in

Roni Emrizal, Mahasiswa STIE Pariaman yang Tewas Disapu Longsor

”Ayah, Ayah, Manggarik Gunuang Yah…”

Penemuan jenazah Roni Emrizal, 23, mahasiswa STIE Pariaman yang tewas akibat disapu longsoran tebing jalan Sumbar-Riau, membuat perasaan ayah, ibu dan adiknya, bercampur-aduk.

Meski wajah Roni sudah menggembung dan kaki kanannya hilang, tapi pemuda Ladangrimbo, Sungai Sirah Kuranji Hulu, Padangpariaman ini tetap dapat dikenali, berkat gelang tangan dan gigi yang baru diganti.

Duduk di depan kamar jenazah RSUD Adnaan WD Payakumbuh, Razab alias Zahab nampak lelah sekali. Sudah enam hari pria 63 tahun ini tidak bisa tidur.

Bagaimana Zahab mau tidur, putra yang dicintai, Roni Emrizal, 23, hanyut disapu longsor, tepatnya banjir bandang di jalan negara Sumbar-Riau, Kotoalam, Pangkalan, Limapuluh Kota, Jumat lalu (3/3).

Roni hanyut digulung air bercampur lumpur dan kayu-kayu besar, saat menemani Zahab mengantar beras dagangan ke Riau. Sebelum hanyut direnggut takdir, Roni yang semobil dengan Zahab, tidak meninggalkan pesan apapun. Kecuali, ungkapan ketakutannya akan bencana dashyat di kegelapan malam itu.

“Ayah, Ayah, manggarik gunuang Yah,” ungkap Roni kepada Zahab, saat Roni melihat bukit di sisi kiri jalan Sumbar-Riau dari arah Kelok Sembilan, memuntahkan material longsoran.

Ungkapan ketakutan Roni itu masih terngiang di telinga Zahab. Sehingga diucapkan kembali saat diwawancarai Padang Ekspres, setelah jenazah Roni ditemukan tim SAR gabungan, Rabu siang (8/3).

“Roni tidak tinggalkan pesan apa-apa kepada saya. Terakhir kali yang ia katakan hanya ungkapan tadi. Ayah, Ayah, manggarik gunuang Yah. Setelah itu, Roni hilang,” kata Zahab. Pedagang ini, tidak ingat lagi berapa banyak manusia dan kendaraan yang ikut hanyut bersama Roni.

“Saya tak ingat. Yang jelas, di depan dan di belakang mobil Colt Diesel kami ada banyak kendaraan. Sebelum tebing itu longsor, ada seorang pengemudi sepeda motor datang menghampiri kami. Dia bilang, mundurlah dulu ke belakang. Cari tempat aman. Karena di depan, air sangat besar,” kenang Zahab.

Mendengar saran dari pengemudi sepeda motor tadi, Zahab meminta sopirnya bernama Soneng agar segera mundur. Tapi karena di belakang ada deretan mobil lain, Soneng menjadi kesulitan. Sehingga, Roni yang duduk di samping Zahab, membuka pintu dan turun ke jalan, untuk mengatur posisi mundur.

Saat itulah petaka terjadi. Dari atas tebing jalan, tidak jauh dari lokasi tambang batu, air bercampur tanah dan kayu menggelinding dengan derasnya.

Menghanyutkan tubuh Roni. Sementara, Zahab dan Soneng, serta Colt Diesel mereka ikut terlempar ke dalam jurang. “Mobil kami tersangkut di pohon,” kata pria berperawakan besar ini.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan, mobil yang hanyut dan masuk jurang totalnya 8 unit. Namun, Kapolres Limapuluh Kota AKBP Bagus Suropratomo Oktobrianto didampingi Wakapolres Kompol Eridal memperkirakan tujuh unit ditambah satu sepeda motor.

“Selain tujuh mobil, 50-an orang ikut terlempar ke dalam jurang,” kata Bagus dan Eridal kepada Padang Ekspres.

Dari 50-an orang itu, sudah lima orang yang dinyatakan tewas. Selain Roni, korban tewas adalah Doni Fernandes, 31, dan Karudin, 25, asal Gasangadang dan Sungaigaringiang, Padangpariaman.

Kemudian, Yogi Saputra, 23 dan Teja, 19, yang sama-sama berasal dari Tigojangko, Lintau, Tanahdatar. Jenazah keempat orang pria ini ditemukan sepanjang Sabtu (4/3) dan Minggu lalu (5/3).

Sedangkan jenazah Roni baru ditemukan kemarin siang oleh tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD dan relawan lain. Sebelum jenazah Roni ditemukan, Zahab dan kerabatnya secara bergantian membantu proses pencarian.

