in

Pilkada 2017 dan Kebesaran Jiwa Membangun Aceh

Jabat Tangan Pemimpin Aceh

Setelah Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh mengumumkan Hasil Rekapitulasi Suara Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur dalam Rapat Pleno di Gedung DPRA, Sabtu 25 Februari 2017, seharusnya tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan. Kepada calon gubernur yang kalah harus dengan besar hati menerima kekalahan, dan untuk calon gubernur yang memenangkan pilkada maka tidak boleh sombong, apalagi tinggi hati.

Sebenarnya dari 6 Calon Gubernur Aceh, 5 kandidat sudah mengucapkan selamat kepada Irwandi Yusuf atas keberhasilannya merebut hati rakyat Aceh, kemenangan itu dibuktikan dengan hasil quick count internal dan eksternal, situ KPU RI, dan terakhir pleno rekapitulasi suara di DPRA menempatkan Irwandi – Nova memimpin dalam perolehan suara.

Khusus Untuk cagub nomor urut 5 Muzakkir Manaf dan Cagub Nomor 6 Irwandi Yusuf malah sudah bertemu, Rabu 25 Februari 2017 lalu di sebuah rumah di Gampong Pineung, dan keduanya berkomitmen untuk menunggu hasil keputusan KIP Aceh, dan siapapun yang diputuskan oleh KIP Aceh maka masing-masing mereka akan mendukungnya. “Jika Irwandi yang ditetapkan maka saya akan mendukung Bang Wandi,’ ucap Muzakkir Manaf saat itu. Jika ini dilaksanakan maka Muzakkir Manaf pasti dikenang sebagai seorang politisi yang berjiwa besar.

Namun kondisi berbeda diperlihatkan pada Rapat Pleno Rekapitulasi Suara yang dilaksanakan KIP Aceh. Saat itu saksi dari paslon nomor urut 5 memilih untuk Walk Out (WO) dari acara rapat tersebut, mereka menunding bahwa KIP Aceh belum menyelenggarakan Pilkada dengan baik dan mereka meminta Pilkada Ulang. Selain itu mereka juga akan menuntut di Mahkamah Konstitusi. Walaupun kita pahami wajar saja jika pihak yang kalah menggugat sengketa hasil pemilihan, sebab Undang-Undang Pilkada memberikan kesempatan kepada masing-masing pasangan calon untuk melakukan itu.

Kepada Kandidat Nomor urut 5 dan Nomor Urut 6 semestinya tidak harus terlalu ngotot, toh mereka juga berasal dari satu garis perjuangan. Jadi tidak perlu terlalu dilestarikan “Awak Kah dan Awak Kamoe”. Kini saatnya menyatukan Salam Pang5 dan Salam JKA menjadi “Saleum Mesyen keu Rakyat Aceh”. Kebersamaan dalam membangun Aceh harus dirajut kembali.

Pilkada Aceh tahun 2017 memang berjalan dengan baik tanpa insiden yang berarti dilapangan, berbeda dengan Pilkada 2012 yang mencekam. Di media sosial kampanye memang terkesan begitu “brutal,” fitnah dan saling hujat seakan menjadi trend tersendiri bagi para kandidat dan para tim sukses, seakan semuanya menjadi sesuatu yang lumrah untuk dilakukan. Hampir 4 bulan lamanya masyarakat Aceh tersekat-sekat pada 6 kandidat calon gubernur Aceh. Perseteruan karena berbeda calon yang didukung terjadi dimana-mana, dikalangan keluarga, di warung kopi, di path, di instagram dan di facebook, saling ejek antar pendukung mendominasi.

Kini pemenang pilkada sudah diketahui, setelah berbagai hasil quick count dan real count serta Rekap Suara dari KIP Aceh sudah dapat dipastikan untuk 5 Tahun Ke depan Gubernur Aceh adalah Irwandi Yusuf. Irwandi Yusuf yang didukung oleh Partai Nasional Aceh (PNA), Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Damai Aceh (PDA) dan PDI P ini memperoleh Suara 898.710 suara setara dengan 37.22%.

Kini saatnya Irwandi melakukan pendekatan politik kepada partai politik lain yang mempunyai Kursi di DPRA. Merangkul pihak yang kalah bukanlah aib dalam politik. Partai Aceh (PA), Partai Golkar, Partai Gerindra, PPP, PAN, Partai Nasdem dan PKS merupakan partai yang mempunyai kursi mayoritas di DPRA, tentu ini menjadi penting dirangkul oleh Irwandi Yusuf agar terciptanya sinergitas dan hubungan kerja yang baik antara Pemerintah Aceh dan DPRA.

Bersikap lunak terhadap lawan politik bukan berarti Irwandi harus mengikuti semua keinginan lawan politik dan terjerembab dalam politik transaksional, namun lebih kepada membangun komunikasi sebagai mitra kerja. Bagaimana penyusunan program kerja, Rrncana kegiatan anggaran dapat dibahas bersama, pemanfaatan dana otsus agar tepat sasaran dan pengesahan APBA tepat waktu, hal ini dapat tercipta jika lobi politik tekun dilakukan.

Sangat mustahil semua program kerja pemerintah dapat berjalan dengan mulus jika tidak terciptanya komunikasi politik yang baik dengan DPRA, pasti ada saja yang diganjal.

Pilkada pada akhirnya adalah hanya ritual demokrasi 5 tahunan yang tidak perlu diikuti permusuhan abadi. Kepada pihak yang menang tak perlu jumawa dan meninggikan bahu. Untuk yang kalah tak seharusnya kalap dan melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri. Aceh membutukan mereka semua, baik yang keluar sebagai pemenang maupun pihak yang kalah. Kruuuu Seumangat !!!

Komentar

What do you think?

Written by virgo

Tower PLN di Mukim Gunong Biram Merugikan Masyarakat

Sarpras Perpustakaan di RPTRA akan Ditambah