in

PT Dituntut Hasilkan SDM Pertanian

Tiap Tahun, Jumlah Petani Turun

Penurunan tenaga kerja sektor pertanian benar-benar mengkhawatirkan. Selain sudah berlangsung sejak 30 tahun terakhir, angkatan kerja usia 15-29 tahun paling dominan tak tertarik menekuni sektor satu ini. Perguruan tinggi (PT) khususnya Fakultas Pertanian, dituntut bisa menghasilkan lulusan yang benar-benar andal dan mau bekerja keras di sektor satu ini.   

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI Dr Ir Agung Hendriadi MEng mengemukakan itu sewaktu memberikan orasi ilmiah pada puncak Dies Natalis ke-63 Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Faperta Unand) di gedung Covention Hall Unand, Kampus Unand Limaumanih, Padang, kemarin (27/11). Minimnya pendapatan bekerja di sektor ini,  menjadi salah satu penyebab menurunnya minat generasi muda/ milenial bekerja di sektor satu ini.

”Rata-rata penurunan tenaga kerja sektor pertanian dari tahun 1986 sampai September 2017 sebesar 0,02 persen/ tahun. Di sisi lain, peningkatan di sektor perdagangan dan jasa masing-masing 0,01 persen dan 0,02 persen. Hal ini mengindikasikan  bahwa sektor pertanian menanggung beban cukup berat dan harus diimbangi dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor non-pertanian,” ujar Agung. 

Dalam arti sempit, menurut Agung, sebetulnya tenaga kerja pertanian masih tenaga kerja terbesar jumlahnya mencapai 39,67 juta jiwa pada Februari 2017 atau 31,86 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Mereka tersebar di 4 subsektor pertanian, di mana tenaga kerja terbesar sub sektor tanaman pangan dan perkebunan. 

”Namun, tetap saja hal ini perlu mendapat perhatian serius. Terlebih, tenaga kerja yang masih bertahan di sektor ini, umumnya berusia tua. Padahal, lima sampai 10 tahun ke depan kita sangat memerlukan SDM muda tangguh guna menyukseskan program pembangunan pertanian,” ujar Agung di hadapan Rektor Unand Prof Dr Tafdil Husni SE MBA, senat, undangan dan lainnya pada rapat terbuka Dies Natalis Faperta.

Di antara program pembangunan itu, menurut dia, swasembada padi, jagung, kedelai, serta peningkatan produksi daging dan gula. Lalu, peningkatan diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah, daya saing, ekspor dan substitusi impor. Termasuk, penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi. 

Merujuk inilah, tambah dia, peranan perguruan tinggi khususnya Fakultas Pertanian vital. Faperta mestilah mampu menghasilkan lulusan yang nantinya bergerak di sektor petanian. Hal ini penting, mengingat beberapa dekade belakangan, banyak lulusan Faperta yang tidak bekerja di sektor pertanian. “Khusus Kementan, kita sudah membuat sejumlah upaya meregenerasi petani. Salah satunya, melakukan transformasi pendidikan tinggi vokasi pertanian,” ujar dia.

Enam STTP (Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian) sebelumnya hanya memiliki prodi penyuluhan, sekarang ditambah dengan prodi agribisnis hortikultura, agribisnis perkebunan, mekanisasi pertanian dan lainnya. Lewat ini, diharapkan ke depan jumlah generasi muda bergerak di sektor pertanian bisa bertambah, selaku petani sekaligus pelaku usaha pertanian.

Di sisi lain, Dekan Faperta Unand Dr Ir Munzir Busniah MSi menyebutkan bahwa pihaknya sudah merevisi kurikulum semua program studi (prodi) di lingkungan Faperta Unand berpedoman kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012. Revisi itu dilakukan melalui proses panjang dengan mendengar masukan berbagai pihak (stakeholders), serta mencermati capaian pembelajaran (learning outcomes). 

“Kita memasukan mata kuliah kerja praktek/ magang sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas Pertanian. Mata kuliah ini akan memberi bekal pengetahuan dan pengalaman, serta jejaring dengan dunia kerja khususnya bidang pertanian. Kita menyadari pesatnya perkembangan dan kemajuan sosial dan teknologi bidang pertanian, harus kita imbangi dengan membekali mahasiswa agar mereka tidak gamang setelah menyelesaikan pendidikan formal di fakultas tercinta,” ujar dia. Kuliah kerja praktek/ magang ini berbobot dua SKS dan dapat dilakukan 30 hari kerja atau lebih sesuai kesepakatan.

Sementara  Rektor Unand Prof Dr Tafdil Husni SE MBA menyebutkan bahwa pihaknya sudah menyiapkan sejumlah kebijakan agar lulusan Unand bisa bersaing di pasaran global. ”Kita juga segera merevisi kurikulum,,” ujar dia. Terlihat hadir, mantan Rektor Unand Musliar Kasim, Kadis Pangan Sumbar Effendi. (*) 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Bisnis Kreatif Wisata Bahari Ramah Lingkungan

Bank Nagari Perluas Akses Perbankan