in

SDIT Mesjid Raya Lantai Batu, Bangun Budaya Positif di Sekolah

PENGUATAN LITERASI : Murid SDIT Masjid Raya Lantai Batu terlihat sedang asyik membaca, sebagai salah satu
kegiatan positif dalam hal pengembangan literasi di Kabupaten Tanahdatar.(IST)

Ki Hajar Dewantara (KHD) mengingatkan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak. Agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam proses menuntun tersebut, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya. Sebagai individu yang unik, akan tetapi guru sebagai pamong harus memberi tuntunan dan arahan. Supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Sebagai pamong, guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar pancasila, dengan memberi contoh (Ing Ngarso Sung Tulodho), dan melakukan pembiasaan yang konsisten di Sekolah.

Karena itu sangat penting bagi guru untuk dapat mengembangkan budaya positif di sekolah. Agar dapat menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri murid-muridnya, untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.

Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak.
Kita semua percaya bahwa tujuan penting sekolah adalah pembentukan karakter. Itulah mengapa banyak program sekolah yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter murid.

Misalnya program kantin kejujuran dengan tujuan, menumbuhkan karakter jujur pada murid. Atau program literasi dengan tujuan untuk menumbuhkan karakter kritis pada murid. Oleh sebab itu, pendidik hanya dapat “menuntun” tumbuh, atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak.

Supaya dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Pernyataan KHD tentang tujuan pendidikan seperti disebutkan di awal artikel ini, mengisyaratkan bahwa sebagai guru perlu membangun komunitas di sekolah. Ini untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya, tidak hanya untuk pribadi.

Tapi juga berdampak pada masyarakat. Adapun karakter yang diharapkan menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional kita, seperti yang tercantum dalam profil pelajar pancasila yakni, Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis dan Mandiri.

Sehingga pada akhirnya, budaya positif di sekolah akan dapat menumbuhkan karakter positif yang bukan hanya mendorong murid untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah. Tetapi juga untuk menanam moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat.

Mengembangkan budaya positif di sekolah pada hakekatnya adalah melakukan perubahan positif dalam mencapai visi sekolah yang ideal. Yakni sekolah yang dapat mendukung penumbuhan murid merdeka. Sekolah perlu terus berupaya untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan kompetitif dalam mewujudkan lingkungan belajar yang berpihak pada murid.

Untuk mewujudkan budaya positif di sekolah, perlu menggandeng semua pihak untuk menjadi aktor dan pemangku kepentingan yang bisa berkontribusi mewujudkan visi sekolah inklusif yang berpihak pada murid.

Prinsip perubahan menurut KHD dikenal dengan Trikon yaitu Kontinu (berkesinambungan), Konvergen (kesamaan, universal, titik temu), dan konsentris (Kontekstual, latar belakang, kultur, lokal/individual), yang bukan hanya mendorong murid untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah.

Tetapi juga untuk menanam moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat. Budaya sekolah merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah.

Jika dikaitkan dengan budaya positif di sekolah, maka bisa diuraikan sebagai nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.

Sekolah memiliki peran penting dalam membimbing, memperbaiki, dan mensosialisasikan kepada murid mengenai perilaku yang sesuai. Agar perubahan berhasil, diperlukan pendekatan terkoordinasi yang melibatkan semua peran di komunitas sekolah. Sekolah perlu bekerja dengan orangtua untuk memastikan konsistensi antara rumah dan sekolah.

Serta membekali mereka dengan informasi dan alat untuk mempraktekkan disiplin positif di rumah. Untuk dapat mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan penting. Guru perlu mencari strategi, cara yang efektif dan tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah.

Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan, karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Dalam hal ini guru dapat melaksanakan fungsi ganda yaitu sebagai posisi kontrol dan disiplin positif yang menjadi landasan dari budaya positif. (Silvia, S. Pd, GURU SDIT MASJID RAYA LANTAI BATU)

What do you think?

Written by Julliana Elora

SMP IT Insan Kamil Batusangkar, Sulap Sampah Kain Perca Jadi Taplak Meja

Ustad Roni Patihan LC, Alumni LIPIA Pimpin ICBS Payakumbuh: Pengagum Buya Hamka