TRIBUNNEWS, BANDUNG — Rumah Undang (47), warga Kampung Haurseah, Desa Cipicung, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dirobohkan lintah darat alias rentenir karena Undang tak bisa membayar utang sebesar Rp 1,3 juta. Rumah warisan dari orangtuanya itu kini rata dengan tanah.
“Itu rumah warisan dari ayah saya. Waktu dirobohkan, saya dan istri lagi tidak ada. Pas pulang, lihat rumah sudah rata. Istri, anak saya menangis,” ujar Undang.
Undang menjelaskan, Saat itu Undang dan istrinya sedang berada di Bandung, Jabar, untuk mencari pekerjaan. Dia mengaku mencari kerja agar dapat melunasi utang ke rentenir. Selama ini, Undang bekerja serabutan.
Sementara istrinya bekerja sebagai asisten rumah tangga di kawasan Ujungberung, Kota Bandung. “Anak saya satu laki-laki usia 10 tahun dibawa juga ke Bandung, bantu-bantu juga,” ucapnya.
Selama di Ujungberung, Undang bekerja di sebuah tempat pangkas milik orang lain sebagai pembantu. Uang dari hasil membantu pangkas rambut itu hanya cukup untuk makan sehari-hari. Undang kemudian meminjam uang ke rentenir sebesar Rp 1,3 juta dengan bunga Rp 350.000 per bulan. Utang itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari lantaran dia tidak memiliki pekerjaan tetap.
“Utang pokoknya itu Rp 1,3 juta, bunga per bulan Rp 350.000. Itu bunga sudah dibayarkan beberapa bulan. Akhirnya tidak sanggup dan memilih buat ke Bandung, cari uang buat bayar,” ungkapnya.
Selama beberapa bulan di Bandung, Undang tidak menjalin komunikasi dengan sang rentenir. Saat pulang, Undang kaget melihat rumahnya sudah roboh. Saat itu Undang mencari tahu ke tetangga penyebab rumahnya sudah rata dengan tanah.
“Saya tanya ke tetangga, ternyata rumah dirobohkan dan tetangga juga menyangka itu atas sepengetahuan saya,” ucapnya.
Undang sudah melapor ke Mapolres Garut atas kejadian tersebut. Dia berharap musibah yang menimpanya itu bisa dipertanggungjawabkan di depan hukum.
Menurut keterangan tetangga korban, Teguh (30), rumah Undang dibongkar langsung oleh pelaku yang diketahui berinisial A dan dibantu orang suruhannya. “Ada sekitar sembilan orang yang ikut membongkar, disaksikan langsung oleh A. Waktu kejadian, dia bilang ‘jangan ikut campur’,” ujarnya.
Sekjen Barisan Santri Jawa Barat (Basjab), Yudi Arief mengatakan, saat ini Undang diungsikan ke tempat yang aman di bawah perlindungan para santri di Garut. Sementara istri dan anak Undang masih berada di Ujungberung, Kota Bandung.
“Karena ada teror, Pak Undang kami ungsikan dulu ke tempat aman. Dia juga butuh suasana nyaman, kasihan belum istirahat,” ujar Yudi.
Yudi menuturkan, pihaknya sejak awal sudah memberikan ruang dan bantuan kepada korban khususnya soal bantuan hukum. “Kita amankan dulu. Ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Ini juga merupakan program dari Basjab,” ucapnya.
Yudi menjelaskan, Undang dalam keadaan sehat. Dia butuh istirahat karena seharian berada di Polres Garut untuk memberikan keterangan. Sementara, Kepala Desa Cipicung, Uban Setiawan mengatakan, Undang dalam kondisi lelah sehingga butuh istirahat. Sejak hebohnya kasus tersebut, banyak pihak yang sudah memberikan bantuan kepada Undang.
“Alhamdulillah ada bantuan dari orang-orang yang peduli kepada Pak Undang, termasuk ada bantuan hukum untuk mendampinginya,” ujarnya.