Dari Bedah Buku ”Mengeluarkan Pemilu dari Lorong Gelap”
Buku berjudul ”Mengeluarkan Pemilu dari Lorong Gelap”: Husni 1975-2016 yang menggambarkan peranan mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Husni Kamil Manik menghilangkan sisi gelap yang terkadang muncul dalam penyelenggaraan pemilihan di Indonesia, dibedah di aula Gubernuran Sumbar, kemarin (7/7). Cuma saja, keberadaan buku itu belum sepenuhnya mewakili posisi almarhum dalam kepemiluan.
”Meski begitu, buku setebal 734 tersebut merupakan buku sangat luar biasa yang diterbitkan para inisiatif,” kata Hakim Mahkamah Konstitusi (MK), Prof Saldi Isra ketika menjadi pembicara dalam bedah buku tersebut.
”Saya sudah baca bukunya, tapi buku yang ditulis 117 orang itu dirasa masih belum lengkap. Saya berharap dan ini menjadi tanggung jawab bersama untuk membuat buku tentang almarhum yang lebih komprehensif di masa datang. Buku yang dapat dipahami dari BAB per BAB tentang sosok almarhum,” sebut ketua Tim Seleksi KPU RI itu.
Saldi mengaku tidak terlalu dekat dengan almarhum. Namun, dia tahu sepak terjangnya sejak menjadi mahasiswa hingga menjadi penyelenggara pemilu. Ketika dia menjadi panitia seleksi penyelenggara pemilu sekitar lima tahun lalu, dia mengetahui hasil ujian tulis almarhum selaku peserta seleksi KPU sangat berbeda.
Hal itu, tambah Saldi, memunculkan pertanyaan dari anggota pansel lainnya. Waktu itu, pansel memberikan apresiasi lebih ketika Husni menyerahkan surat pengunduran istrinya selaku anggota KPU Padang saat pansel masih membicarakan soal larangan menjadi penyelenggara suami dan istri. ”Saya menilai almarhum memiliki tingkat keseriusan tinggi menjadi penyelenggara pemilu. Itu menjadi nilai plus bagi Husni,” ujar Saldi lagi.
Dia juga memuji karakter Husni yang tenang menghadapi setiap masalah. Bahkan saat Pilpres 2014 ketika Prabowo ingin mengundurkan diri sebagai calon, Husni mampu mengatasinya dengan baik. Husni membangun soliditas antaranggota KPU. ”Orang mampu menghadapi tekanan kalau bisa solid secara organisasi. Ini catatan penting pada almarhum,” ujarnya.
Sayangnya, menurut Saldi, orang Sumbar lupa menyiapkan pelapis Husni. Sehingga ketika dia kembali menjadi panitia seleksi beberapa bulan lalu, tidak satu pun orang Sumbar lulus. ”Sudah saatnya kita, terutama seluruh penyelenggara pemilu di Sumbar mempersiapkan diri. Kalau sukses di kabupaten/kota, bisa melompat ke provinsi dan sukses di provinsi sangat mungkin ke level nasional,” ujarnya.
Sebelumnya anggota KPU RI, Viryan Aziz berharap acara tersebut bukan sekadar bedah buku tapi juga bedah kehidupan. Almarhum adalah model otentik dan paripurna yang tidak mudah ditemui sekarang. Beliau sangat tenang dan sangat sabar, banyak tokoh politik yang mengakui demikian.
Selain keduanya, juga tampil menjadi pembedah Nur Hidayat Sardini (editor), Helmi (akademisi Unand), Amnasmen (ketua KPU Sumbar), Aguswanto (aahabat almarhum).
Dalam bedah buku yang dimoderatori Muhammad Taufik itu, Nur Hidayat Sardini mengatakan, setebal 734 halaman plus 36 angka romawi itu, menggambarkan bahwa sosok Husni memiliki peran dalam menghilangkan sisi gelap yang terkadang muncul dalam penyelenggaraan pemilihan di Indonesia.
”Pemilu ini sudah baik, tetapi ada gelap-gelap sedikit kadang-kadang. Nah di zaman HKM (Husni Kamil Manik) ini kemudian diperjelas, sehingga lorong gelap ini bisa dikeluarkan oleh peranan dari Pak HKM,” kata Sardini.
Ketua Panitia Bedah Buku, Hary Efendi Iskandar mengaku terharu atas acara bedah buku ‘Mengeluarkan Pemilu dari Lorong Gelap’ ini. Sebab, awalnya dia bersama anggota tim penyusun buku itu memperkirakan acara bedah buku dilakukan secara sederhana. Namun, di luar dugaan mendapat sambutan cukup antusias dari berbagai kalangan di Sumbar. (*)
LOGIN untuk mengomentari.