in

Tak Kesampaian Jadi Polwan, Nurhazanah Azam Harumkan Nama Sekolah Lewat Seni

Nurhazanah Azam, S Sn, guru Jurusan Seni Budaya, SMAN 2 Painan.(IST)

Menjatuhkan pilihan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa bagi Nurhazanah Azam, SSn 39, warga Gang Nuri, Nagari Painan Timur, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) ternyata merupakan pilihan yang tepat dan juga memberikan kebahagiaan tersendiri bagi ibu dua anak, M Khairul Hidayat 15, dan Cut Meisya Nazurah 11, ini.

Cita-cita ingin menjadi seorang Polisi Wanita (Polwan) ketika masih kecil karena terinspirasi dari istri pamannya yang merupakan seorang Polwan, terpaksa dia kubur dalam-dalam karena kurang tinggi 2 cm, saat mengikuti tes setelah tamat dari SMAN 2 Painan pada 2001 lalu.

Namun itu tidak mematahkan semangat anak pertama dari dua orang bersaudara pasangan Azam Patni (alm) dan Nur Syamsi Wilis (alm), yang memiliki bakat seni dari sejak kecil itu.

Berkat dorongan pimpinan Sanggar Andam Suri, Arita, SSn, Mpd, Nurhasanah Azam yang akrab dipanggil Hasna ini, akhirnya menjatuhkan pilihan melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padang Panjang tahun 2001, dan diminta pula mengajar di SMAN 2 Painan pada 2006 lalu setelah satu tahun diwisuda.

“Karena saya memiliki bakat seni dari sejak kecil dan bergabung di Sanggar Andam Suri, sehingga ketika gagal masuk Polwan karena kurang tinggi 2 cm saya disarankan masuk STSI Padang Panjang oleh pimpinan Sanggar Andam Suri, Ibuk Arita di tahun 2001 itu. Beliau mengatakan dengan kuliah di STSI itu, saya nanti juga bisa menjadi guru dengan cara mengambil Akta 4 jurusan keguruan setelah diwisuda nanti,” ujarnya kepada Padang Ekspres, Jumat (3/3) saat berkunjung ke kediamannya.

Dia menyampaikan bahwa dorongan untuk kuliah di STSI itu juga datang dari kedua orang tuanya ketika itu. “Karena kuatnya dorongan orang tua karena tidak ingin melihat anaknya larut dengan kesedihan, sehingga saya memantapkan diri untuk kuliah di STSI Padangpanjang, pada Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Seni Tari, yang saat ini sudah berubah nama menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang. Saya juga merasa pilihan itu sangat tepat karena bakat seni yang saya miliki,” aku istri Muhammad Zubir, M,Sn 41, yang sudah menjadi guru PPPK sejak Mei 2022 lalu itu.

Dia menyampaikan bahwa sebenarnya setelah tidak lolos tes Polwan, dia juga sempat mengikuti tes di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) dan juga gagal setelah memasuki tahapan tes pantukhir di Bukittinggi.

“Makanya setelah diterima kuliah di STSI Padangpanjang pada 2001 itu, saya berupaya untuk memperlihatkan keseriusan saya kepada kedua orang tua ketika itu. Tentunya melalui berbagai prestasi yang saya dapatkan, termasuk juga dalam mendapatkan beasiswa berkat prestasi yang saya miliki. Sebab saat masih kuliah, saya sering mengikuti berbagai iven pertunjukkan seni di berbagai provinsi. Bahkan juga menjadi atlet Pekan Olahraga Daerah (PORDA) ke XIII tahun 2002 mewakili Kota Padang Panjang pada Cabang Senam, dan berhasil menyumbangkan medali emas pada beberapa kategori yang saya ikuti bersama tim. Ketika itu PORDA di gelar di Kota Painan Pessel,” ujarnya.

Karena keinginan untuk mengabdikan diri sebagai seorang guru melalui bakat seni yang dia miliki memang kuat, sehingga setelah diwisuda tahun 2005, dia melanjutkan kuliah mengambil akta 4 keguruan di Bukittinggi dan diwisuda tahun 2006.

“Nah, sejak awal tahun 2006 itu saya mulai mengabdikan diri sebagai seorang guru honorer di SMAN 7 Tanjung Ampalu, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Di sana saya mengajar pendidikan seni budaya hanya selama 6 bulan. Sebab pada Juli 2006, saya ditelpon dan ditawarkan pindah mengajar ke SMAN 2 Painan sebagai guru Jurusan Seni Budaya oleh Ibuk Nur Ely, untuk menggantikan beliau karena akan pensiun. Karena kembali ke kampung halaman, sehingga tawaran itu saya terima,” ujarnya.

Ditambahkan Hasna bahwa mengabdikan diri sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dia lakukan dengan sepenuh hati. Bahkan menjadikannya di posisi nomor satu. “Sebab bagi saya pengabdian dan tanggung jawab sebagai seorang guru dengan berbagai beban tugas yang dimiliki adalah nomor satu. Karena rasa itu, sehingga saya akan berupaya memberikan yang terbaik kepada sekolah dan anak didik di mana saya mengabdi. Sehingga tidaklah mengherankan berbagai prestasi berhasil kami dapatkan di SMAN 2 Painan ini melalui berbagai lomba dan event yang diikuti,” ucapnya.

Dijelaskan lagi bahwa pada 12 rombongan belajar (Rombel) yang terdiri dari kelas X dan XII itu, dia mengajarkan beberapa pelajaran diantaranya, seni rupa, seni teater, seni musik, dan seni tari.

