Jakarta (ANTARA News) – Berawal dari percakapan dengan Forum Anti Fitnah, Hasut dan Hoax di media sosial, sembilan relawan tergerak untuk membuat aplikasi melawan berita bohong, “Turn Back Hoax”.
“Kami buat database terbuka, siapa pun bisa post ini hoax atau bukan,” kata Khairul Anshar, salah satu pengembang aplikasi Turn Back Hoax, di Jakarta, Sabtu
Aplikasi ini berbentuk seperti forum, pengguna harus masuk menggunakan akun Facebook untuk mengunggah informasi, yang dapat berupa pesan berantai, artikel yang dimuat di situs, atau foto.
Untuk mengetahui informasi tersebut hoax atau bukan, pengguna lain dapat berpartisipasi dengan meng-klik flag hijau (bukan hoax) atau merah (hoax).
Penjelasan mengenai hoax atau bukan dapat ditulis di kolom komentar, pengguna dapat berdiskusi di kolom tersebut.
Sementara itu, untuk mencari tahu informasi yang berupa foto, aplikasi yang berupa ekstensi di Google Chrome ini akan menyambungkan dengan Google Image, untuk mencari tahu siapa yang pertama kali mengunggah foto tersebut dan informasi apa yang sebetulnya diberikan bersama foto itu.
Algoritma dalam aplikasi tersebut akan menilai jumlah flag dalam informasi yang diberikan untuk sebuah situs, lalu akan memberikan data apakah situs tersebut sering menyebarkan hoax atau tidak.
Khairul berharap informasi tersebut kemudian hari dapat diteruskan kepada Kominfo maupun Kepolisian untuk menindaklanjuti penyebaran berita hoax di dunia maya.
Meskipun memiliki penanda merah dan hijau di setiap unggahan, pembaca tidak dapat langsung menyimpulkan apakah informasi tersebut tergolong hoax atau bukan berdasarkan jumlah flag.
Masih ada kemungkinan orang menandai informasi tersebut sebagai hoax padahal bukan, atau sebaliknya, mengingat aplikasi tersebut dapat diakses oleh siapa saja.
Untuk itu, ia menyarankan pembaca untuk membaca kolom komentar untuk menarik kesimpulan apakah informasi tersebut hoax atau bukan.
Selain itu, aplikasi memiliki sistem untuk mengecek apakah pengguna yang log in merupakan akun palsu atau bukan. Bila palsu, mereka akan mem-blacklist akun tersebut.
Turn Back Hoax kini masih dalam tahap pengembangan sehingga database yang dimiliki terbatas. Aplikasi tersebut tersedia dalam website dan ekstensi di Google Chrome. Mereka juga melirik aplikasi mobile karena akses ke ponsel pintar lebih jamak dari pada komputer.
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2016