Bekasi (ANTARA) – Konsep pernikahan lantatur (drive thru) kini menjadi solusi bagi para pengantin yang hendak menggelar resepsi atau hajatan di tengah pandemi COVID-19.
Konsep ini dipilih karena dianggap lebih aman jika dibandingkan prosesi pernikahan era normal baru lainnya.
“Tamu tidak boleh turun dari kendaraan, hanya boleh membuka kaca mobil ataupun kaca helm bagi motor. Jadi secara kontak fisik, konsep pernikahan ini sangat minim, bahkan tidak ada,” kata pemilik Gakha Wedding Services Khais Akbar di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu.
Khais telah menekuni bisnis meramu konsep pernikahan sejak 2015. Pandemi COVID-19 yang berlangsung setengah tahun telah memaksa orang-orang berdiam di rumah sehingga kondisi itu membuat bisnisnya terpuruk.
Ketika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Nesar (PSBB) mulai dilonggarkan pemerintah dan orang-orang dapat kembali beraktivitas di luar rumah, pesanan pernikahan lantatur datang dengan tamu undangan lebih dari 2.000 orang.
Tantangan yang harus dilewati adalah bagaimana menggelar resepsi pernikahan yang dapat dihadiri banyak tamu, namun tetap aman.
“Saya lantas mencari tahu tentang wedding drive thru dari internet, ternyata ada banyak di Malaysia dan Singapura,” kata Khais.
Persiapan pertama yang dilakukan adalah survei lokasi yang kelak akan dijadikan sebagai tempat resepsi. Kemudian tahap selanjutnya adalah mematangkan konsep pernikahan.
Total waktu persiapan dari awal sampai akhir bisa mencapai satu bulan, karena pemilik hajat belum mengetahui konsep pernikahan lantatur tersebut.
“Kami kenalkan tentang konsep itu, lalu mereka sepakat,” ujar Khais.
Para tamu undangan yang datang langsung dicatat data dirinya. Kemudian suhu tubuh mereka diperiksa, lalu diberikan cairan penyanitasi tangan.
Mereka juga diminta memakai masker meski berada di dalam kendaraan.
Saat kendaraan menuju pelaminan, tamu memberi salam namaste—yang biasa dikenal dalam olahraga yoga–sebagai pengganti berjabat tangan. Mereka tidak diperkenankan turun dari kendaraan, tetapi hanya diperbolehkan membuka kaca jendela mobil dan kaca helm, lalu berfoto bersama kendaraan dan pasangan pengantin.
Biaya pernikahan lantatur yang dijalankan Khais lengkap dengan sewa lapangan terbuka, makanan, musik, tenda, hingga souvernir dapat mencapai Rp100 juta.
Sementara itu, penggunaan jasa weeding services, Karimnmengaku telah membicarakan konsep pernikahan lantatur sejak beberapa bulan lalu.
“Kami memadukan antara pernikahan konvensional dengan drive thru yang ada di perusahaan-perusahaan pelayanan mandiri (self-service),” kata Karim.
Pandemi membuat dia harus memadukan momen bahagia pernikahan dengan kesedihan karena tidak bisa dekat dengan keluarga dan teman.
“Kami tidak melupakan itu, makanya resepsi pernikahan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dengan konsep drive thru,” katanya.
Meskipun para tamu undangan tidak diperkenankan turun dari kendaraan, namun momen pernikahan tetaplah berkesan. Konsep pernikahan lantatur merupakan solusi menggelar resepsi hajatan meski di tengah pandemi COVID-19.
Sudah berbulan-bulan pandemi melanda Jakarta dan tiga bulan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), asosiasi yang berisi berbagai perusahaan bidang pernikahan ini mengaku kehilangan sekitar Rp300 miliar per bulan. Hal itu akibat tak adanya resepsi.
“Kerugiannya sampai ratusan miliar. Karena dari seluruh industri wedding itu per bulan ada Rp300 miliar,” kata Ketua Umum APPGINDO Andie Oyong yang saat itu ditemui di Gedung
DPRD DKI Jakarta.
Total uang yang beredar itu di atas Rp5 triliun setahun dan saat ini sudah terhenti. Untuk satu vendor sepekan bisa dua sampai tiga kali.
“Sekarang sudah shutdown bahkan ribuan pekerja kami juga terdampak sampai ada yang kena PHK,” katanya.
Karena itu, asosiasi mengharapkan dalam waktu dekat di tengah PSBB Transisi, pemerintah daerah mengizinkan digelarnya resepsi dengan protokol kesehatan ketat. Pelajaran
Artinya meningkatkan ketentuan upacara nikah dari sebelumnya hanya bisa sampai akad atau pemberkatan dengan pembatasan sampai 30 orang saja oleh Kementerian Agama.
“Yang kami harapkan dari industri resepsinya. Karena kalau acara akad nikah kan tidak banyak vendor yang terlibat,” katanya.
Bukan hanya industri katering dan dekorasi tapi sampai ke daerah seperti petani bunga dan peternakan. Itu akan tergerak perekonomian nya.
Asosiasi ini telah mengambil pelajaran dari resepsi pernikahan di Kampung Karang Kimpul, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada 14 Juni 2020. Pernikahan itu dituding menjadi klaster baru penyebaran COVID-19.
“Kasus Semarang adalah pembelajaran, tapi ini meyakinkan bahwa apa yang kita gerakan ini, industri pernikahan bukan hanya di hotel saja, tapi di bawah juga,” kata Andie Oyong.
Asosiasi telah menyiapkan protokol kesehatan untuk kegiatan pernikahan di Jakarta yang juga didiskusikan dengan pimpinan DPRD DKI Jakarta agar industri pernikahan kembali bergeliat tanpa melanggar aturan.