Bahkan, saat tim gabungan sedang istirahat makan siang dan kepala BNPB Kepala BNPB Willem Rampangilei mengunjungi tempat kejadian, Senin lalu (6/3), Zahab terpantau seorang diri menggali lumpur di dasar jurang. “Iya, saya memang ikut mencari. Ketika petugas istirahat, kami ikut masuk,” kata Zahab.

Bagi Zahab, Roni yang di akun Facebook-nya memiliki kekasih cantik bernama Ainur Madiah, merupakan anak yang rajin.

“Selain rajin, Roni jujur. Tidak macam-macam. Bahkan, saat sudah dikasih uang kos untuk kuliah di Pariaman, Roni tak mau. Ia memilih bolak-balik dari rumah kami ke tempat kuliahnya di Pariaman, karena ingin membantu keluarga,” kenang Zahab.

Sebagai ayah, Zahab mengaku tak punya firasat apa-apa sebelum Roni meninggal. Istrinya, Nurmaini alias Nurmai, 50, juga tidak punya firasat apapun.

“Kami punya empat anak. Roni adalah anak kedua. Orangnya baik. Tidak suka minum-minum (minuman keras) atau baampok (berjudi),” kata Nurmaini yang ikut menemani Zahab di ruang jenazah RSUD Adnaan WD Payakumbuh.

Selain Zahab dan Nurmaini yang matanya terlihat sembab, di ruang paling belakang rumah sakit pelat merah itu juga nampak Arif Primayuni, 20. Arif merupakan putra ketiga Zahab dan Nurmaini.

Arif pula yang akhirnya meyakinkan pihak keluarga bahwa jenazah yang sudah dievakuasi dari jalan Sumbar-Riau itu memang jenazah kakaknya, Roni Emrizal.

“Abang, memang pakai gelang kain di kedua tangannya,” kata Arif yang bertelanjang dada. Sebelumnya, keluarga Roni, termasuk Zahab dan Nurmaini baru yakin 50 persen, jenazah yang ditemukan tim SAR gabungan merupakan jenazah Roni. Karena, kondisi jenazah sudah menggembung dan dipenuhi lumpur.

Bahkan, bagian wajah cukup sulit dikenali. “Selain itu, kaki kanannya juga belum ditemukan. Masih dalam pencarian,” kata Ipda Yosa Inda Kurnia dan Bripka Anton Mawardi yang berada di rumah sakit.

Ipda Yosa dan Bripka Anton adalah Staf Bidang Dokkkes Polda Sumbar dan Polres Limapuluh Kota yang tergabung dalam tim Disaster Victim Investigation (DVI), penanganan korban bencana alam di Limapuluh Kota.

Tim DVI Polda Sumbar dan Polres Limapuluh Kota bertugas memastikan identitas korban tewas, berkoordinasi dokter RSUD Adnaan WD. Tim sempat berniat melakukan tes DNA.

Tapi, akhirnya pihak keluarga yakin bahwa jenazah yang sudah dibersihkan itu memang jenazah Roni. Karena di pergelangan tangan kiri dan kanan, masing-masing ada satu gelang kain yang mirip dengan gelang Roni.

Satu gelang berwarna hitam. Sedangkan satu lainnya berwarna kemerah-merahan di tengahnya. Selain dikenal lewat gelang kain, Roni dikenali dari giginya. Menurut Zahab, Nurmaini dan Arif, beberapa minggu sebelum meninggal, Roni sempat mengganti giginya yang berlobang dengan gigi palsu di Pariaman.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh drg Sulistyo Wati dari RSUD Adnaan WD Payakumbuh, ternyata memang terdapat gigi palsu di dalam mulut jenazah yang ditemukan tim SAR gabungan. Akhirnya, pihak keluarga yakin jenazah itu memang jenazah Roni, mahasiswa STIE Pariaman yang rencananya akan wisuda tahun ini.

Kemarin, selepas Maghrib, jenazah Roni sudah dibawa dari RSUD Adnaan WD Payakumbuh menuju kampung halaman di Korong Ladangrimbo, Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu, Kecamatan Sungaigaringgiang, Kabupaten Padangpariaman. Pihak keluarga masih berharap, sebelum jenazah dimakamkan kaki kanan Roni dapat ditemukan.

Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi mengatakan, penemuan jenazah Roni belum mengakhiri pencarian korban tewas akibat longsor di jalan Sumbar-Riau.

“Sesuai informasi yang kami dapat dari Kapolres dan Dandim, masih ada, satu orang yang dilaporkan hilang, bernama Nasution. Basarnas bersama Polri, TNI, BPBD dan relawan masih akan mencari,” kata Irfendi, tadi malam. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Bantai Benfica di Leg Kedua, Dortmund ke Perempat Final UCL

Dramatis, Barcelona Lolos ke Perempat Final dengan Skor 6-1