“Walau spesifik saya di jurusan Seni Tari, tapi sebagai seorang guru saya juga menguasai banyak bidang. Makanya dalam memberikan pelajaran kepada siswa, saya juga mengajarkan seni rupa, seni teater, dan seni musik, pada 12 lokal yang ditugaskan,” jelas pemilik Sanggar Seni Langkisau itu lagi.

Berkat keuletan dan kemahirannya dalam mengajarkan seni tari kepada siswanya, sehingga membuat SMAN 2 Painan mendapatkan banyak penghargaan baik di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan juga secara nasional.

Berkat semangat dan keseriusannya dalam melakukan pelatihan dan pembinaan kepada siswa, sehingga banyak prestasi yang berhasil diukir hingga menjadikan sekolah itu juga unggul di bidang seni dan kebudayaan di Pessel.

“Walau saat masih menjadi tenaga honorer karena baru diangkat sebagai PPPK pada Mei 2022, namun semangat pengabdian sebagai seorang guru tidak pernah kendor pada diri saya. Sebab saya merasa pilihan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini sangatlah tepat. Sebagai guru saya bisa mengaplikasikan berbagai ilmu yang saya tuntut di kampus dulu, guna meningkatkan kualitas anak bangsa dalam mempertahankan budaya yang ada, serta menangkal kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat dan istiadat kita di Ranah Minang ini,” ucapnya.

Sebagai guru jurusan seni budaya, banyak prestasi yang dia dapatkan dalam mengharumkan nama SMAN 2 Painan tersebut. Diantaranya, mendapatkan juara III pada FLS2N tingkat Sumbar melalui lomba tari tradisional tahun 2014, dengan nama tari Kodrati. Selanjutnya juara III tahun 2015 lomba tari berpasangan tingkat Sumbar di UNP juga pada FLS2N.

“Pada tahun 2012 pada lomba tari kreasi yang diikuti oleh 30 SMA se Sumbar juga berhasil menjadi yang terfavorit. Lomba itu diselenggarakan oleh Universitas Andalas (Unand). Sedangkan melalui lomba solo song yang digelar UNP pada FLS2N tahun 2015 SMAN 2 Painan juga berhasil mendapatkan juara 2,” ucapnya.

Dia menambahkan bahwa ketika juga masih aktif mengajar sebagai honorer di SMKN 1 Painan (honor di dua sekolah red) dia juga berhasil membawa sekolah itu mendapatkan prestasi di tingkat nasional ketika mengikuti lomba tari kreasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui FLS2N tahun 2012.

Selain sekolah, melalui Sanggar Seni Langkisau miliknya, dia juga mendapatkan banyak prestasi yang membanggakan Pessel, baik di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan juga nasional dan internasional.

“Melalui Sanggar Seni Langkisau ini saya tidak hanya sekedar bisa membentengi generasi penerus ini dengan pemahaman ilmu seni dan kebudayaan asli yang ada di daerah. Tapi juga mendapatkan banyak prestasi melalui berbagai lomba yang diikuti. Bahkan melalui sangar ini saya mengunjungi banyak provinsi di Indonesia, bahkan juga sampai ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura,” ucapnya.

Dia berharap melalui keberadaan sanggar itu, di tetap bisa tetap mempertahankan berbagai seni tradisional dan kebudayaan yang ada di Pessel. Sebab sebagai pelaku seni, dia memang terus menggali berbagai kebudayaan dan seni tradisional yang mulai hilang di Pessel.

“Melalui Sanggar Seni Langkisau ini saya bisa kembali membangkitkan semangat generasi muda di daerah ini untuk mencintai kesenian dan budaya lokal. Beberapa seni tari yang mulai hilang yang kembali saya kembangkan saat ini adalah, tari kain, tari rantak kudo, tari baruak, tari kain, tari bercerita (kontemporer), termasuk juga tari piring, payuang, tari indang,” jelasnya.

Dia mengakui bahwa semua itu bisa tercapai karena berkat dukungan suaminya M Zubir, yang juga merupakan alumni ISI Padang Panjang dengan latar belakang seni kriya dengan gelar Master Seni (M,Sn) wisudah tahun 2013 di ISI Padang Panjang.

Kepala SMAN 2 Painan, Erisman, ketika dihubungi Padang Ekspres menjelaskan bahwa pihaknya memang terus memberikan motivasi dan dorongan kepada semua guru di sekolah itu untuk bisa menunjukkan talentanya demi kemajuan sekolah.

“Motivasi ini tidak saja saya berikan kepada guru PNS, tapi juga bagi tenaga honorer. Peluang ini ternyata dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Nurhazanah Azam, sehingga dia mampu mengharumkan sekolah ini di bidang seni baik di tingkat kabupaten, maupun di tingkat provinsi, bahkan nasional,” ujarnya.

Dikatakan juga bahwa Nurhazanah Azam merupakan salah satu tenaga pengajar yang memiliki banyak talenta di bidang seni. “Semua itu memang dilatari oleh pendidikannya sebagai sarjana seni tari di ISI Padang panjang. Sehingga talenta yang dia memiliki di bidang seni itu menjadi kebangkaan bagi kami di sekolah ini. Sebab dia bersama siswa binaan berhasil beberapa kali meraih juara di tingkat Sumbar, baik juara tari, nyanyi, dan lainnya,” ungkapnya.

Dia berharap semangat dan motivasi Nurhazanah Azam untuk terus memajukan sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkannya itu tidak pernah surut, dan berharap juga menambah semangat dan motivasi pula bagi guru lainnya untuk juga bisa sesuai dengan bidangnya. (yon)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Berburu Takjil Tradisional di GOR

Bertabur Promo, Buka Puasa Sambil Beramal di Hotel Ibis