in

Pilubang Berdarah, 1 Tewas, 2 Terluka

Dipicu Sengketa Tanah, Libatkan Anggota DPRD

Bentrokan berdarah terjadi di kawasan perbukitan Air Suci yang terletak di antara Nagari Pilubang dengan Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Minggu siang (10/9). Seorang lelaki yang berprofesi sebagai pedagang kayu bakar bernama Herwin Satria alias Si Win, 34, tewas akibat bentrokan itu. Sedangkan dua orang lainnya mengalami luka-luka. Termasuk anggota DPRD dari Partai Hanura Tedy Sutendi, 47.

Kapolres Limapuluh Kota AKBP Haris Hadis belum berani menyimpulkan penyebab terjadinya bentrokan tersebut. “Kami masih melakukan penyelidikan. Beberapa orang yang ada di lokasi saat kejadian sudah dimintai keterangan. Namun, kronologi kejadian belum  bisa dipastikan karena ada dua versi berbeda. Semuanya kami dalami,” ujar AKBP Haris saat dikonfirmasi Padang Ekspres, tadi malam.

Meski polisi masih menyelidiki, tapi kuat dugaan bentrokan berdarah yang melibatkan warga Nagari Pilubang dengan warga Nagari Taram dipicu persoalan saling klaim kepemilikan tanah ulayat di kawasan Air Suci. “Nampaknya memang karena persoalan tanah ulayat tersebut,” kata Camat Harau Deki Yusman saat dikonfirmasi secara terpisah.

Deki menyebut, persoalan saling klaim kepemilikan tanah ulayat di kawasan perbukitan Air Suci,  sudah  terjadi sejak 2016 silam. Kala itu, anggota DPRD Limapuluh Kota dari Partai Hanura, Tedy Sutendi, dengan pokok pikirannya berinisiatif membuka jalan baru dari kawasan Kapalo Banda, Nagari Taram menuju Jorong Buluhkasok, Nagari Sarilamak dengan melewati perbukitan Air Suci.

“Akses jalan yang dibuka ini memang bagus. Namun persoalannya, warga Nagari Pilubang, Kecamatan Harau, mengklaim jalan baru yang dibuka dengan melewati kawasan perbukitan Air Suci merupakan tanah ulayat mereka. Namun, Tedy juga mengklaim, tanah tersebut adalah tanah ulayat kaumnya, yakni kaum Melayu, Nagari Taram,” kata Deki.

Persoalan saling klaim kepemilikan tanah ulayat ini, seperti diakui Deki, sempat dibahas di kantor Camat Harau sebanyak dua kali. Namun, belum didapat jalan penyelesaian. Hingga pada 2016, kedua kubu nyaris bentrok di lokasi tapi dapat diredakan muspika. Setelah peristiwa itu, dilakukan lagi dua kali pertemuan di kantor camat. Namun, lagi-lagi belum didapat titik temu.

Persoalan saling klaim kepemilikan ulayat semakin runyam karena tapal batas Nagari Pilubang dan Nagari Taram tidak jelas. Kedua kubu yang mengklaim sebagai pemilik lahan di perbukitan Air Suci, sama-sama tidak mau menempuh upaya hukum perdata untuk memastikan kepemilikan tanah itu secara hukum negara. Sehingga, persoalan ini bagaikan api dalam sekam.

Puncaknya, kemarin siang, terjadi bentrokan antara lelaki dari kedua kubu di perbukitan Air Suci yang indah itu. Tragisnya, bentrokan tersebut disaksikan wanita dan anak-anak. Dari video yang beredar di sosial media diketahui, bentrokan itu terjadi saat warga yang diperkirakan berasal dari Nagari Pilubang, sedang membersihkan semak jalan di kawasan Air Suci.  

Saat sedang bersih-bersih semak itu, dari arah berlawanan, terlihat datang seorang pria berbedan kecil yang diduga berasal dari Nagari Taram. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba saja dari video yang beredar pertama kali di grup Faceboook Porbi Payakumbuh dan Limapuluh Kota sudah terlihat, seorang pria berbadan kecil, terlibat adu jotos dengan pria bertopi merah yang memakai baju kemeja.

Awalnya, perkelahian itu berlangsung satu lawan satu. Kemudian, pria berbadan kecil dibantu oleh temannya yang memakai celana pendek. Sempat ada yang melerai mereka, tapi perkelahian terus terjadi. Setelah itu, massa saling berkerumun. Ada yang memegang golok. Dan dari kejauhan, terdengar teriakan-teriakan histeris dari kaum ibu.  “Woi-woi, inyak lah mati (Ini sudah mati),” pekik seorang ibu.

Selain video tersebut, di grup Facebook Porbi (Persatuan Olahraga Buru Babi) Payakumbuh dan Limapuluh Kota juga beredar foto-foto korban tewas dalam bentrokan Pilubang. Foto saat korban berlumuran darah itu diunggah pemilik akun Deny Tanjong Plb. “Dari video dan foto dapat dipelajari kejadian di Pilubang ini, nampaknya karena persoalan tanah,” komentar Hendri Asenk, anggota Porbi Payakumbuh kepada Padang Ekspres.

