Bakal Mampu Listriki 160 Ribu RT
Pengembangan proyek panas bumi di WKP Liki Pinangawan oleh PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) sudah memasuki tahap eksploitasi di titik ML-A2.
Ini merupakan proyek PLTP Muara Laboh sebesar 80 MW pengembangan tahap I dari program eksplorasi dan pengembangan sebesar 220 MW yang direncanakan untuk WKP tersebut. Pada tahap eksploitasi ini, kegiatannya meliputi pemboran sumur produksi dan sumur injeksi.
”Untuk kegiatan eksploitasi ini , PT SEML merencanakan akan melakukan pemboran sumur ketujuh dari 19 sumur yang direncanakan. Sebelumnya, PT SEML sudah menyelesaikan tahap eksplorasi terhadap pengeboran enam sumur di titik ML-A1. Nantinya, sumur-sumur ini akan menyuplai uap ke PLTP Muara Laboh Unit 1 dengan kapasitas 80 MW yang akan beroperasi secara komersial pada tahun 2019,” kata Presiden Direktur PT Supreme Energy, Supramu Santosa, saat penajakan sumur eksploitasi pertama (Spud In) ML-A2 di WKP Liki Pinangawan, Rabu (24/5).
Ketika beroperasi, sebut Supramu, PLTP Muara Laboh akan mampu melistriki 160.000 rumah tangga pada subsistem kelistrikan Sumatera Bagian Utara.
”Namun, itu melalui PT PLN, sebab listrik yang dihasilkan nantinya akan disalurkan kepada PT PLN berdasarkan kontrak jual beli listrik selama 30 tahun,” sebutnya.
Kadis ESDM Sumbar, Heri Martinus, mengatakan wilayah Sumbar kaya akan potensi panas bumi. Setidaknya ada 17 titik geothermal yang dapat digarap untuk mengantisipasi kekurangan sumber daya listrik. 17 titik itu tersebar di beberapa wilayah di Sumbar seperti Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Solok, Limapuluh Kota dan Solok Selatan.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Sumbar mencatatkan total potensi panas bumi di Sumbar mencapai 1.656 MW. Dari 17 titik itu, cadangan terduga panas bumi mencapai 858 MW, dan sumber daya geothermal yang masih spekulatif diperkirakan 798 MW.
“Sekarang adalah waktu paling tepat untuk melepas ketergantungan dari bahan bakar fosil,” katanya.
Untuk mengatasi masalah kelistrikan sebagai langkah panjang di Indonesia termasuk di Sumbar ini, pemerintah tengah menggarap potensi geothermal dalam program Nasional Langit Hijau.
”Ini salah satu dari empat potensi sumber energi listrik yang diharapkan bisa menjadi solusi. Selain suhu laut, ombak dan biomassa yang hingga kini belum tergarap secara maksimal,” tuturnya seraya mengatakan rasio elektrifikasi di Sumbar hingga awal 2017 sudah mencapai angka 86 persen. Namun, kondisi demikian belum sepenuhnya mampu membuat wilayah Sumbar bebas dari krisis listrik.
Sementara, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Yunus Saefulhak menyebutkan dengan memasukkan potensi panas bumi sebagai satu dari empat sektor unggulan investasi di Sumbar.
Maka dari 19 kabupaten/kota yang ada di Sumbar, Solok Selatan satu di antaranya yang pantas berbangga diri. Selain dikaruniai segudang potensi wisata alam, Solok Selatan yang berada di kaki Gunung Kerinci juga mendapatkan berkah kandungan panas bumi atau geotermal.
”Pemanfaatan sumber panas bumi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) saat ini tengah dikerjakan oleh perusahaan Supreme Energy melalui PT SEML yang telah melakukan berbagai studi survei kelayakan dan potensi panas bumi semenjak tahun 2008 lalu,” tuturnya seraya mengatakan pembangunan megaproyek PLTP oleh PT SEML itu diketahui menghabiskan anggaran hingga USD 580 juta.
Wakil Bupati Solok Selatan Abdul Rahman mengaku penerangan yang diidam-idamkan masyarakat Solok Selatan kian mendekati kenyataan. Pemanfaatan sumber energi baru terbarukan menandai suatu era bahwa bahan bakar fosil sudah mendekati akhir.
Untuk mendorong terciptanya dunia yang lebih sehat, pemerintah telah berusaha melepaskan ketergantungan dari peninggalan sejarah bahan bakar fosil. (*)
LOGIN untuk mengomentari.