Samsimar (47), tak bisa bersantai-santai dalam hidupnya. Pasalnya, sang suami yang selama ini bersamanya, sejak 8 tahun lalu sudah pergi.
Tinggalah dia harus berjuang membesarkan 11 orang anak mereka sendiri. Yang kecil, saat itu masih berumur dua bulan. Kini, dia harus bekerja dengan berbagai cara untuk bertahan hidup.
Keluarga itu tinggal di rumah sederhana di Belakang Kompleks Bumi Minang II, RT 3 RW 14, Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Rumah kayu tua miliknya, dapat program bedah rumah dari pemerintah. Saat ini sedang tahap rehab, namun bertahap. “Kemarin baru dikerjakan tahap satu, menunggu lanjutannya,” kata Nia (22), anak Samsimar di rumahnya, kemarin.
Menurut Nia, sejak ayah mereka pergi, ibunya banyak bekerja sebagai buruh tani di sawah-sawah orang. Tidak hanya di sekitar Kuranji saja, tapi kadang juga di daerah-daerah tetangga.
“Lima orang sudah menikah, tinggal lagi enam yang belum. Paling kecil kelas 2 SD, SMP dan SMA,” kata Nia yang bersama suami dan keluarga kakak perempuannya tinggal di rumah sempit dengan dua kamar itu.
Kata Nia, di rumah yang cukup jauh dari pusat kota itu, mereka tinggal ada tiga kepala keluarga (KK) dengan 14 jiwa. “Kalau malam kami tidur di kamar-kamar yang disekat kelambu ini. Maklum, kami belum berani pindah, mengontrak, apalagi beli rumah,” kata Nia yang sedang hamil dan sudah memiliki satu anak saat didatangi Tim Andre Rosiade (AR) Center, Nurhaida, Alwis Ray dan Rina Shintya ke rumahnya.
Menurut Nia, ibunya sangat kuat dan tetap bekerja untuk anak-anak mereka, terutama enam orang yang belum menikah dan masih sekolah.
“Suami saya kerja di bengkel, dan suami kakak juga belum bisa ngontrak. Satu kakak perempuan kami, tinggal di rumah gubuk masih dekat-dekat sini. Dua kakak laki-laki yang sudah berumah tangga, tinggal di luar kota. Kadang mereka berkirim untuk ibu,” kata Nia.
Hari itu, Nurhaida yang juga Sekteraris PIRA (Perempuan Indonesia Raya) Sumbar megirimkan sekarung beras dan uang tunai kepada keluarga Samsimar melalui Nia, anaknya. Bantuan itu sangat berarti bagi keluarga itu, karena pendapatan harian begitu menurun, apalagi saat pandemi virus corona melanda.
“Ibu kami sekarang jarang diminta ke sawah oleh orang. Paling seminggu dua atau tiga kali. Sehari biasanya dapat Rp70 sampai Rp80 ribu saja. Lumayan untuk makan bersama anak-anaknya. Kami kalau ada lebih rezeki juga beli banyak beras dan sambal,” kata Nia yang mengaku sering merasa sedih melihat nasib ibu dan adik-adiknya setelah ditinggal bapak mereka.
Nurhaida menyebutkan, melihat informasi keluarga Samsimar, dia langsung berkoordinasi dengan tim. Tak ayal bantuan langsung tunai (BLT) ala anggota DPR RI Andre Rosiade segera dikirimkan. “Ada tetangga bu Samsimar yang kirim data ke DPD Gerindra Sumbar, kami verifikasi dan ternyata layak dibantu. Semoga bisa bermanfaat bagi keluarga untuk tetap semangat saat pandemi ini,” kata wakil Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar.
Nia mewakili sang ibunda mengucapkan terima kasih atas “BLT” Andre Rosiade ini. Hari itu, Samsinar dapat pekerjaan menanam padi di kawasan Belimbing, Kuranji.
“Alhamdulillah, terima kasih pak Andre Rosiade. Bantuan ini sangat bermanfaat bagi kami sekeluarga. Semoga pak Andre sukses selalu,” katanya.
Andre Rosiade menyebutkan, dia akan terus memberikan bantuan untuk warga yang membutuhkan. Dia juga tak memermasalahkan, setelah dibantunya, warga tersebut juga mendapat bantuan dari pihak lain. Karena, untuk menguatkan ekonomi masyarakat tidak bisa sendiri, harus bersama-sama.
“Kami tak bermaksud apa-apa dalam menyalurkan bantuan ini. Murni untuk membantu saja. Jika nantinya Pemerintah melalui Dinas Sosial, Baznas dan lainnya turut membantu, akan sangat baik. Agar bantuan bisa lebih maksimal, karena dana kami juga penuh keterbatasan,” kata ketua DPD Partai Gerindra Sumbar ini. (rel)