Bikin Film Pendek Menceritakan Antikorupsi
Korupsi adalah penyelewengan kekuasaan. Juga terjadi di saat ada peluang. Tidak hanya uang, juga bisa dari hal-hal sangat kecil sekali semisal korupsi makanan atau waktu.
Tanjungpinang – Kata-kata cerdas itu keluar dengan santai dari bibir seorang bocah 16 tahun. Dari kepiawaiannya yang lugas membahas korupsi. Kepada Tanjungpinang Pos, Gilang Ananda tidak sungkan menuangkan buah pikirnya lebih mendalam.
Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah menyelamatkan pemudanya terlebih dahulu karena sesungguhnya nasib bangsa berada di tangan pemudanya.
Cara termudah untuk mencegah korupsi adalah dengan cara meningkatkan iman kepada Tuhan YME agar terhindar dari perbuatan tersebut. Dan selalu mengingat bahwa korupsi merugikan bangsa dan negara.
Sepertinya sederet kalimat di atas cukup ringan untuk dibaca, bahkan yakin dan percayalah tidak sedikit orang yang menutup sebelah mata terkait kalimat di atas.
Kalaupun dijadikan status jejaring sosial, kalimat seperti di atas tidak akan mampu menarik banyak perhatian, dan kalau pun mendapatkan perhatian, paling juga hanya dari kalangan internal yang sudah saling kenal dengan si pengunggah kalimat tersebut.
Bagaimana halnya kalau Tanjungpinang Pos menyaring berbaris-baris kata-kata di atas dengan kalimat tanya. Yakin kamu tidak korupsi? Percayalah, siapapun pembaca pasti meragukan keyakinan tersebut. Untunglah, hal tersebut tidak berlaku bagi bocah yang belum genap 17 tahun ini.
Di usianya yang masih belum cukup matang untuk berbicara tentang korupsi justru digunakannya untuk lantang bertindak. Lewat karya-karyanya berupa film pendek yang berhasil menduduki juara kedua nasional kategori umum.
”Film saya singkat saja kok bang, tapi Alhamdulillah banyak yang suka,” ujarnya ramah dalam membuka percakapan lebih jauh dengan awak media.
Gilang Ananda, adalah nama bocah 16 tahun itu. Masih di bangsu SMA tepatnya di SMA Negeri 3 Kota Tanjungpinang. Sekolah yang cukup jauh jika ditarik jarak dari kediamannya Pulau Penyengat yang bersejarah itu.
Sepertinya, setiap hari Gilang harus berpacu dengan waktu antara jarak, dan keselamatan dirinya dalam menjemput pengetahuan di bangku sekolah. Mungkin juga hal itu yang membuatnya lantang menyuarakan antikorupsi bahkan untuk hal yang sekecil apapun.
”Kita curangi makanan itu juga korupsi, kita curangi waktu juga korupsi. Bagi saya sih, korupsi itu bukan besar atau kecilnya sebuah nilai, kalau korupsi ya tetap korupsi bang,” kata dia lugas.
Terpegun mendengar pemaparan Gilang, awak media tergelitik untuk melihat seperti apa cerita film juara 2 nasional yanag diciptakan anak Pulau Inderasakti itu.
Sepintas durasinya masih jauh dari standar film, hanya beberapa menit, dengan fasilitas seadanya, handphone adalah satu-satunya alat yang digunakan dalam proses syuting yang dibantu sahabatnya Salma yang melakoni adegan gubahan Gilang.
”Saya yang syut, saya yang edit, saya juga yang buat script-nya bang,” paparnya, sembari menekan tombol play.
Dengan latar film diambil dari salah satu sudut ruangan kantor perpustaakaan dan arsip kota Tanjungpinang, menceritakan seorang anak yang memanfaatkan wifi di kantor perpustakaan milik negara dan hanya untuk kepuasan sendiri. Kemudian dalam adegan tersebut, sang aktor tampak ketiduran dan masuk ke dunia mimpi.
”Nah di dalam mimpi inilah film sebenar-nya, ia ditegur oleh seorang perempuan bahwa sesungguhnya dia telah melakukan korupsi. Dan saat terbangun akhirnya ia sadar bahwa perbuatannya itu salah,” kata Gilang memperjelas rangkuman filmnya.
Sepintas, tidak ada yang spesial dari film pendek tersebut, selain akting ketiduran yang semua pun bisa melakoninya, namun siapa menyangka, dari mimpi singkat sang aktor di sudut ruangan perpustakaan tersebut, mampu membuatnya berubah dan sadar bahwa selama ini dirinya alah sang koruptor waktu, bahkan mampu menyentak setiap mata yang menyaksikan tayangan singkat tersebut.
Masih yakin tidak pernah korupsi? Sepertinya perlu dicerna lebih rinci sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Gilang adalah salah satu cambuk yang membuat kita terus berpikir agar tidak mudah tersandung praakaraa korupsi, meski dalaam porsiyang kecil.
Kemenangan yang diraihnya adalah hal yang pantas, mengingat dia juga 1 dari 4 perwakilan Kepulauan Riau yang berhasil tembus di lapisan nasional. (Yoan S Nugraha)