Bahasa Inggris merupakan satu dari banyak bahasa asing yang harus dikuasai siswa di jenjang pendidikan SMP. Bahasa Inggris juga merupakan sarana komunikasi internasional. Selain itu Bahasa Inggris juga menjadi sarana untuk terpahaminya budaya dan informasi global.
Bahasa ini juga menjadi jendela bagi setiap orang untuk memahami berbagai literatur asing, khususnya bagi kalangan akademisi. Pada kurikulum operasional sekolah jenjang menengah pertama, kurikulum Bahasa Inggris diarahkan pada upaya membangun kompetensi cara berfikir atau alat penyampai ilmu.
Tentunya ini bermakna bahwa Bahasa inggris adalah sarana penyampai pesan secara lisan atau pun tulisan. Kondisi sebagai alat penyampai pesan dan pikiran tentunya kurikulum Bahasa Inggris didesain dengan konteks untuk menyampikan cara berfikir melalui penggunaan pendekatan berbasis teks.
Baik lisan maupun tulis. Harapannya adalah hasil belajar siswa merupakan keterampilan menyampaikan ungkapan dan respons yang tepat sesuai konteks. Tentu saja tanpa melupakan kompetensi pemahaman siswa pada berbagai unsur kebahasaan dan gramatika.
Keduanya akan menjadi bekal dalam penyampaian pesan dan opini siswa melalui tulisan. Dari sisi karakter yang ingin dituju adalah, selain pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki siswa, maka pendidik berupaya memberikan bimbingan berupa pengetahuan berbagai sikap (karakter) yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter baik yang dimaksud adalah jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, dan percaya diri terutama dalam interaksinya dengan lingkungan sosialnya. Kepemilikan atas keterampilan berbahasa asing sejatinya akan menjadikan seseorang memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Apalagi jika ketrampilan tersebut dapat menjadi aktualisasi diri di lingkungan kehidupan sehari-hari. Namun belum banyak pada siswa SMP yang memahami betapa pentingnya memiliki ketrampilan ini.
Fakta di lapangan juga menunjukan bahwa motivasi mempelajarinya dengan sungguh-sungguh hanya dilakukan oleh seseorang, ketika situasi dan kondisi mengharuskannya memiliki level-level tertentu, yang dibutuhkan pada dunia kerja dan studi.
Pada jenjang sekolah menengah pertama, penulis juga mengalami hal yang demikian. Sehingga dampaknya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari Bahasa Inggris terkesan sulit dipelajari, dan motivasinya pun tidak begitu signifikan.
Terutama sekali yang terkait dengan pemahaman terhadap kaidah, jenis dan konteks dari suatu teks, sebagai capaian kompetensi pengetahuan. Jika kompetensi ini tidak terkuasai oleh siswa, tentunya ketrampilan menyajikan suatu teks tulis ataupun lisan dengan terencana atau spontan dengan pelafalan yang tepat, tentu saja tidak terwujud.
Belum lagi bila kita berbicara tentang kesantunan berbahasa, yang menjadi salah satu indikator pembentukan karakter. Penulis berasumsi bahwa kondisi yang digambarkan diatas adalah suatu kegagalan total, jika tidak segera ditemukan cara-cara untuk meminimalisir atau menemukan trik-trik tertentu untuk suksesnya pelaksanaan pelajaran ini.
Pendidik dapat melakukan aktifitas di kelas-kelas Bahasa Inggris dengan memulainya membentuk kelompok-kelompok kecil di kelas, dan upayakan dalam setiap kelompok ada satu siswa yang pendidik anggap lebih memiliki kompetensi dibanding teman lainnya.
Masalah jumlah dalam setiap kelompok itu sesuaikan dengan kondisi kelas anda. Hal ini dimungkinkan bahwa ketrampilan berbahasa salah satunya terlihat ketika seseorang melakukan komunkasi dengan orang lain. Maka kelompok belajar siswa di kelas adalah kelompok masyarakat kecil di lingkungan sekolah.
Ketika kelompok telah terbentuk, maka berikanlah potongan-potongan teks sederhana dan jangan terlalu panjang kepada setiap anggota dalam kelompok. Teks dapat pendidikan desain sendiri sesuai dengan konten materi yang dipelajari atau sesuai dengan urutan kompetensi dalam kurikulum.
Arahkan siswa untuk membaca (read) teks dimaksud. Dalam kegiatan ini yang menjadi fokus pendidik adalah bagaimana siswa kita membacanya dengan nyaring, memahami makna kata, pengucapan vocal dan konsonan serta vocabulary-nya dengan benar.
Selanjutnya bimbing kelompok siswa untuk melakukan diskusi (discuse) masih dengan teman dalam kelompoknya. Aktifitas ini sejatinya adalah membangun karakter saling bekerja keras, bekerja sama dalam belajar, dan menghargai perbedaan pendapat.
Khususnya dalam membangun makna bersama terkait dengan kompetensi pengetahuan siswa tentang kaidah teks yang benar. Tahap berikutnya adalah siswa dibimbing untuk mulai mempelajari potongan-potongan teks yang dimiliki setiap anggota dalam kelompok, untuk disusun menjadi suatu wacana yang memiliki makna (arrange).
Kegiatan ini tujuannya adalah siswa memiliki pemahaman terhadap kaidah dan konteks sebuah teks. Artinya kompetensi pengetahuan siswa sedang dibangun oleh pendidik. Ketika setiap kelompok siswa dirasakan telah memiliki keberhasilan dengan memperlihatkan capaiannya terhadap membangun suatu wacana yang benar, pendidik dapat melakukan langkah berikutnya.
Saatnya pendidik membangun karakter siswa bagaimana mereka mampu mengaktualisasikan diri ditengah-tengah masyarakat kecilnya, yakni anggota kelasnya. Maka membangun sebuah kekuatan besar harus dilatihkan kepada siswa.
Mereka harus terlatih untuk cepat dalam bekerja, teliti, berani menuliskan, berani membacakan dengan lafal yang benar, berani menyuarakan pesan-pesan moral dari wacana, berani menerima perbedaan dengan ikhlas dan karakter positif lainnya.
Istilah lainnya adalah kemudi (stick) atau juga dapat bermakna tongkat. Pada langkah ini sejatinya guru menjadi kemudi atau tongkat, agar siswa mampu menyampaikan pesan, mengaktualisasikan diri terhadap kompetensi sekaligus keinginan untuk berbagi dengan orang lain sebagai aktualisasi sikap sosial yang di gariskan oleh kurikulum.
Tentunya kegiatan ini akan memberi variatif dalam membangun kompetensi dan minat terhadap pembelajaran berbahasa inggris pada kelas-kelas kita. Sebaliknya juga akan memberi siswa pengalaman baru yang menantang.
Maka trik R (read), D (discuse), A (arrange), dan S (stick) mungkin dapat rekan sejawat terapkan di tengah-tengah tantangan kita menghadapi berbagai permasalahan pembelajaran Bahasa inggris di kelas. (Epiyanti, SP.d, GURU SMP N 3 BATUSANGKAR)