in

SD Negeri 32 Bungopasang, Asyiknya Belajar Budaya ke Taman Mini Ala Sumbar

Arespi Junindra, M.Pd
(GURU SDN 32 BUNGOPASANG)

Outing class boleh dikatakan sebagai kegiatan pembelajaran yang selalu dinantikan siswa-siswi SDN 32 Bungopasang. Ini karena outing class merupakan program kelas tahunan yang rutin dilaksanakan oleh siswa-siswi SDN 32 Bungopasang sesuai dengan materi pembelajaran yang relevan.

Tujuan pelaksanaan outing class adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan menyenangkan, sambil mengaitkan pembelajaran di dalam kelas dengan dunia nyata di luar sekolah. Kegiatan ini dirancang untuk memperluas pengetahuan siswa, memperkaya pengalaman, dan memperkuat keterampilan sosial serta kerjasama tim.

Pada tahun pelajaran 2023/2024, kegiatan outing class dilaksanakan oleh kelas V.A dan kelas V.B untuk mengunjungi museum yang memiliki julukan Taman Mini ala Sumatera Barat yaitu Museum Adityawarman. Tema yang diangkat ialah “Asyiknya Belajar Budaya ke Taman Mini ala Sumatera Barat”.

Lokasi museum yang sangat strategis, mudah diakses dan tidak terlalu jauh dari lokasi SDN 32 Bungopasang menjadi pilihan pelaksanaan outing class oleh SDN 32 Bungopasang. Keberangkatan dimulai dari SDN 32 Bungopasang menuju Museum Adityawarman menggunakan Angkutan Kota atau Angkot pukul 07.30 WIB yang disediakan atas kerja sama dengan orang tua/wali murid yang akan mengikuti kegiatan outing class.

Orang tua/wali murid sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah. Apalagi pembelajaran dilakukan dengan melibatkan kunjungan sesuatu tempat karena anak-anak dapat langsung belajar dengan alam. Sebelum keberangkatan, guru melakukan persiapan dengan memberikan nasihat dan pengarahan terkait dengan tata tertib dan aturan ketika berada di dalam museum.

Ketika berada didalam museum tidak diperbolehkan bersuara keras. Ini dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan kondusif bagi pengunjung lainnya yang ingin belajar dan merasakan pengalaman museum dengan konsentrasi dan ketenangan. Kemudian, dilarang untuk merusak benda-benda yang ada di museum.

Aturan ini sangat penting untuk menjaga kelestarian dan keamanan koleksi museum agar dapat dinikmati oleh generasi masa kini dan masa mendatang. Merusak atau menyentuh eksponat dapat menyebabkan kerusakan permanen pada benda-benda tersebut. Beberapa benda di museum mungkin sangat tua atau rapuh, dan sentuhan manusia dapat menyebabkan kerusakan struktural atau kerusakan pada cat, bahan, atau tekstur permukaan.

Selanjutnya, setiap siswa diharuskan untuk mengikuti setiap arahan dari pemandu museum. Arahan ini dimaksudkan agar setiap siswa memahami aturan dan menanam budaya tertib dan patuh dimanapun siswa berada.

Disamping itu, pemandu museum memiliki pengetahuan dan informasi yang sangat berharga tentang koleksi yang dipamerkan, sejarah, dan konteks budaya di balik artefak-artefak tersebut. Mengikuti arahan dari pemandu museum membantu siswa untuk mendapatkan pengalaman yang mendalam dan mendidik selama kunjungan.

Saat sampai didepan gerbang museum Adityawarman, siswa sudah disuguhkan dengan halaman yang besar dari museum dan bangunan museum bagonjong seperti rumah adat minangkabau. Tatanan yang rapi dan hijaunya dedaunan pepohonan menyegarkan mata dan keinginan untuk segera berpijak di tanah museum Aditywarman semakin tinggi.

Museum yang didirikan pada tahun 1977 ini menyimpan berbagai koleksi yang berkaitan dengan budaya dan sejarah lokal termasuk pakaian adat, alat musik tradisional, dan benda-benda sejarah lainnya. Salah satu bagian terkenal dari Museum Adityawarman adalah koleksi arca-arca batu peninggalan dari zaman prasejarah, yang menunjukkan keberadaan manusia purba di wilayah tersebut.

Selain itu, museum ini juga memiliki koleksi seni rupa tradisional, seperti seni ukir, seni tenun, dan seni lukis, yang mencerminkan keindahan dan keahlian seniman Minangkabau. Siswa-siswi sangat asyik dan senang dalam melihat dan mencatat setiap poin penting dari benda-benda yang ada di museum. Keasyikan tersebut tergambar dari raut wajah setiap siswa.

Meskipun hanya setengah hari berada di museum tapi pengalaman yang diperoleh oleh siswa akan terasa dan terkenang sampai ia dewasa. Sehingga dapat diceritakan kepada teman-temannya ketika di sekolah maupun diluar sekolah.

Pelaksanaan outing class di dukung sekali oleh Asmalinda, S.Pd. selaku Kepala SDN 32 Bungopasang. Beliau mengapresiasi kegiatan ini dan mendorong setiap inovasi pembelajaran diluar sekolah yang dilakukan oleh guru-guru hebat yang berada di SDN 32 Bungopasang.

Beliau juga selalu mengingatkan bahwa sangat penting untuk merencanakan outing class dengan cermat dan memastikan keamanan siswa-siswi serta harus adanya kolaborasi antara guru, orang tua/wali murid serta masyarakat agar setiap kegiatan disekolah dapat terlaksana dengan baik.(Arespi Junindra, M.Pd, GURU SDN 32 BUNGOPASANG)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Hamdan Zoelva: Syarikat Islam Fokus Bangkitkan Dakwah Ekonomi Islam

SMP Negeri 5 Padang, Tumbuhkan Budaya Positif Via Ragam Kegiatan Berbasis Projek