in

Sudah miskin, bodoh pula. Salah siapa?

sekolah/se·ko·lah/ n 1 bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada) 

Kira-kira seperti itulah makna sempit sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Memang tidak bisa dipungkiri bahwasannya ketika kita mendengar kata “sekolah” pasti yang muncul di benak kita pertama kali adalah sebuah gedung yang berisi beberapa ruang kelas yang di dalamnya terdapat meja dan kursi yang tersusun rapih dengan sebuah papan tulis yang ditempel di dinding.

Sekarang pertanyaan nya adalah siapa saja yang akan mengisi ruang kelas itu? Ya. Tentu saja sekumpulan manusia yang biasa disebut siswa/murid/kaum terdidik/apa sajalah itu. 

12 tahun sudah aku terkurung dalam penjara intelektual itu dan menjadi manusia dengan label siswa. Tentunya ada banyak hal yang bisa kita dapatkan, salah satunya adalah tipe-tipe siswa terutama di negeri kita tercinta ini. Aku mengklasifikasikan ke dalam 4 golongan sebagai berikut:

1. Siswa Kaya Tapi Pintar

Sangatlah beruntung menjadi golongan ini. Mereka bisa mendapatkan sekolah negeri favorit karena sudah pasti memiliki NEM tinggi dan mampu bersaing dengan yang lain. Bisa juga dapat sekolah swasta yang ternama karena sudah pasti lolos tes ujian masuk dan juga lolos wawancara ketika deal-dealan masalah biaya sekolah.

2. Siswa Miskin Tapi Pintar

Mereka yang berada pada golongan ini tentu tidak begitu sulit untuk masuk sekolah negeri favorit karena sudah pasti nilainya mencukupi untuk bisa masuk sekolah negeri. Namun, mereka mungkin memiliki peluang yang kecil untuk bisa bersekolah di sekolah swasta bergengsi  karena akan gugur pada saat tahap negosiasi harga. Tentunya yang mampu membayar lebih lah yang didahulukan.

3. Siswa Kaya Tapi Bodoh

Mungkin sangat sulit untuk mereka bersaing saat penerimaan murid baru di sekolah negeri. Nilai yang pas-pasan tentu saja menjadi penghalang bagi mereka dan tentu saja peluangnya sangat kecil. Pada saat ujian saring masuk sekolah swasta mungkin nilainya juga belum cukup. Tapi tenang saja, mereka masih bisa bernegosiasi harga pada tahap wawancara nanti. Tentulah pasti orang tua nya akan menawarkan harga tertinggi asal anaknya bisa sekolah.

4. Siswa Miskin Tapi Bodoh

Mau masuk sekolah negeri tapi nilai tidak mencukupi. Mau masuk sekolah swasta juga tidak bisa. Jangankan mau negosiasi harga, bahkan tes ujian masuk tahap pertama saja belum tentu bisa dilalui oleh mereka. Alhasil dari pada tidak sekolah, ya terpaksa sekolah di sekolah-sekolah yang bahkan namanya saja jarang terdengar. Sekolah yang terletak di pinggir kali atau di tempat-tempat gersang dan kumuh, ataupun tempat sejenisnya yang isinya semua adalah tentu saja mereka pada golongan miskin dan bodoh ini.

Sekolah seharusnya bisa menjadi wadah untuk berkembang. Dan sekolah yang baik adalah memang isinya dari bermacam latar belakang sosial yang berbeda. Karena dari perbedaan itulah setiap anak mampu belajar beradaptasi. Lalu bagaimana ketika satu sekolah itu isinya adalah sama seperti mereka pada golongan 4? Ya tentu saja mereka tidak bisa berkembang dengan baik. Bagaimana caranya orang buta menuntun orang buta.

Apakah ini salah mereka? belum tentu. Keadaan lah yang memang memaksa mereka untuk seperti itu. Bagaimana seseorang bisa memenuhi kebutuhan otak mereka ketika kebutuhan perut mereka belum tercukupi? Tujuan negara yang katanya mencerdaskan kehidupan bangsa ternyata belum bisa direalisasikan dengan baik. UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) yang mengatakan “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” juga belum bisa terlaksana. 

Ketika sekolah negeri diisi oleh orang-orang yang memiliki ‘intelektualitas tinggi’ dan orang-orang ‘bermodal tinggi’ mengisi sekolah swasta yang sudah mendapat pengakuan, lalu siapa dan tempat manakah yang akan menampung mereka pada golongan 4?

Jakarta Barat, 5 Desember 2017

kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,

What do you think?

Written by Julliana Elora

HATI HATI EFEK SAMPING LASIK ! ternyata….

Mengembangkan Minat Untuk Menjadi Peneliti Muda Septo Indarto