Tewas dengan Banyak Luka

Meski tabir bentrokan di perbukitan Air Suci masih belum tersingkap dengan jelas. Tapi dipastikan, korban tewas akibat bentrokan itu, yakni Herwin Satria alias Si Win, 34, tewas karena pendarahan hebat. Sebelum  tewas, pedagang kayu bakar yang biasa menjual kayunya ke tempat pembuatan tahu di Payakumbuh itu sempat dirawat di RSUD Adnaan WD Payakumbuh.

“Pasien atas nama Erwin, masuk IGD pukul 12.20 WIB. Diantar dengan truk oleh keluarga. Kondisi korban kaku dan tidak lagi bernyawa,” ujar dr Intan, petugas yang menangani korban kepada wartawan. Hasil pemeriksaan dr Intan dan petugas IGD, ditemukan luka lengan kiri sepanjang 16 cm dan dalam 6 cm. “Tampak dasar luka hingga ke tulang,” kata dr Intan.

Kemudian, menurut dr Intan, di tubuh  Erwin juga terdapat luka pada jempol tangan kiri dengan panjang 2 cm lebar 5 cm. Selain itu, terdapat luka robek belakang kepala membentuk setengah lingkaran dengan luas 16 cm. Sehingga, tampak dasar tulang tengkorak.

Begitu dinyatakan tidak bernyawa, jenazah Herwin sempat direncanakan dipulangkan ke Pilubang. Istrinya yang disebut-sebut berasal dari Pesisir Selatan, tampak histeris di rumah sakit. Namun tadi malam, dipastikan jenazah Herwin belum juga dikebumikan. “Jenazah akan diatopsi dulu ke Padang,” kata Kapolres Limapuluh Kota AKBP Haris Hadis.

Kapolres mengaku fokus menyelidiki penyebab kematian Herwin. “Kami fokus ke kasus ini. Soal tanah ulayat, kami tidak lihat ke sana dulu. Yang  jelas, ini ada kejadian perkelahian yang menyebabkan kematian tentunya kami dalami. Orang terluka saja akibat perkelahian diproses, apalagi ini sampai meninggal. Dan kami pastikan, kami netral dalam penanganan kasus ini,” ujar Kapolres.

Angggota DPRD juga Dirawat

Sementara itu, dua orang yang terluka  akibat bentrokan fisik di kawasan Air Suci, yakni anggota DPRD Limapuluh Kota Tedy Sutendi dan adik kandungnya Primisto alias Tito, 45, dilaporkan dirawat di RSUP M Djamil, Padang. Sebelum dibawa ke Padang, mereka sempat dirawat di Rumah Sakit Ibnu Sina Payakumbuh.

“Iya, dibawa ke Padang,” kata Kapolres Haris yang sebelum sempat membezuk Sina . Saat itu, Rumah Sakit Ibnu Sina Payakumbuh nampak dikawal ketat polisi. Selain rumah sakit milik Yarsi ini, RSUD Adnaan WD tempat jenazah Erwin disemayamkan juga mendapat pengawalan ketat dari polisi.

Polisi yang berjaga-jaga di kedua rumah sakit, selain anggota Polres Limapuluh Kota dan Polsek Harau, juga anggtota anggota Satreskrim, Sat Intel dan Polsekta, Resor Payakumbuh. “Kami berjaga-jaga saja,” kata Kapolsekta Payakumbuh Kompol Russirwan dan Kasatreskrim AKP Chairul Amri Nasution.

Sebelum diboyong ke Padang, Tedy yang mengalami luka, sempat memberi keterangan kepada Wartawan Unit Polres Limapuluh Kota yang meliput di Rumah Sakit Ibnu Sina. Tolong buat beritanya adinda. Tolong, ini diduga direncanakan,” kata Tedy Sutendi.
Sedangkan adik Tedy bernama Tito mengaku, awalnya dia dan kakaknya, serta belasan rekan lain tengah makan-makan di areal Bukit Air Suci. Kemudian, diduga datang kelompok sebagian kaum di Pilubang. “Kami dikejar, mereka bawa senjata,” kata Tito kepada wartawan.

Sementara itu, kondisi di lokasi kejadian setelah bentrokan dipastikan sudah lengang, karena kawasan tersebut berada di areal perbukitan. Warga yang terlibat atau menyaksikan bentrokan, sudah kembali ke rumah mereka masing-masing di Nagari Pilubang dan Nagari Taram.

Camat Harau Deki Yusman yang memonitor situasi di Pilubang dan Taram bersama Kapolsek Harau AKP JL Toruan, serta Danramil Mayor Inf Munawar, memastikan kondisi di kedua nagari sudah kondusif. “Masyarakat bisa saling menahan diri. Dan menyelesaikan penyelidikan kasus ini kepada aparat berwajib,” pungkas Diki. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Aset First Travel Masih Banyak

Aset Tersangka Korupsi Prasjaltarkim Disita