Diposkan pada: 24 Dec 2016 ; 1448 Views Kategori: Berita
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur selalu mengingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah milik bersama bangsa Indonesia, bukan milik golongan maupun perseorangan. Karena itu harus dikelola dengan konstitusi negara Indonesia bukan dengan yang lainnya.
“Saya percaya Gus Dur pasti gemes, geregetan kalau melihat ada kelompok, sekelompok, atau orang-orang yang meremehkan konstitusi; yang mengabaikan kemajemukan kita; yang memaksakan kehendak dengan aksi-aksi kekerasan, radikalisme, terorisme,” kata Presiden saat memberkan sambutan pada Haul Gus Dur ke-7, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (23/12) malam.
Menurut Presiden, akhir-akhir ini yang terlihat di media sosial maupun dunia nyata, bangsa Indonesia sudah lupa, lalai, tidak mengerti, maupun tidak bisa membedakan mana yang kritik mana yang menghina, menjelek-jelekkan, menghasut, dan menghujat.
“Lupa semuanya kita. Mana yang kritik mana yang ujaran kebencian, mana yang kritik mana yang makar, tidak bisa membedakan kita sekarang ini,” ujar Presiden.
Kalau hal tersebut diteruskan, lanjut Presiden, energi besar bangsa Indonesia akan habis untuk ribut-ribut dan untuk hal-hal yang tidak perlu sehingga menjadi lupa semuanya termasuk strategi besar negara, bagaimana mensejahterakan rakyat, membangun strategi besar ekonomi negara, serta membangun strategi besar industri kedepan untuk membuka lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya bagi rakyat.
“Kalau Alm. Gus Dur masih ada, ada yang memberitahu kita, kita ini masih kayak anak TK. Pasti digitukan oleh Gus Dur,” ungkap Presiden.
Padahal, lanjut Presiden Jokowi, bangsa Indonesia harus bersyukur, ketika banyak negara yang lain goyah mencari pedoman hidup, Indonesia mempunyai Pancasila. Ketika negara-negara lain kebingungan mencari panduan berbangsa dan bernegara, Indonesia mempunyai Pancasila.
“Seharusnya kita bisa membangun lebih cepat, bergerak lebih cepat, bergotong royong lebih cepat sehingga kita menjadi negara yang memenangkan persaingan. Agar kita menjadi bangsa yang berdaulat, bangsa yang mandiri, dan bangsa yang berkepribadian,” tutur Presiden.
Presiden mengingatkan, Gus Dur adalah sosok yang selalu optimistis dalam memandang Indonesia ke depan.
“Tidak kagetan, tidak gumunan, itu Gus Dur,” kenang Presiden.
Ketika mengambil keputusan yang rumit, Presiden Jokowi mengaku suka teringat kata-kata Gus Dur, “gitu saja kok repot”.
“Kita ini sekarang ini yang mudah-mudah malah dipersulit, harusnya yang sulit-sulit dipermudah, jangan dibalik-balik,” ucap Jokowi.
Dalam acara yang dihadiri oleh tiga calon Gubernur DKI Jakarta itu, Presiden Jokowi sempat memangggil Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama, dan Anies Baswedan, dan berpesan agar ketiganya tetap rukun dalam berkompetisi.
“Silakan berdiri semuanya. Lha mbok ya begitu, yang rukun. Wong kita ini kan saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Persaudaraan itu yang diajarkan oleh Gus Dur,” tutur Presiden.
Haul ke-7 Gus Dur itu dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Ketua Umum PBNU K.H. Said Aqil Siraj. (UN/ES)