Para orangtua diminta lebih ketat untuk mengawasi anak-anaknya. Ini karena perkembangan era teknologi informasi dan komunikasi membuat anak tegantung pada gadget. Permasalahan ini cukup meresahkan dunia pendidikan.
Anak yang belum melek huruf sama sekali, sangat tertarik dengan smartphone, atau alat komunikasi yang memberikan fasilitas bermain yang kadang membuat anak kecanduan. Permasalahan yang demikian dapat diatasi jika setiap anak merasakan mencintai sesuatu yang positif dan membangun pola pikir mereka.
Salah satu caranya adalah menumbuhkembangkan cinta pada buku sebagai jendela ilmu, sehingga cinta buku lebih bermakna dan tertanam sejak usia dini dibandingkan dengan bermain gagdet, termasuk di Taman-taman Kanak (TK).
Walaupun belum semua anak TK dapat membaca tulisan namun dengan tersediannya buku anak-anak yang bergambar dan menarik akan menimbulkan minat baca dan menanamkan kecintaan anak pada buku. Disamping itu sudah menjadi rahasia umum kalau sebagian besar orang tua menginginkan anak-anaknya tamat TK sudah bisa membaca.
Berbagai upaya dilakukan orang tua dan guru agar anak TK bisa membaca, namun terkadang caranya belum tepat bahkan cenderung memaksakan agar anak bisa membaca. Padahal ada tahapan membaca yang semestinya difahami oleh guru dan orang tua sehingga anak bisa membaca secara alamiah tanpa ada tekanan.
Menurut Jeanne Chall dalam bukunya Stage of Reading Development mengungkapkan anak usia 6 bulan hingga 6 tahun (anak usia dini) berada dalam tahap pra membaca (Pre Reading) di mana ditahapan ini ditandai dengan anak pura-pura membaca.
Pada tahapan ini anak mulai mengenal huruf, kata dan symbol setelah dibacakan orang lain, anak bisa menebak kata dari symbol yang biasa dibacakan walaupun belum tepat. Pada tahapan pra membaca ini orang tua atau guru bisa menstimulasi anak dengan membacakan buku, bahkan sejak anak belum memahaminya.
Di TK salah satu sarana pendukung proses pembelajaran adalah perpustakaan. Perpustakaan di TK memang belum umum kita dengar, apalagi perpustakaan yang dikelola dengan profesional seperti perpustakaan-perpustakaan di sekolah dasar dan menengah.
Keberadaan perpustakaan di TK sepertinya belum terlalu penting. Padahal kita menyadari bahwa buku adalah gudang ilmu dan membaca merupakan perintah pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW saat diangkat menjadi Rasul.
Maka seharusnya keberadaan perpustakaan atau sudut baca di TK menjadi hal yang penting dan menjadi perhatian bagi guru-guru dalam menumbuhkan minat baca dan kecintaan terhadap buku sejak usia dini.
Berdasarkan hal diatas TK Islam Raudhatul Jannah Kota Payakumbuh tahun 2011 mendirikan Perpustakaan TK Islam Raudhatul Jannah. Perpustakaan ini secara umum difungsikan sebagai tempat membaca dan meminjam buku bagi anak, orang tua murid dan guru.
Sementara itu di kelas-kelas juga disediakan sudut baca yang bisa dimanfaatkan oleh anak untuk membaca setelah mereka selesai melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan adanya perpustakaan dan sudut baca di setiap kelas ini maka tahun 2015 dicanangkanlah sebuah gerakan yang dinamakan “Gerakan Anak Cinta Buku”.
Sebagai lanjutan dari gerakan anak cinta buku maka tahun 2019 ini gerakannya lebih difokuskan lagi menjadi gerakan “Satu Hari Satu Buku (One Day One Book)”. Diharapkan gerakan ini akan memudahkan anak mencintai buku dan menumbuhkan minat membaca buku setiap harinya sehingga semangat literasi makin meningkat.
Perpustakaan TK Islam Raudhatul Jannah sangat memperhatikan ketersediaan buku yang menarik bagi anak. Saat ini tersedia kurang lebih 1000 buku yang bisa dibaca dan dipinjam anak setiap hari. Dari proses peminjaman buku yang setiap hari dilakukan anak terlihat gerakan “Satu Hari Satu Buku” berhasil dilaksanakan.
Bersumber catatan yang dilakukan oleh penanggungjawab perpustakaan diperkirkan lebih dari 75 persen rata-rata anak meminjam buku setiap hari. Sebagai penghargaan setiap bulannya anak yang meminjam buku terbanyak masing-masing kelas akan diberi penghargaan oleh guru.
Peran serta orang tua dalam gerakan ini juga sangat diharapkan. Orang tua dirumah bisa mendampingi anak saat membaca. Bagi anak yang belum bisa membaca orang tua bisa membacakan buku yang dipinjam anak tersebut sehingga besok bisa dipinjam lagi buku yang baru.
Bagi anak yang sudah bisa membaca orang tua bisa menanyakan apa yang sudah dibaca anak. Hal ini tentu akan meningkatkan pemahaman anak tentang apa yang dibacanya. Peran pemerintah melalui Dinas Pendidikan juga dirasakan.
Mulai dari pembinaan yang dilakukan oleh Pengawas TK saat melakukan kegiatan supervisi ke sekolah dan melalui bantuan operasional pekolah (BOP) yang penggunaan dananya bisa dialokasikan juga untuk penyediaan buku bacaan bagi anak. (***)