Kecewa dengan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang terus merosot dan tidak adanya ketegasan dari pemerintah terhadap Surat Edaran Menteri Pertanian Nomor 144/KB. 310/M/6/2020, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) Dharmasraya, Jonasri menginstruksikan seluruh petani sawit khususnya di Dharmasraya agar menghentikan panen sawit.
Mogok panen terhitung Senin (11/7) hingga tujuh hari ke depannya. Artinya petani dalam waktu satu minggu tidak lagi menjual sawit kepada perusahaan atau pabrik kelapa sawit, agen atau tempat penimbangan sawit atau RAM.
Seperti diketahui, SE itu tentang Pembelian TBS yang ditujukan kepada seluruh gubernur, bupati atau wali kota sentra sawit agar pabrik kelapa sawit (PKS) membeli TBS dengan harga Rp 1.600 per kilogram.
Jonasri menyebut, mogok panen tersebut adalah jalan terakhir petani sawit dalam memperjuangkan harga sawit yang sesuai dengan akal sehat. Sejak dua bulan yang lalu, harga sawit terus merosot hingga pecah seribu.
Di sisi lain sudah ada surat edaran dari Menteri Pertanian agar pabrik membeli TBS dengan harga Rp 1.600 perkilogram, namun hal tersebut juga tidak di patuhi oleh pabrik yang ada. Pihak pabrik malah membeli sawit petani dengan harga yang mereka tentukan.
“Yang mbuat kita kecewa, CPO di jual mahal, berkisar Rp 20 ribu, ironisnya sawit dibeli murah dan serasa tidak ada harganya,” ucapnya. Menurutnya, jika petani tidak lagi menjual sawit atau TBS kepada pabrik, tentu mereka kesulitan memproduksi.
Saat ini ada dua pabrik tempat petani menjual TBS. Pabrik tersebut tidak memiliki lahan sawit, otomatis pasokan sawit sangat tergantung kepada petani. “Mari sama-sama kita lihat, apa yang bisa dilakukan oleh PKS jika petani tidak jual sawit kepada dua pabrik itu,” ucapnya.
Sejak beberapa bulan yang lalu, berbagai upaya sudah dilakukan agar harga sawit kembali ideal yakni pada kisaran antara Rp 3 ribu hingga Rp 4 ribu per kilogram, namun perjuangan tersebut belum membuahkan hasil.
Bahkan kini persoalan harga itu sudah memicu demo hingga ke Jakarta dan dibawa dalam rapat dengan instansi terkait, tapi hasil tetap nihil.
“Terpaksa kita mogok panen, kalau kita tidak panen dalam satu minggu TBS tidak akan rusak dan petani tidak akan rugi. Namun bagi pabrik, tentu mereka tidak bisa produksi CPO karena TBS tidak ada,” katanya.
Jonasri yang juga Kepala Bidang Kemitraan dan Hubungan Antar Lembaga DPP Apkasindo tersebut mengimbau seluruh petani sawit agar bersatu, menyamakan visi dan misi dalam memperjuangkan nasib, terkait harga TBS, dan tidak ada yang panen dulu.
“Kapan perlu kita akan standby di jalan masuk menuju PKS itu untuk memastikan masih ada atau tidak petani yang kirim TBS ke pabrik. Sementara itu, Humas PT DSL Wahyu menjelaskan pada Senin (11/7) pabrik membeli sawit dengan harga Rp 1.100 perkilogram.
Saat ditanya kenapa tidak membeli TBS sesuai dengan surat edaran dari Menteri Pertanian sebesar Rp 1.600 perkilogram dijawabnya, harga sawit masih mengikuti harga CPO yang flukktuatif. (ita)