Sinyalemen generasi muda kurang berminat pada dunia pertanian masih terlihat akhir-akhir ini. Padahal, dunia pertanian begitu menjanjikan apabila dimaknai dalam arti luas. Sumbar mesti membuat pertanian menjadi menarik sehingga muncul wirausahawan muda bidang pertanian.
Simpulan itu membentang dalam diskusi Padang Ekspres dengan Dekan Fakultas Pertanian Unand, Munzir Busniah di ruang Dekan Fakultas Pertanian Unand, Kamis (26/10). Mantan Kepala UPT Kewirausahaan Unand (Entrepreneurship Center Unand) itu berharap, generasi muda terdidik memilih terjun ke dunia pertanian.
Diakuinya, generasi muda memang memberikan sinyalemen kurang meminati pertanian. Namun dibanding negara lain di dunia, jumlah petani Indonesia secara statistik masih jauh lebih banyak. Negara maju memiliki jumlah petani sekitar 10 persen dari total jumlah penduduknya. Sementara masyarakat Indonesia, sekitar 60 persen di antaranya tetap konsisten dengan dunia pertanian.
”Dunia pertanian itu menjanjikan. Sayangnya belum terdefenisikan dengan baik oleh sebagian besar kalangan muda kita, terutama mereka yang menamatkan pendidikan di kampus. Kapan petani kita akan maju kalau orang-orang terdidik ini enggan untuk berdiri bersama petani,” kata Munzir Busniah.
Berdiri bersama petani yang dimaksud, tidak harus mencangkul bersama petani. Kaum intelek dibutuhkan untuk tutor dan cerminan bagi petani. Bisa jadi perannya dalam menghidupkan dan memberi “ruh” pada kelompok-kelompok tani yang ada. Atau, bergerak di bidang usaha yang didasari oleh pertanian.
Inilah salah satu tugas Perguruan Tinggi (PT) yang ada di Sumatera Barat (Sumbar). Bagaimana menyiapkan kaum intelek yang mampu melihat defenisi pertanian dalam skala yang lebih besar. Sehingga, para alumni PT melihat pertanian sebagai sektor paling menjanjikan. Berkaca dari sejumlah perusahaan besar di Indonesia, baik bergerak di bidang otomotif atau lainnya, selalu memasang satu kaki pada sektor pertanian.
Kebijakan perusahaan-perusahaan adikuasa memasang satu kaki di sektor pertanian bukti betapa menjanjikannya sektor tersebut di Indonesia. Begitu juga di Sumbar. Dunia pertanian dapat disulap menjadi dunia usaha baru. Tinggal bagaimana intelektual mensinergikannya.
Sejumlah intelektual muda sudah mulai mengarah ke sana. Seperti membuka usaha kopi yang tidak hanya menjual kopi, melainkan juga menjual suasana perkebunan kopi. Makanya orang-orang semacam itu perlu dihadirkan di tengah-tengah mahasiswa. ”Mahasiswa hari ini perlu sucsses story untuk ditiru,” sebutnya.
Kemudian, mahasiswa kelak yang akan menularkan kepada masyarakat. Terutama mereka yang telah menjadi alumni dari fakultas-fakultas pertanian. Alumni mahasiswa akan menjadi pihak yang sangat tepat untuk menularkan pemahaman kepada masyarakat tentang bisnis bidang pertanian.
Tanggung jawab Unand sebagai PT, sekarang pihaknya sudah mulai menanamkan jiwa bisnis bidang pertanian pada mahasiswa melalui mata kuliah praktik. Selama praktik itulah mahasiswa akan mengenal sensasi bisnis bidnag pertanian.
”Kita ingin pinjamkan lahan, beri pupuk dan bantu pengolahan pertama, sehingga mereka merasakan manisnya bertani,” ungkap Munzir Busniah.
Di Sumbar, banyak sektor pertanian yang dapat digelorakan menjadi lahan bisnis. Orang-orang yang akan bergerak di usaha pertanian, mesti melihat tanaman yang layak jual. Di antara contoh tanaman yang banyak dibutuhkan yakni jagung manis. Jangan sebaliknya, bergerak di pertanian yang notabenenya tidak terlalu dibutuhkan di Sumbar.
Tidak kalah pentingnya, teknologi harus dimasukkan dalam kegiatan pertanian. Teknologi yang akan membuat proses bertani menjadi menarik. Persoalan selama ini terlihat di lapangan pertanian terasa monoton. Makanya tidak banyak kawula muda yang tertarik bergerak di bidang pertanian.
Salah satu langkah yang dapat diambil ke depan, yakni dengan membuat pertanian menjadi menarik. Setelah itu, baru didorong munculnya wirausahawan muda bidang pertanian. ”Upaya meuwujudkan ini tidak terlepas dari kebrpihakan pemerintah daerah,” pungkasnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.