Pihak Imigrasi Singapura menerapkan status Not To Land (NTL) atau melarang masuk delapan warga negara Indonesia (WNI) yang hendak masuk melalui Bangunan Sultan Iskandar, Johor Bahru, Malaysia, Selasa (10/1).
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul mengatakan pihak Imirasi Singapura mengenakan status NTL lantaran salah seorang WNI menyimpan gambar yang menyerupai lambang kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di telepon selularnya. “Itu benar ya, ada sekitar delapan WNI dihentikan di Singapura. Ditemukan tiga gambar yang mengesankan ajaran ISIS di dalam handphone milik salah seorang WNI,” kata Martinus di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Rabu (11/1), dilansir dari CNN Indonesia.
Inisial delapan WNI itu adalah FH (26), ASA (23), AK (28), SA (19), IO (26), MH (25), REH, dan AHP (21). Orang yang kedepatan menyimpan gambar yang menyerupai lambang kelompok militan ISIS adalah REH, WNI yang hendak masuk Singapura menggunakan paspor Arab Saudi. “Tujuh dengan paspor Indonesia, satu dengan paspor Arab Saudi,” ujar Martinus.
Setalah ditolak masuk ke Singapura, kata Martinus, REH menjalani pemeriksaan di kepolisian Johor. REH mengaku menerima gambar tersebut dari salah satu grup di aplikasi tukar pesan Whatsapp. REH pun mengaku telah keluar dari grup Whatsapp tersebut dan menghapus gambar dari galeri telepon pintarnya. “REH ini mengatakan tidak sadar bahwa gambar tersebut masih ada dalam file manager telepon selularnya,” kata Martinus.
Berdasarkan kesimpulan yang dibuat kepolisian Johor, kata Martinus, delapan WNI yang hendak masuk ke Malaysia ini telah mengamalkan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan tidak mendukung perjuangan ISIS pimpinan Abu Bakr Al Baghdadi. Muatan gambar tersebut, kata dia, telah diterima secara tidak sengaja dari grup Whatsapp dan bukan bertujuan mendukung perjuangan ISIS.
Kini, delapan WNI itu tersebut dibebaskan dan dipulangkan ke Indonesia melalui Batam, Kepulauan Riau. “Setelah dilakukan pemeriksaan diserahkan ke pihak Polri, melalui Kementerian Luar Negeri, dibawa ke Batam sampai saat ini masih dilakukan pemeriksaan intensif oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri,” ujar Martinus.
LOGIN untuk mengomentari.