Jakarta (ANTARA News) – Perkembangan cara menikmati musik terus berevolusi, mulai dari piringan hitam, kaset, CD, mp3 hingga kini musik streaming.
“Kalau kita lihat streaming memang kunci saat ini, waktu itu mungkin masih banyak yang meragukan potensi pendapatannya, yang mungkin setiap negara berbeda-beda,” kata Revie Sylviana, Senior Vice President Digital Services Smartfren dalam peluncuran paket Music Unlimited Smartfren di Jakarta, Rabu.
“Kalau di AS musik digital dianggap sangat membantu karena baru pertama kali sejak 1995 pendapatan musik digital di 2015 mengalahkan musik fisik,” sambung dia.
Pendapatan musik digital tersebut, menurut Revie, bukan hanya dari layanan streaming, namun juga termasuk pendapatan dari lagu yang di-download dan pendapatan iklan yang didapat dari aplikasi ataupun on site.
Saat ini, Revie mengatakan, jumlah konsumsi musik streaming secara global 3GB. “Mungkin di Indonesia belum, tapi kami melihat biasanya kecenderungannya kalau di luar negeri sedang tren orang Indonesia juga terinspirasi untuk tumbuh ke sana,” ujar dia.
Revie menjelaskan bahwa 55 persen penikmat musik di Amerika Serikat mengakses musik streaming lewat smartphone. “Kalau di Indonesia lebih gila lagi, 93 persen aksesnya dari smartphone,” kata dia.
Dari 93 persen yang mengakses musik streaming melalui smartphone, 59 persen diantaranya telah menikmati musik streaming setiap hari.
“Jadi, sudah menjadi behavior, dan mereka menikmatinya saat sedang melakukan aktivitas sehari-hari seperti saat belajar di rumah atau rutinitas di rumah, ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup,” ujar Revie.
“Kami harapkan ini juga membantu untuk mengurangi pembajakan karena akses untuk mendengarkan musik digital sudah jauh lebih mudah sehingga usaha yang dilakukan lebih mudah untuk bisa menikmati musik secara legal,” tambah dia.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016