in

Tiga Dusun Banjir, 585 Jiwa Mengungsi

Warga Butuh Air Bersih dan Pakaian Sekolah

Tingginya curah hujan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tidak saja membuat banjir di Dusun Makoddia, Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya. Namun juga melanda tiga dusun di Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, yakni, Dusun Salappak, Bekkeuluk dan Magosi.

Informasi yang dihimpun Padang Ekspres, saat ini, intensitas curah hujan di tiga dusun tersebut, masih cukup tinggi. Ketinggian air di wilayah itu mencapai 1 meter atau setinggi kaki orang dewasa. Aktivitas sekolah sudah diliburkan. Sedangkan, warga memilih mengungsi ke tempat lebih tinggi atau ke rumah ibadah.

Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai, dusun terparah terkena dampak banjir adalah Dusun Salappak mencapai 101 kepala keluarga (KK) atau 449 jiwa. Kemudian, baru disusul Dusun Bekkeiluk sebanyak 27 KK atau 107 jiwa dan Dusun Magosi 8 KK atau 29 jiwa.

Selain membutuhkan sembako, warga masih kesulitan mendapatkan air bersih, pakaian sekolah dan kebutuhan alat tulis. 
Kebutuhan mendesak masyarakat korban banjir juga berupa beras yang diperkirakan mencapai 1 ton lebih. Sementara, untuk penanganan terhadap kesehatan korban banjir sungai Muntei tersebut, masih belum dilakukan.

Sedangkan, banjir di Dusun Makoddiai, Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya sendiri sudah mulai surut. Untuk kebutuhan warga korban banjir hampir tidak jauh berbeda dengan korban banjir di Desa Muntei. Walaupun begitu, warga masih tetap waspada terhadap banjir susulan.

Kepala Desa Muntei, Agustinus Sagari hingga saat ini masih kesulitan dihubungi wartawan karena keterbatasan akses telekomunikasi di wilayah tersebut. Kepala Pelaksana BPBD Mentawai, Nurdin menyebutkan, pihaknya masih kesulitan mendapatkan informasi terakhir di wilayah tersebut.

“Sampai saat ini, kami belum tahu kondisi terakhir warga korban banjir karena terkendala akses telekomunikasi. Tapi, informasi terakhir dari tim di lapangan, warga saat ini masih mengungsi di gereja,” ungkapnya.

Dikatakan Nurdin, kendala telekomunikasi di wilayah tersebut menyebabkan pihaknya terlambat mendapat informasi banjir. Di samping itu, tidak ada laporan dari pihak Kecamatan Siberut Selatan maupun desa kepada BPBD.

“Nah, kesulitan kami saat ini, tidak adanya laporan yang masuk ke BPBD, sehingga penanganan sedikit terlambat. Kami saat ini menunggu informasi dari daerah Moganpola dan Sirilanggai, Kecamatan Siberut Utara yang juga daerah rawan banjir,” katanya.

Saat ini, kata Nurdin, tim dari BPBD diturunkan kembali ke Siberut Selatan dalam upaya membawa bantuan. Bantuan berupa paket lauk pauk, perlengkapan sekolah, paket sandang, selimut, tambahan gizi dan makanan siap saji. Paket bantuan tersebut dibawa menggunakan long boat menuju Siberut, kemarin (8/9) siang. “Ini baru sebatas bantuan dari BPBD Provinsi,” ungkap mantan asisten II bidang ekonomi Setkab Mentawai ini.

Terkait penanganan dampak banjir, kata Nurdin, pihaknya akan melakukan rapat untuk rencana tanggap darurat. “Kami akan rapat membahas dan menetapkan tanggap darurat karena ini juga melibatkan seluruh sektor instansi,” katanya.

Sementara itu, pantauan Padang Eskpres, di kantor BPBD Mentawai kemarin, (8/9) siang, tim BPBD tengah mempersiapkan keberangkatan untuk mendistribusikan bantuan. Terlihat juga Kepala Pos SAR Mentawai Hendri tengah berkoordinasi dengan BPBD. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

EYE MAKEUP DENGAN EYELID TAPE JAQUELLE DAN MIZZU CHROME EYELINER GEL

Pusat Tanggung Biaya Pembebasan Lahan Tol